Saya bergabung di kompasiana sejak 22 April 2013, kalau secara hitungan matematika sebuah situs konversi hari daring per hari ini yaitu 16 November 2016 usia Kompasianer saya adalah 1304(Seribu Tiga Ratus Empat) hari. Bersama kompasiana saya sudah mengunggah 74 artikel, termasuk artikel ini. Produktivitas menulis saya di “ladang” kompasiana ini kalau boleh dikalkulasi adalah rata-rata sekitar satu artikel per 17 hari.
Momen terbaik saya, kalau boleh sharing di momen 8 tahun Kompasiana adalah momen saat connnecting di event kopi darat dalam bahasa kriko, burung maskot kompasiana adalah nangkring bareng. Nangkring bersama kompasianer yang sangat melekat hingga saat ini adalah saat nangkring bersama yang mengikut sertakan anak. Yakni nangkring bersama KFC dan kunjungan ke Museum Geologi Bandung.
Kompasiana dan sponsor secara luar biasa menyediakan sarana bagi anak untuk bermain dengan tepung dan menambah pengetahuan seputar proses menggoreng ayam serta mengenalkan anak saya dengan anak kompasianer lainnya. Saya dan anak akhirnya sama-sama mendapat pengetahuan seputar dapur restoran cepat saji yang terkenal dengan ayam gorengnya.
Selain itu saya, istri dan anak juga bersyukur diberikan kesempatan untuk mengenal dunia pertambangan melalui kunjungan ke pusat pengetahuan yakni Museum Geologi Bandung, spesial momen kunjungan di malam hari seperti sensasi film “Night At The Museum” yang dikelilingi artefak prasejarah. Saya dan keluarga menjadi lebih mengenal proses geologi, fosil manusia dan hewan purba, batuan mineral, hasil tambang, dan merasakan simulasi gempa bumi skala MMI (Modified Mercalli Intensity) mulai dari getaran yang membuat kita bergerak lambat atau dapat menjatuhkan perabotan hingga agak cepat atau dapat merusak dinding rumah beton, baik getaran secara horisontal dan vertikal dengan mesin simulator.
Terus bagaimana dengan acara nangkring akbar sesama kompasianer bertajuk semacam festival setiap tahunnya digelar Kompasianival ? Saya baru sekali mencicipi kemegahan festival nangkring ini pada tahun 2014 yang arenanya di Gedung Sasono Budoyo dan Utomo , Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Pada tahun berikutnya dan tahun ini, saya melewatkannya karena kesibukan. Momen terbaik yang saya rasakan saat Kompasianival 2014 adalah bisa merasakan kehangatan saat berkenalan dan ngobrol sebentar dengan Pak Tjiptadinata Effendi, saya memanggilnya Pak Tjip juga bersalaman dengan Ibu Tjip,
sesaat setelah menyimak duet Pak Ahok ( yang masih gress naik menjabat Gubernur DKI dari posisi Wakil Gubernur) dan Kang Emil (yang pamer ruang kontrol Kota Bandung dan Taman Tematik polesannya). Saya merasakan besarnya momentum “connecting” di Kompasianaival, khususnya berkesempatan mengobrol singkat dengan sosok berdedikasi tinggi dan konsisten berbagi tulisan di rumah Kompasiana yakni Pak Tjip yang pada acara tahun itu dinobatkan sebagai Kompasianer of the Year 2014.
Saat tulisan ini akan saya unggah, saya batu saja membayangkan burung Kriko Gayo yang langka itu. Iya dia hinggap dan nangkring di batang pohon beringin yang berdekatan dengan pohon bambu. Hmm, sepertinya dia hendak membuat sarangnya di sela-sela batang pohon bambu nich. Saya pun terkesima dengan kicauannya, sambil berujar, “Ayo Kriko teruslah gacor (artinya:rajin berkicau pagi, siang dan malam dengan suara lantang). Selamat membangun rumah barumu ya!”
Jakarta, 16 November 2016
Salam hangat,
Edrol70