Kampus punya cerita tersendiri dalam perjalanan hidup saya. Saya akan coba sharingdengan teman-teman bagaimana pengalaman saya menikmati  kuliah  padatiga universitas negeri dan satu universitas swasta. Kesemua bidang studi yangsaya ambil adalah ilmu sosial ( humaniora). Saya baru tersadar ilmu sosialselalu menarik untuk dipelajari namun tentu lebih menarik untuk di aplikasikandan di gunakan di ranah keluarga, komunitas, bangsa dan negara.
Meskipunsaya sadari sebelum saya kuliah saya mengambil jurusan IPA saat SMU karenadorongan orangrua saya agar kelak saya jadi dokter  dan bekerja di duniamedis mengikuti jejak ibu saya yang bekerja sebagai bidan  menolong danmembantu masyarakat di  daerah. Namun saat unian masuk perguruan tingginegeri saat itu, saya tertarik mengambil IPC (IPA campuran) hingga sata lulusdi Fakultas  Ekonomi Sumatera Utara dan menjalani perkuliahan pada tahun2000, tidak sampai disitu jelang tahun 2001 saya mencoba ujian lagi siapa tahusaya lulus di Fakultas Kedokteran eh malah saya lulus di Fakultas Bahasa danSeni Universitas Negeri Medan pada tahun 2001 di Medan.Â
Setelah berpikir,menimbang dan bermufakat dengan orang tua akhirnya saya kuliah rangkap denganmengatur jadwal kuliah seteliti mungkin belum lagi saya sambil kerja jugamengajar bahasa Inggris dan menjadi jurnalis kolom manajemen dan bisnisdi Harian Medan bisnis  agar bisa mengaplikasikan ilmu manajemen saya. Sungguhsuper sibuk dan ketat sekali jadwal saya. Bisa mengalahkan pejabat. hehhehe. Saya juga menyempatkan diri mengikuti organisasi internal himpunanmahasisiwa jurusan dan organisasi eksternal.Â
Kuliah di USU membuat saya paham tentang teori ekonomi mikro dan makro, namun saya paling lemah dalam matakuliah pengambilan keputusan dan paling senang kalau ada kuliah presentasi. Fakultasekonomi USU Â yang berlokasi di Jalan Dr, Masyur dan lebih sering disebutPadang Bulan di tahun 2000 an dikenal dengan "kampus borjuis" saatospek memang terasa parkir mobil penuh dengan mobil-mobil mahasiwa yang superkeren dan biasanya nongkrong di Kafe dan pajak USU yang saat itu lagi Hype.Â
Disanalahsyurga bagi mahasiswa USU untuk menjajal kemampuan entrepreneurshipnya banyakjuga yang sukses jualan peralatan stationary, makanan dan minuman dll. Oh ya Biasanya saya langsung di  take sama teman-teman agar masuk kelompokmereka, padahal saya gak bisa lama-lama hang out di kampus, Jadwal pagi jam 08.00 wib sampai dengan jam 10.00 wib saya di Fakultas Ekonomi USU sedangkanjam 12.00- 16.00 saya kuliah di FBS Universitas negeri Medan karena banyak matakuliah teori dan praktek. Mata kuliah yang menyenangkan adalah reading,speaking dan microteaching.Belum lagi melihat semangat teman-teman dari daerahyang kebanyakan dari tapanuli utara yang terkenal semangat dan gigih membuatsaya tertular. Namun jujur saya kadang merasa kampus Unimed sangat romantis,karena begitu saya sampai dan turun dari angkot 103 dan berjalan kedalam kampusyang terasa angin semilir, hijaunya pohon-pohon tua dan alunan musik piano danbiola. Lengkap kemacetan, kepanasan kota Medan terbayar di kampus yangberlokasi di Pancing. Dan saya siap-siap lari menuju lantai tiga sebelumterlambat sering rebutan kursi karena mahasiswanya rame belum lagi dengan tasyang berat dengan banyaknya diktat. hehehehe.Â
Tapi kenangan terindah banyaksekali dosen-dosen yang senior dan profesor dari luar negeri . Terkadang salutsekali dengan kesabaran dan dedikasi pengabdian mengajar mereka. DosenStatistik yang saya  ingat Prof. Arua, Saya dapat A sampai sayajingkrak-jingkrak. Otu mata kuliah paling sulit. Jika terlambat datang langsungdi usir tak bisa masuk. Tapi saya tak pantang mneyerah saat jam istirahat, sayadatanbi ruangan beliau dan mohon penjelasan mata kuliah tersebut dan beliaudengan senang hati mengajari artinya prof teresebut lupa, saya yang diusirnyatadi, inilah the power of positive thingking. Hehehe. wakyu sangat berhargabagi saya kala itu.
 Dikampus  USU, saya malah tak banyak terlibat dalam dunia entrepreneurshipnamun ikut organisasi yang kami gagas bersama rekan Fakuktas Sastra namanya USD( USU Society For Debating) komunitas anak debat  yang melatih kemampuankritis, kreatif dan problem solving dengan berbahai isu dengan menggunakansistem Australia parliamentasy Debate) dengan menggunakan dua  pihak yaknigovernment dan Opposition.
Komunitas ini yang membawa saya terbang untukmengikuti lomba debat antar Uniersitas Se - Indonesia mulai dari UniversitasIslam Indonesia ( UII), Universitas Udayana, Universitas Bina Nusantara,Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan universitas lainnya baik sebagaipeserta lomba debat dan Adjudicators ( jury). Dan ini berlanjut hingga sayamenjadi dosen dan Head of education di salah satu kampus swasta nasionaldi Indonesia dan kelak juga dalam posisi government mungkin karena kebanyakankuliah di universiatas negeri hehehe  ( untuk topik ini, saya akantuliskan dalam sesi career and development). Oh ya dosen yang saya ingatBu Prof, Ritha Dalimunther, Arlina Nurbaity.
Dr. Rer, Reg. Sirozuzilam. dan dekan tercinta Alm. John Tafbu Ritonga yang selalu minta dibawakankoran terbaru Medan Bisnis, (pertemuan terakhir saya menelpon beliau saat jadi pembicara tamu di Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia) bersama Gubernur Gatot terkait potensi  pengembangan perkebunan di Sumatera Utarayang saya hubungi via telepon karena tak bisa hadir di gedung nusantara Vterkait harus mengahadiri sidang S2 Hubungan Internasional, Jurusan Diplomasi (Universitas paramadina) di jam yang sama. Ternyata itulah pertemuan terakhir.Saya ingat saat beliau jadi pembantu rektor III dia selalu mendahulukan sholatdan kemudian menemui mahasiswa yang berurusan dengannya.Â
UntukUniversitas Paramadina sendiri yang saya tidak lupa adalah  Pak Durojatun Kuntcorodjakti yang mengajar mata kuliah geopolitic, Pak Makarim Wibisonamantan dubes untuk US dan PBB mata kuliah diplomasi ASEAN dan juga Pak AniesBaswedan yang sat itu jadi rektor saya juga ibu Dewi Fortuna Anwar  yangterus memotivasi saya agar segera mabil S3 (butuh semangat extra) terakhir bertemudengan beliau dalam acara diplomatic gathering.
Dekan saya saat itu bu DinnaWisnu juga menggembleng saya agar merampungkan study dan akhirnya saya sangatmengingat jasa Bapak  Nazaruddin  Nasution mantasn Dubes Cambodiayang saya harus kejar- kejar ke gedung Kementerian luar negeri, acara ICWAhingga kampusnya mengajar di al Azhar. Saya merasa beliau sosok istimewa danberdedikasi seorang diplomat, birokrat, akademisi, penulis dan aktivis.
Saya juga merasakan kehangatan keluarga beliau karena istri beliau juga KOHATIbarisan aktivis perempuan HMI dimana saya sempat ikut organisasi tersebut saatkuliah di Unimed dan ikut Latihan Kepemimpinan dan MOP di USU . semua sepertiterjalin sambung menyambung.
satu lagi kampus saya, saya kuliah lagi tahun2014 untuk studi master yang kedua . kampus yang sering dikenal sebagai "the yellow Jacket" kampus FISIP  Universitas Indonensia ( UI) ,disini saya keremu dengan Pak  Prof Paulus yang ikut jadi penggagasrevolusi mental, ketemu pak Imam prasodjo lagi yang tahun 2011 ketemu bareng teman Climate change  yang saat itu saya terpilij jadi 100 presenteryang di latih oleh Al Gore.
Ketemu dosen pembing saya  Pak  Dr.Ricardi  S Adnan yang juga penulis buku potret suram bangsaku dan bu Dr. Ruwaida Nur  serta Pak Ganda Upaya yang sering masuk dalam timworld bank. Mereka mewarnai pemahaman saya tentang pembangunan sosialmasyarakat Indonesia hingga saya berhasil membuat model alternatif pengembanganekonomi kreatif berbasis pemberdayaan masyarakat untuk komunitas tenun ikat diNTT yang semoga bisa jadi tawaran alternatif model yang bisa digunakan untukkomunitas di seluruh Indonesia
Kampus adalah satu dunia yang saya masuki denganmata dan hati yang terbuka. saya merasa tidak memiliki intelektualitas yangtinggi ketika berhasil merampungkan kuliah tepat waktu atau hampir tepat waktu.Kampus adalah dunia saya mencari jati diri untuk berkontribusi untuk negeri danjuga tentu untuk menemukan sosok tauladan yang bisa membimbing saya menuntutjalan dan menggelorakan semangat saya sebagai generasi muda yang nota benemencintai kampus-kampus di Indonesia dengan turut belajar dan berproses didalamnya, dan tentu juga harus membawa semua nama baik civitas academika.
Kelakjika kampus-kampus tersebut dibanjiri mahasiswa negara asing tentu saya turutbangga meskipun proses kulitas, mutu dan lulusan adalah bisi semua kampus baiknegeri dan swasta di Indonesia, namun kearifan lokal dan kemitraan antara dosendan mahasiswa harus jadi nilai lebih kampus-kampus di Indonesia.
MemangKampus di Indonesia harus terus berbenah agar tetap jadi pilihan anak-anaknegeri untuk studi dan menikmati euforia rumpun keilmuawan. Disamping tumbuhdan bertebarannya promosi kampus-kampus luar negeri.
Sisi kreativitas sepertipusat studi dan budaya seyogyanya meramaikan kampus-kampus di Indonesia karenaitulah kelebihan kampus kita. saya tidak pernah mebayangkan akan kuliah mengambol doktor ( oh.d)  lagi di universitas luar negeri tanpabantuan dan motivasi dosen-dosen saya  pada empat kampus tersebut untukmelihat perbandingan dan mempromosikan Indonesia pada rekan mahasiswa kampus luar negeri kelak. Bahwa hanya keberanian dan perjalanan spiritual yangsaya punya untuk menuntut ilmu dan menjadikannya paripurna
Jakarta, 9 Februari 2017
Gedung Nusantara V, Senayan
Salam Insan pembelajar
Edrida  Pulungan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H