Mohon tunggu...
Edrida Pulungan
Edrida Pulungan Mohon Tunggu... Analis Kebijakan - penulis, penikmat travelling dan public speaker

Penulis lifestyle, film, sastra, ekonomi kreatif Perempuan ,Pemuda, Lingkungan dan Hubungan Luar Negeri Pendiri Lentera Pustaka Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Masihkah Kita Mendengar Auman Harimau Sumatera di Hutan Indonesia

1 Agustus 2019   19:51 Diperbarui: 1 Agustus 2019   20:09 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 2 : Para Staf WWF Indonesia , Mbak Ency, Mas Febry dan Dua orang peneliti mas Fendy Dan Jane dari Centra Rimba Baling berphot bersmaa penulis di gunung Pancar, Bogor doc.Edrida Pulungan

Jadi sudah siap menjaga harimau Dan hutan kita, mulai dari menyebabkan edukasi sial harimau Sumatera, menjaga lelastarian hutan serta menolak perburuan harimau sumatera, jika bukan kita siapa lagi.sosok anak muda harus lebih banyak mengetahi kondisi satwa yang hampir punah di Indonesia serta menjaga hutan kita.

Gambar 3 : Edukasi tarrot konservasi mengajarkan gambaran dirimu mengenal.lingkungan, diriku Mangrove, reef dan antropologis berhoto bersama staf WWF. Doc pribadi
Gambar 3 : Edukasi tarrot konservasi mengajarkan gambaran dirimu mengenal.lingkungan, diriku Mangrove, reef dan antropologis berhoto bersama staf WWF. Doc pribadi
Sayup-sayup angin semilir mengirimkan senja, sudah bernajak perang, saya mendengarkan lirik lagu tuan tiga belas dan juga menjadi tamu istimewa saat mendengar liriknya seperti dibawah ini

Tuan Tiga Belas - Last Roar

[Verse 1]
Mengendap-ngendap dalam semak
Lalu datang buatmu terdesak
Kuburu mangsaku "hap" sekejap
Sekali terkam kau terlelap
Kau pun hilang dalam gelap
Jangan masuk hutan jika kau tak punya nyali
Karena ku yang jaga jangan kemari
Raja rimba lindungi tiap senti
Karena sejak dulu hutan adalah rumah kami
Lalu kau datang dengan senjata
Kau mulai tangkap kami
Kami coba 'tuk bertahan
Tapi kalian kembali lalu bawa api
Leluhur mu janji, akan jaga kaum kami
Lalu lihat yang terjadi
Waktu kalian mulai ingkar janji

[Bridge]
Rumah kami dibakar untuk kelapa sawit
Lalu kaumku harus tinggal di mana lagi?
Coba jawab manusia apa salah kami?
Kenapa kau bunuh kami, rusak hutan kami?

[Verse 2]
Saudaraku sudah punah di bali dan di pulau jawa
Aku auman terakhir sebut ku harimau sumatra
Dulu ku makhluk legenda mereka bahkan sebut aku raja
Tapi kini ku dimangsa statusku dalam bahaya
Hutanku ditebang, dibakar, digusur untuk kelapa sawit
Nama Tuhan kalian profit, kau buat hutan sakit
Tanahku gundul, kering, tak subur, lihatlah kalian bandit
Kalian kejar benefit dan kau buat bumi menjerit

[Chorus]
Kami dibantai di mana-mana
Dijebak perangkap kami kalah
Ditembak mati seakan salah
Dikuliti kami tak berdaya
Jelaskan kenapa hal ini bisa terjadi
Apa kalian manusia tak punya hati?
Anak cucumu takkan kenal namaku lagi
Karena kalian bunuh semua jenis kami

[Verse 3]
Kalian jajah kami, masuk hutan kami
Ambil semua tanpa pernah beri kembali
Terus ambil lagi, lagi lagi lagi
Seakan tak cukup lalu lakukan deforestrasi
Kau bakar semua pohon binatang pun lari
Suatu saat nanti, pasti 'kan terjadi
Waktu pohon habis, binatang pun telah mati
Baru kau mengerti, kau tak bisa makan money

[Chorus]
Kami dibantai di mana-mana
Dijebak perangkap kami kalah
Ditembak mati seakan salah
Dikuliti kami tak berdaya
Jelaskan kenapa hal ini bisa terjadi
Apa kalian manusia tak punya hati?
Anak cucumu takkan kenal namaku lagi
Karena kalian bunuh semua jenis kami
Kami dibantai di mana-mana
Dijebak perangkap kami kalah
Ditembak mati seakan salah
Dikuliti kami tak berdaya
Jelaskan kenapa hal ini bisa terjadi
Apa kalian manusia tak punya hati?
Anak cucumu takkan kenal namaku lagi
Karena kalian bunuh semua jenis kami

Gambar 4 : Penulis berphoto disamping poster WWF Indonesia untuk menjaga kelestarian harimau sumatera di gunung Pancar, Bogor doc.niko kompas
Gambar 4 : Penulis berphoto disamping poster WWF Indonesia untuk menjaga kelestarian harimau sumatera di gunung Pancar, Bogor doc.niko kompas
Masih terbayang bagaimana saya datang, dan bagaimana saya pulang serta membawa pesan terdalam untuk menjaga bumi dengan hidup berdampingan dengan makhluk lainnya. Salam lestari sobat bumi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun