Mohon tunggu...
EDROL
EDROL Mohon Tunggu... Administrasi - Petualang Kehidupan Yang Suka Menulis dan Motret

Penulis Lepas, Fotografer Amatir, Petualang Alam Bebas, Enjiner Mesin, Praktisi Asuransi. Cita-cita: #Papi Inspiratif# web:https://edrolnapitupulu.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Vaksin Palsu, Contoh Tragis Budaya Menyuburkan Barang Palsu

18 Juli 2016   15:24 Diperbarui: 18 Juli 2016   18:31 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi penyuntikan vaksin. (sumber foto: Jeff J Mitchell- Getty Images)

Mengacu pada keterangan pihak keluarga korban di media massa patut diduga para dokter dan tenaga kesehatan pihak pegawai RS terkait telah secara sadar melakukan kelalaian yang merugikan balita dan bukan tidak mungkin kasus keterlibatan mereka dapat dilakukan penindakan secara perdata oleh keluarga korban atau kelompok masyarakat yang dirugikan dengan kekuatan produk hukum UU No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Keluarga korban tentunya ada yang bersikap emosional dengan mengacau di Rumah Sakit, namun sebaiknya emosi dapat diredam pada tingkat pribadi tanpa merusak atau merugikan orang lain. Tindakan pengrusakan dapat menempatkan posisi pelaku pengerusakan/ anarkis menjadi sejajar dengan pelaku pengedar vaksin palsu yang jahat. Sudah sepatutnya, keluarga korban dan masyarakat peduli untuk segera mengajukan tindakan hukum sehingga tragedi terhadap balita yang tak berdaya ini tidak berlangsung terus hingga puluhan tahun.

Kiranya pemerintah termasuk aparat penegak hukum dan pengadilan hingga mahkamah agung dapat mengusut tuntas dan mengadili para pelaku dan jaringan dengan seadil-adilnya. Semoga dengan tindakan yang ekstra serius dan masif ini, akan menjadi resolusi aksi terakhir peredaran vaksin palsu di Indonesia. Semoga produk palsu lainnya yang beredar subur dapat penanganan yang sama porsinya karena efeknya sama-sama merugikan meski tidak se-tragis vaksin palsu dimana keluarga atau orang tua bayar mahal (emas) untuk mendapatkan perlindungan "emas"  untuk generasi emasnya ternyata dapat "arang".

Turut berduka buat balita dan keluarga korban vaksin palsu, kiranya Tuhan menolong dan melimpahkan penyembuhan dan kesempurnaan bagi generasi emas Indonesia.

Salam hangat,

Jakarta, 18 Juli 2016

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun