Mohon tunggu...
EDROL
EDROL Mohon Tunggu... Administrasi - Petualang Kehidupan Yang Suka Menulis dan Motret

Penulis Lepas, Fotografer Amatir, Petualang Alam Bebas, Enjiner Mesin, Praktisi Asuransi. Cita-cita: #Papi Inspiratif# web:https://edrolnapitupulu.com/

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Punahnya Panggilan Itu

5 Agustus 2016   17:37 Diperbarui: 5 Agustus 2016   17:42 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Meneer-Mevrouw-

Aku sudah renta sejak ditinggal Meneer

Sudilah Tuan dan Nyonya menjenguk Ik

Nonie kini selaku tuan rumah

Jadilah tuan rumah yang baik

Sapalah mereka

Nonie berpikir sesaat mulai menyusun kata

Welkom buat Meneer dan Mevrouw terhormat

Selamat datang Tuan dan Nyonya terhormat

Terima kasih atas kedatangan Tuan-tuan dan Puan-puan terhormat

Terima kasih atas kesudian Bapak dan Ibu mengunjungi kami

Seorang perempuan dari sepasang suami isteri berkulit pribumi keturunan Belanda nyeletuk

Tapi Nonie kalau boleh Ik minta izin bicara

Nonie menganguk setuju

Kami ini bukan orang tua mu, sebaiknya jangan panggil Bapak dan Ibu

Panggillah kami sama seperti mereka

Kami juga Tuan dan Nyonya terhormat

Kami termasuk barisan Tuan dan Puan

Lagipula kami masih berdarah Meneer dan Mevrouw

Nonie tersentak kaget

Dalam hatinya:

Itu hanya sebuah panggilan

Mengapa begitu penting

Apakah Bapak dan Ibu dianggap tidak terhormat

Apakah Bapak dan Ibu melanggar panggilan kudus untuk orang tua sahaja

Oh Tuhan... betapa miskinnya bahasa tanah kelahiranku

Betapa mudahnya salah persepsi akibat kata 

Lebih berharga dan terhormat menjunjung budaya asing daripada budaya tanah air

Punahnya panggilan itu

Nonie bersikadap, tanda maaf

Berlalu dari para hadirin

Sambil meramu minuman khasnya

Berangan menampilkan kata terhormat : Meneer

Sebagai "Portret" bukan sekedar potret

Tapi kisah perjalanan seorang keturunan penikmat beras pecahan

Iya seorang "menir" yang bermimpi layaknya penghormatan "Meneer"

1919.

Jakarta, 5 Agustus 2016

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun