Mohon tunggu...
Edrida Pulungan
Edrida Pulungan Mohon Tunggu... Analis Kebijakan - penulis, penikmat travelling dan public speaker

Penulis lifestyle, film, sastra, ekonomi kreatif Perempuan ,Pemuda, Lingkungan dan Hubungan Luar Negeri Pendiri Lentera Pustaka Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Surat Malaikat Kecilku

2 September 2016   10:07 Diperbarui: 2 September 2016   10:13 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kertas buram dan lusuh itu

Berkali-kali kubaca di beranda rumah

Aku tersenyum 

Lalu aku menangis

Terisak 

Tersekat

Tertahan suaraku

dan kemudian aku tersenyum lagi

Menyeka air mataku

Hingga legalah dadaku

Aku membaca suratmu malaikat kecilku

Engkau menuliskan surat untukku 365 hari lamanya

Tulisan tanganmu  begitu indah

Meski runcing dan tajam

Hamun kutahu engkau menulis dari hatimu

Hingga mudah terbaca olehku

Semalam Tuhan mengirimkannya lewat mimpiku

Engkau terlalu cepat pergi dibawa gelombang

Gelombang yang menghanyutkan ragamu

Mamun bukan kenangan kita

Karena kita adalah cerita keabadian

Sayangku

Malaikat kecilku

Engkau berkata dalam suratmu

"Ibuku engkau selalu cantik dimataku

Anggun, kuat dan tabah

Aku selalu bahagia

dengan pelukan hangatmu 

Melepasku di taman bermain

Mencium keningku

Saat aku tidur di peraduan

Kau bacakan dongeng malaikat kecil dari istana raja

Aku juga ingat sekali"

Saat aku akan pergi ke sekolah di pagi yang sibuk

Engkau memakaikan sepatuku yang semakin mengecil

Lalu engkau berkata dengan lembut

" Nanti kita beli sepatu baru ya sayang, doakan buku ibu laris"

Engkau ibu yang kubanggakan guruku dan penulis hebat

Ibu aku gadis kecil paling beruntung di dunia

Kita menikmati senja tanpa ayah

Dia meninggalkan ibu dan aku puteri kecilnya

Mungkin dia punya jalan bahagia dengan yang lain

Tapi aku akan selalu mencintai kalian berdua

Ibu adalah selembar sayap kananku

Dan semoga aku selembar sayap kiri ibu

Mari kita rayakan bahagia kita di awan biru

Aku menangis membaca suratmu 

Malaikat kecilku

kupeluk engkau dari bumi tempat kita menari

Bahagialah di syurga malaikat kecilku

Semoga sayapmu membawamu terbang bahagia

Menikmati jamuan syurgawi  dalam binar bola matamu

Serta simponi indah yang mengiringimu menari

Karena cintaNya untuk kita berdua utuh

dalam dunia yang berbeda

Cerita langit dan bumi

kisah cinta dua dunia, Meulaboh, 29 Agustus 2016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun