Mohon tunggu...
EDROL
EDROL Mohon Tunggu... Administrasi - Petualang Kehidupan Yang Suka Menulis dan Motret

Penulis Lepas, Fotografer Amatir, Petualang Alam Bebas, Enjiner Mesin, Praktisi Asuransi. Cita-cita: #Papi Inspiratif# web:https://edrolnapitupulu.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Teror Bom Sarinah: Antara Kecolongan, Gagap dan Guyonan serta Slogan Anti Takut

15 Januari 2016   12:57 Diperbarui: 15 Januari 2016   18:20 616
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Amunisi Teroris Thamrin (sumber: tribun banjarmasin)"][/caption]Saya selaku warga Jakarta menghaturkan turut berdukacita atas jatuhnya korban jiwa dan korban luka pada peristiwa aksi ledakan dan teror dalam rangkaian kejahatan kemanusiaan luar biasa yang dikenal dengan “kejahatan terorisme” di kawasan Thamrin Jakarta.

Kompilasi Kronologi Teror Thamrin

Kurang lebih kronologi yang  dapat saya sadur dari pemberitaan media  sebagai berikut : Kamis, 14 Januari 2016 sekitar pukul 10.00 WIB, peristiwa aksi yang arena awalnya dipusatkan di pusat perbelanjaan Sarinah Thamrin (pertempuran tertutup) yang menurut keterangan saksi mata di media massa dieksekusi oleh 2 (dua) tim masing-masing berjumlah 3 (tiga) orang sehingga total 6(enam) orang menjadi bergeser ke jalanan kawasan jalan Thamrin (pertempuran terbuka).

Berdasarkan informasi dari saksi pewarta foto (http://www.tempochannel.com/detail/videos/editor-s-choice/video/4703897958001/di-balik-foto-kronologi-penembakan-sarinah?autoStart=true), saya koreksi kronologi tulisan siang hari ini. Ledakan pertama terjadi di dalam kafe starbuck di menara cakrawala. Ledakan pertama dalam kafe membuat gedung sempat bergetar dan mengakibatkan luka pada pengunjung kafe. Kemudian dari kafe ini, salah satu pelaku diiringi dengan teamnnya  menyebrang jalan menuju resto cepat saji yang di sarinah (http://megapolitan.kompas.com/read/2016/01/15/06550061/Bantu.Korban.Ledakan.di.Starbucks.Satpam.Ini.Dimaki-maki.Teroris.?utm_source=RD&utm_medium=box&utm_campaign=kpoprd ).Namun karena kewaspadaan dari petugas satpam Sarinah menjadi kunci pengalihan arena, dimana petugas satpam mencurigai seorang pemuda  sembulan dalam pakaian pelaku layaknya bom badan sehingga segera mengamankan dan berhasil membawa pelaku ke pos polisi perempatan Thamrin dan Wahid Hasyim walaupun saat akan masuk ke pos polisi, satu tim sebutlah tim pendukung terdiri dari 3 orang pelaku melarikan diri seiring dengan ledakan bom pertama (bom bunuh diri) dari tim inti (pengantin) yang sudah masuk ke dalam pos polisi pada pukul 10.30 WIB.

Tim pendukung yang menggunakan pakaian kasual tanpa topeng langsung berbaur dengan kerumunan massa sehingga sulit membedakan mana warga sipil mana pelaku teror. 3 (tiga) orang dari tim pendukung ini  leluasa melangsungkan aksi penembakan kepada aparat keamanan yang berusaha membekuk. Bahkan patut diduga ada personil penembak jarak jauh (snipper) bagian dari pendukung tim terror yang  turut menembakkan  dari atas gedung dekat perbelanjaan Sarinah (gedung mana belum jelas pengungkapannya) yang mampu membuat kacau barisan aparat keamanan. (Bisa jadi total personil pelaku teror berdasarkan informasi yang beredar adalah 7 (tujuh) orang atau lebih)

Singkat cerita,  berdasarkan keterangan hari ini di media massa dan pihak kepolisian. Pukul 15.00 WIB, lokasi Thamrin dinyatakan steril oleh pihak keamanan. Total ada 6(enam) kali ledakan bom saat peristiwa berlangsung.  5 (Lima) pelaku teror meninggal dunia, 2 orang tewas akibat bom bunuh diri sementara 3 (tiga) orang berhasil dilumpuhkan dan akhirnya tewas. Total korban saat ini berjumlah 24 (dua puluh) empat orang dimana didata ada  7 (tujuh) orang  korban meninggal dunia dan selebihnya adalah korban luka berat dan luka ringan mendapatkan perawatan  intensif dan menjalani operasi di beberapa RS Jakarta.

Informasi berita kronologi  teror masih simpang siur, tidak tertutup kemungkinan kompilasi informasi yang saya sampaikan belum cukup akurat.

Tambahan (15 Januari 2016 pukul 18.20 WIB), saya menambahkan kronologi berdasarkan dari laman media nasional (http://koran.tempo.co/konten/2016/01/15/391499/Serangan-Ala-Paris-di-Jakarta ), dapat pembaca turut simak

 

[caption caption="Kronologi Teror Bom Sarinah (sumber: koran tempo)"]

[/caption]

Benarkah Kepolisian dan BIN Kecolongan ?

Saya sempat terkejut melihat informasi yang beredar pada grup WA, yakni berupa tampilan email dari Kedubes AS Jakarta yakni departemen ACS (America Citizen Services) yang disebarkan ke warga negara AS yang bersekolah  mungkin juga berdagang atau berkantor di perusahaan AS. Email peringatan diterbitkan oleh jakartaACS pada tanggal 14 Januari 2016, jam 07.51 waktu GMT+8 setara dengan WITA (bila dikonversikan ke WIB berdasarkan web GMT adalah sama dengan jam 08.51 WIB).

Peringatan menyebutkan menghindari aktivitas pada tanggal 14 Januari 2016  di lokasi sangat spesifik yakni kawasan Sarinah dan sekitar Hotel Sari Pan Pacific.  Lihat detail pada gambar[caption caption="Emergency Message, Hindari Kawasan Sarinah dari Kedubes AS Jakarta(sumber: messenger WA)"]

[/caption]Seperti kronologi di atas, aksi teror diduga mulai pukul 10.00 WIB artinya informasi kecil dari  Intelijen AS untuk warga AS di Indonesia melalui Kedubes AS adalah menjadi valid. Menurut informasi dari teman yang pernah bekerja di perusahaan AS dan Australia, dia kerap menerima informasi terusan  “early warning” ini dari Kedubes AS sebagai imbalan membayar “iuran informasi intelijen”  kepada Kedubes AS. Informasi ini memang sangat jarang valid dan juga ditembuskan kepada pihak aparat keamanan juga.

Warga negara AS yang mengalamai trauma teror 9/11  selalu mengikuti peringatan dari Kedubes AS walaupun seiringnya waktu, sepertinya informasi tersebut lebih cenderung diabaikan oleh aparat keamanan Indonesia. Ujung-ujungnya informasi intelijen AS kepada warga negara AS untuk waspada dianggap remeh dan terjadilah teror yang gagap direspon oleh aparat keamanan.

Belajar dari pengalaman kegagalan menanggapi informasi kecil, malam kemarin aparat keamanan sempat turun kembali dan menyisir wilayah gedung sekitar Thamrin ketika dikabarkan ada informasi suara ledakan dari laporan warga. Setelah diselidiki, ternyata ledakan berasal dari ban truk yang meletus di sekitar lokasi. Pejabat kepolisian menegaskan bahwa kali ini menanggapi informasi sekecil apapun dengan serius dan tidak mau menganggap remeh lagi.  Mengambil contoh dari kepolisian New York, informasi sekecil apapun yang indikasi teror selalu ditanggapi serius walaupun lebih banyak informasinya kurang valid atau tidak akurat mengingat tragedi 9/11 konon berawal dari tidak menanggapi informasi kecil tentang teror secara serius.

Semoga ke depannya, aparat keamanan dapat menyiapkan diri dan memperbaiki kinerja lapangannya guna mengantisipasi dan meredam teror.

Pengamatan Awam

Berdasarkan pengamatan saya sebagai orang awam dalam melihat video dan foto juga info  rangkaian peristiwa Teror Thamrin serta beredarnya meme dagelan/guyonan troris, pendapat saya  kurang lebih sebagai berikut:

1.  Aksi pelaku teror adalah suatu kejahatan luar biasa terhadap kemanusiaan, hampir sama dengan kejahatan pengedar narkoba dan pelaku korupsi.  Efek kerusakannya bersifat katastropik, entah itu dari segi korban materi, korban jiwa hingga merusak ketentraman dan kesejahteraan bangsa.

2. Aksi teror Thamrin merupakan pelajaran berharga bagi perbaikan sistem manajemen tanggap darurat dan pembenahan keterampilan petugas kepolisian. Aksi melumpuhkan kelompok teror kemarin boleh dikatakan berlangsung seperti durasi drama penyanderaanwalaupun tidak demikian (berlangsung hingga hampir 7 (tujuh) jam dihitung hingga waktu steril) yang benar menguras energi dan amunisi aparat.

Padahal kelompok teroris besar kemungkinan cenderung beramunisi kecil sehingga dapat dilihat lebih menargetkan sasaran dengan lepasan tembakan yang sedikit ketimbang bombardir seperti aksi pihak aparat keamanan yakni kepolisian. Pertanyaan besar adalah apakah memang kepolisian tidak ada pasukan khusus seperti tim SWAT (Special Weapon Attack Team) sehingga cenderung bergerak sporadis menghamburkan amunisi.

Mulai dari polisi pengatur lalu lintas, reserse hingga divisi polisi bertindak tidak beraturan, sistem komunikasi aparat tanpa alat komunikasi wireless HT cenderung dengan teriakan dan kode tangan sehingga mudah dideteksi oleh pelaku terror. Kalau boleh dikatakan, tak ubahnya dengan tawuran antar pelajar atau antar kampung dengan faktor pembeda hanya di senjata yang digunakan.

Saya tidak melihat penanganan teror kemarin seperti layaknya demo pengamanan pemilu yang pernah ditayangkan oleh media massa yang merupakan gambaran taktis kepolisian mengantisipasi huru-hara di kawasan Ring I hanya sekedar display belaka, begitu ada huru-hara sungguhan atau terror cenderung gagap responnya. Pejabat eksekutif pemerintah mungkin sudah saatnya  menerjunkan pasukan TNI membantu kepolisian guna menghadapi dan antisipasi teror di kemudian hari. Pasukan TNI cenderung lebih taktis dam lebih siap menghadapi pertempuran terbuka maupun tertutup. Hal ini guna mereduksi jumlah  korban sipil dan aparat juga kerugian material dalam penanganan teror di kemudian hari.

3.  Masih banyak orang tertentu yang menyebarkan foto korban dan meme guyonan peristiwa teror, seolah-olah hanya peristiwa biasa dan berlindung dari kelemahan moral/ etis dengan menyuarakan tidak takut teror. Saya sebagai  awam, bilamana berada pada situasi teror seperti kemarin, jelas merasa takut karena takut adalah hal yang alamiah sehingga saya mampu mengendalikan diri serta berempati terhadap korban dan keluarga korban serta bersimpati kepada aparat keamanan yang berjuang dengan rasa takut terkena serpihan bom dan terjangan peluru dalam menumpas pelaku teror. Saya prihatin.

Boleh saja memberikan semangat tidak takut teror. Kejadian teror di berbagai negara di dunia belakangan ini termasuk Indonesia adalah jelas hal yang menakutkan. Hal ini bukan berarti mengurangi rasa empati kita untuk turut merasakan duka dan ketakutan korban dan keluarga korban.

Sepatutnya bangsa Indonesia mengumandangkan perkabungan nasional sejenak atas jauhnya korban jiwa dan korban luka sesama warga negara Indonesia dan tetap berdoa serta lebih waspada dan menyadarkan kaum sebangsa atau tetangga kita bilamana ada yang mengarah kepada gerakan separatis atau kekerasan. Sebisa mungkin menciptakan perdamaian dengan mengedepankan empati dan welas asih.

 

Salam Damai,

Edrol

Kuningan, 15 Januari 2016

sumber :

http://koran.tempo.co/konten/2016/01/15/391499/Serangan-Ala-Paris-di-Jakarta

 

http://megapolitan.kompas.com/read/2016/01/15/06550061/Bantu.Korban.Ledakan.di.Starbucks.Satpam.Ini.Dimaki-maki.Teroris.?utm_source=RD&utm_medium=box&utm_campaign=kpoprd

 

http://www.tempochannel.com/detail/videos/editor-s-choice/video/4703897958001/di-balik-foto-kronologi-penembakan-sarinah?autoStart=true

 

http://www.antaranews.com/berita/539984/polisi-lima-pelaku-tewas-total-korban-24-orang

https://news.detik.com/berita/3118790/kronologi-teror-isis-di-thamrin

http://news.detik.com/berita/3118903/menko-luhut-puji-kesigapan-polri-dan-tni-tangani-serangan-teroris-di-thamrin

http://banjarmasin.tribunnews.com/2016/01/15/polisi-temukan-enam-bom-rakitan-milik-teroris-yang-belum-meledak

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun