Mohon tunggu...
EDROL
EDROL Mohon Tunggu... Administrasi - Petualang Kehidupan Yang Suka Menulis dan Motret

Penulis Lepas, Fotografer Amatir, Petualang Alam Bebas, Enjiner Mesin, Praktisi Asuransi. Cita-cita: #Papi Inspiratif# web:https://edrolnapitupulu.com/

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Jagonya Makan Ngumpul, Jagonya Budaya Kekeluargaan

25 Agustus 2016   16:54 Diperbarui: 25 Agustus 2016   17:15 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tradisi Makan Orang Batak Di Atas Tikar Saat Arisan Keluarga atau Pesta Adat (sumber: tumblr/batakgaul.com)

Ketika saya membaca ringkasan peneliti dari Cornel University , Amerika Serikat, Musick & Meier tahun 2012: tentang menyantap makan bersama keluarga bisa memberikan perbedaan nyata mulai anak hingga dewasa (18 - 26 tahun)  kelak. Saya merasa tersenyum sumringah melahap hasil penelitian mereka. Betapa hal yang nampak sepele bagi orang awam seperti saya menjadi penelitian berharga sebuah universitas terkemuka di AS dan kini menjadi sumber referensi dunia. Kesimpulan penelitian Musick & Meier (2012),pada kebanyakan keluarga Amerika Serikat,  pada muda-mudi yang sering makan bersama keluarga cenderung memiliki gejala depresi yang rendah sedangkan mulai dari anak-anak  memiliki manfaat  untuk kesehatan mental yang baik : berkurangnya kenakalan remaja dan interaksi sosialnya positif karena komunikasi orang tua dan anak menjadi kuat namun manfaat ini cenderung berkurang seiring beranjak dewasa. Pada usia dewasa lebih cenderung ditentukan bukan pada semata-mata pada santapan keluarga melainkan juga refleksi pengaruh tipe orang yang terlibat dalam santap bersama tersebut.

Di  Indonesia, penelitian makan bersama keluarga dari ilmu gizi kesehatan masih kurang. Data terakhir pada tahun 2014 oleh peneliti Universitas Gajah Mada lebih kepada persoalan obesitas dimana disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan proporsi makan bersama baik dengan keluarga maupunteman  antara remaja obes dan remaja tidak obes.

Menurut yang saya ketahui, di Indonesia yang kaya budaya yang luhur maka  pengetahuan atau manfaat santap bersama keluarga atau teman lebih bermakna sosial kekeluargaan. Kalo orang cendikiawan bilang ini lebih kepada sisi kemanusiaan atau antropologi-nya.

Yang sering saya dengar mungkin banyak orang Indonesia kenal bahkan jadi syair lagu yang dilantunkan oleh grup Slank, yakni perkataan peribahasa leluhur Jawa: Mangan Ora Mangan Sing Penting Ngumpul.... makan gak makan asal kumpul.... begitu bunyi syair lagu. Walaupun peribahasa ini cenderung menyiratkan bahwa yang tidak dapat kekuasaan (ora mangan) harus legowo dan lapang dada bersama bermasyarakat dengan yang dapat kekuasaan (mangan) untuk tujuan bersama (ngumpul). 

Kok jadi gak ngelantur ke politik ini hehehe... jadi salah kutip masalah makan bersama nih. Oke balik ke trek, kalo dalam tradisi Jawa kuno dikenal Kenduri yakni makan bersama dalam rangka selamatan atas peristiwa penting entah lahiran, panenan, minta berkat hingga tahun baruan. Makanan simbolis nya kadang dibuatkan nasi tumpeng atau nasi berkat.

Sama halnya dengan keluarga dari rumpun budaya suku Batak Toba termasuk saya, budaya makan bersama (mangan) itu hampir selalu menghiasi akhir pekan kehidupan budaya kami khususnya di Jabodetabek. Entah itu namanya arisan keluarga, pesta adat, kebaktian bersama maupun berkunjung ke rumah orang tua pasti wajib makan bersama hehehe..... Budaya makanan menempati tingkatan kedua setelah budaya berbicara atau menyampaikan pikiran atau pendapat di rumpun Batak Toba, boleh dikatakan itu termasuk sebagai hak (jambar) sebagaimana ada ungkapan:

Ansit do na halion (so dapotan) jambar juhut, alai hansitan dope na so dapotan jambar hata” artinya sangat menyakitkan jika seseorang tidak mendapat bagian dalam pembagian daging, tetapi lebih sakit lagi jika seseorang tidak mendapat kesempatan untuk berbicara dalam pesta adat.

Budaya makan bersamapada rumpun Batak Toba begitu kentaranya, bilamana berkunjung ke rumah mereka selalu ditawarkan makan bersama entah sarapan pagi, makan siang atau makan malam. Dan sebaiknya jangan anggap itu basa-basi atau menolak tawaran makan bila berkunjung atau bertamu ke rumah orang Batak, itu dianggap penghinaan. Hal ini sudah warisan nenek moyang mereka dimana mereka yang selalu menyediakan makanan berlebih untuk tamu dan sanak keluarga di rumah, seperti ungkapan adat mereka: 

"Paramak So Balunan (Tikar Tidak Pernah Digulung, Siap menerima Tamu), Parsangkalan So Mahiang (Talenan Selalu Basah, Selalu Mengiris Sayur dan Daging untuk Jamuan makan tamu), Partataring So Mantat Timus (Dapur Masak Selalu Kebul Asap, Selalu Dipakai Memasak Buat Makanan Tamu). Jadi jangan sampai kamu menolak ajakan makan bersama tuan rumah orang Batak ya. 

Tradisi Makan Orang Batak Di Atas Tikar Saat Arisan Keluarga atau Pesta Adat (sumber: tumblr/batakgaul.com)
Tradisi Makan Orang Batak Di Atas Tikar Saat Arisan Keluarga atau Pesta Adat (sumber: tumblr/batakgaul.com)
Kemudian dalam budaya rumpun lainnya umumnya acara makan bersama juga terlihat dari acara syukuran pertanian seperti di tanah Minang, Bakua Adat atau pada acara makan besar keluarga besar dalam Makan Bajamba/Barampak pada pesta adat atau perayaan agama.

Tradisi makan bersama di keluarga perkotaan saat ini adalah terpampang pada status sosial media seperti facebook, instagram, path atau WhatsApp. Bukan tak mungkin dengan kehadiran gadget atau smartphone, masing-masing orang di meja makan terlihat bersama namun pada hakikahnya pembicaraan atau komunikasi di meja makan tak pernah maksimal dengan perhatian fokus kepada handphone masing-masing.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun