Mohon tunggu...
Edrida Pulungan
Edrida Pulungan Mohon Tunggu... Analis Kebijakan - penulis, penikmat travelling dan public speaker

Penulis lifestyle, film, sastra, ekonomi kreatif Perempuan ,Pemuda, Lingkungan dan Hubungan Luar Negeri Pendiri Lentera Pustaka Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Mengulas Puisi Koper Pengetahuan dan Cinta Karya Pical Gadi

29 Juli 2016   20:22 Diperbarui: 29 Juli 2016   20:29 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Mari menikmati baris-baris bait dalam puisi. semoga mengindahkan jiwa dalam petikan makna di setiap katanya. Puisi Pical Gadi saya pilih untuk jadi pembahasan karya sastra meski pemahaman saya tentu masih minim namun saya ingin mengapresiasi puisi yang mencerminkan akan pilihan jalan, pemaknaan pada pengetahuan dan cinta serta simbol koper yang melekat pada judul puisi

Bisa dibaca di sini

Bila waktu membagi diri menjadi besok dan kemarin 

kamu akan selalu berada di tengah di antara pilihan yang tidak terlalu sulit.

Menengok ke belakang untuk memindahkan jejak yang tertinggal 

atau memandang ke depan untuk menyapa jejak yang belum terjadi. .

Koper pengetahuan akan bertambah setiap kali bertemu persimpangan.

Kian lama kian berat memang 

tapi kamu berada di antara pilihan yang tidak terlalu sulit meninggalkannya 

atau membawanya serta saya jadi teringat dengan puisi 

Puisi  tersirat tentang tema dari puisi ini adalah tentang “pilihan dalam kesendirian,serta perjalanan dengan sebuah pilihan yang dapat mempengaruhi hidup kita dimasa depan, dan setiap pilihan yang kita ambil akan membuat hidup menjadi berbeda, dan meskipun perjalanan begitu jauhnya tetap harus di tuntaskan. Seperti refleksi puisi Robert Frost yang memilih diantara persimpangan meskipun ada perbedaan tentang perjalanan yang jarang dilewati.

 

 The Road Not Taken

  By Robert Frost

 

 Two roads diverged in a yellow wood,

 And sorry I could not travel both

 And be one traveler, long I stood

 And looked down one as far as I could

 To where it bent in the undergrowth; 

  Then took the other, as just as fair,

 And having perhaps the better claim,

 Because it was grassy and wanted wear;

 Though as for that the passing there

 Had worn them really about the same,

 

 And both that morning equally lay

 In leaves no step had trodden black.

 Oh, I kept the first for another day!

 Yet knowing how way leads on to way,

 I doubted if I should ever come back.

 

 I shall be telling this with a sigh

 Somewhere ages and ages hence:

 Two roads diverged in a wood, and I—

 I took the one less traveled by,

 And that has made all the difference.

 

Namun  akhirnya setiap insan menuju perjalanan keabadian yakni kematian,Dan untuk perjalanan spiritual ini bisa dibaca tntas dalam buku Komaruddin Hidayat dengan judul Psikologi Kematian yang sangat sufistik 

 

dan bisa dilihat dalam baris puisi Pical dibawah ini

Kadang kamu harus bertemu persimpangan tanpa tanda selatan, utara, barat daya, timur laut, samping kiri, atas, tenggara atau barat.

Tak perlu takut memilih karena setiap pilihan yang salah 

hanya akan kembali membawamu kembali. .

Kalau kamu meninggalkan sebagian koper-koper itu 

kamu akan menemukannya kembali masih pada tempatnya.

Tidak ada pencuri dalam perjalanan ini.

Bahkan jantungmu pun masih akan berdetak di tempat yang sama jika kamu tanggalkan. .

Bila kenangan membagi diri menjadi pahit dan manis 

kamu akan selalu berada di tengah di antara pilihan yang tidak terlalu sulit.

Mengecup kepahitan agar betah bersamamu 

atau mencium yang manis agar kerasan di sampingmu. .

Koper berisi cinta akan bertambah setiap kali kamu mengecup dan mencium. 

Kian lama kian berat memang tapi kamu berada di antara pilihan yang tidak terlalu sulit meninggalkannya atau membawanya serta. .

Tinggalkanlah koper-koper itu tidak ada pencuri dalam perjalanan ini. . 

Tak usah khawatir.

Setiap ons debu jalanmu telah ditakar 

setiap jengkal yang kamu tapaki telah dihitung oleh Sang Pencatat.

Dia seperti matahari yang selalu mengawasi perjalananmu.

Tidak akan ada satu pun perjalanan yang terlewatkan. .

Hanya ada satu kabar buruk. 

Perjalanan ini tidak memiliki ujung.

Sepanjang apa pun jejak-jejak yang tertinggal di belakang 

an sejauh apa pun jejak-jejak yang menantimu 

di depan jiwamu tidak akan pernah merasa terpuaskan

sampai kamu menemukan kembali 

semua pengetahuan dan cinta yang tertinggal 

dan melangkah lebih jauh dari ruang dalam kepalamu. --------

sebuah permenungan, Makassar 29 Juli 2016

Saya membaca sajak ini dan berhenti bernafas berkali-kali pada setiap titiknya. Seolah setiap kata membawa saya pada jeda makna aksara. Bahasanya begitu sederhana dan tercerna secara dialogis. Tiada metaforik namun filosofis makna beredar disetiap kata

Koper pengetahuan dan cinta seperti kisah tentang perjalanan seorang insan untuk menemukan setiap jalan dan pilihan di persimpangan. Lalu semua jalan yang dipilih tiada yang salah. Hanya menjadi bekal untuk dibawa pulang oleh diri sendiri.

Pencarian terhadap ilmu akan jadi oase berkepanjangan karena semua pengetahuan adalah bermakna dan bermanfaat untuk kehidupan dan jiwa tak pernah terpuaskan dalam meraih cita

lalu Pical juga menegaskan sekali lagi tentang makna kebebasan untuk terus berjalan dan tidak meragu melangkah. hal itu terungkap dalam larik-larik puisi

Tinggalkanlah koper-koper itu tidak ada pencuri dalam perjalanan ini. . 

Tak usah khawatir.

Setiap ons debu jalanmu telah ditakar 

setiap jengkal yang kamu tapaki telah dihitung oleh Sang Pencatat.

Dia seperti matahari yang selalu mengawasi perjalananmu.

Tidak akan ada satu pun perjalanan yang terlewatkan. .

Kemudian Pical mengakhiri puisinya dengan ketegasan yang lembut bahwa setiap jejak  masa lali akan memiliki maknanya sendiri begitu juga masa depan yang masih panjang dihadapan dan tiada yang tahu apa yang akan ada di depan . 

Hal itu terlihat dalam bait terakhir puisinya

Hanya ada satu kabar buruk. 

Perjalanan ini tidak memiliki ujung.

Sepanjang apa pun jejak-jejak yang tertinggal di belakang 

an sejauh apa pun jejak-jejak yang menantimu 

di depan jiwamu tidak akan pernah merasa terpuaskan

sampai kamu menemukan kembali 

semua pengetahuan dan cinta yang tertinggal 

dan melangkah lebih jauh dari ruang dalam kepalamu

 

Namun dalam bait puisi tersebut tersirat kebebasan dan keberanian melewati semua jalan dan koper semakin penuh untuk diangkat atau koper tersebut harus dikurangi isinya jika sudah menjadi beban berat untuk dibawa melangkah. Namun semuanya akan menjadi perjalanan yang menyenangkan jika ikhlas menjalaninya atau melelahkan jika tiada tujuan Namun semua perjalanan selalu memiliki misteri seperti pilihan itu tersendiri dan terkadang tidak sesuai dengan yang kita bayangkan. Selamat atas Puisinya mas Pical Hadi Ya :)

selamat membawa koper pengetahuan dan cinta. salam inspirasi perempuan pecinta Puisi

bisa dibaca di edpulungan.blogspot.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun