Mohon tunggu...
Edrida Pulungan
Edrida Pulungan Mohon Tunggu... Analis Kebijakan - penulis, penikmat travelling dan public speaker

Penulis lifestyle, film, sastra, ekonomi kreatif Perempuan ,Pemuda, Lingkungan dan Hubungan Luar Negeri Pendiri Lentera Pustaka Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Presiden Jokowi, Pesantren Purba, dan Kota Barus

24 Maret 2017   20:01 Diperbarui: 24 Maret 2017   20:32 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Apa yang membawa langkahmu

Pada semilir senja

Sejauh mata memandang

Padi hijau menguning

Seperti burung pipit yang sabar

Menunggu bulir bulir padi

Di tanah bumi Mandailing Natal

 

Ini kali pertama rakyat bersua pemimpinnya

Di kota santri engkau tiba

Psantren Purba  saksi sejarah

menempa santri untuk ummat

Pencerah dan penyejuk masyarakat

Bermalamlah disana 

Rasakan alunan kalam suci membahana

Dari gubuk-gubuk sederhana awalnya

 

Jelang pagi sang presiden nikmati kopi khas 

Seduhlah sang waktu bersama kopi mandailing arabika

Kelak dengarkan cerita tetua adat disana

Orangtua bangga anaknya menjadi ulama

Atau menjadi saudagar ternama

Membangun sendi ekonomi bangsa

 

Lalu melangkahlah sang presiden kita menuju  Barus

Kota bersejarah  di daearah Tapanuli Tengah

disebut sebut  namnaya hingga eropa, india dan timur tengah 

Pintu masuknya agama islam dan nasrani

Penuh damai dan cinta kasih

Dalam perdamaian dan peradaban abad ke enam

 

Wahai Pak Presiden

Bawa pulang kedamaian dari Mandailing Natal dan Barus

Ceritakan betapa indahnya persaudaraan yang dirajut dalam kebersamaan

Kelak kami akan doakan Pak Presiden mengundang kami ke istana menyenandungkan lagu "ketabo" diiringi gondang sambilan

 

Pak Presiden, horas ma tondi Madingin

Sehat selalu dan selamat bertugas untuk negeri

 

Jum'at, 24 Maret 2017, Mandailing Natal

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun