ASEAN Literary Festival 2016 sebagai festival Sasra tahunan yang sudah dilaksanakan untuk ketiga kalinya menghadirkan banyak inspirasi. Pada event kali ini bertema " The Story of Now" adalah tema tentang perjalanan dan kisah kita di masa kini. Festival diawali dengan residency program para penulis muda berbakat terpilih dari beberapa negara ASEAN yang terdiri dari 13 orang yakni Zelia Vital (Timor Leste), Christian Sendon (Philippines) Ridhwan Saidi (Malaysia)m Ha Trang Van (Vietnam), Stephani Ye (Singapore), Quratul Ain Bandial (Brunai Darussalam), Heng Oudom (Kamboja) Christianto Senda  (Indonesia), Guntur Alam (Indonesia), Pringadi Abdi Surya (Indonesia), Muhammmad Rio Johan (Indonesia)  Sebastian Partogi ( Indonesia) dan Akina Shu (Japan). Ungkapan suka cita dalam event ALF tersebut disampaikan oleh Abdul Khalik selaku Co Founder and Director ALF serta Okky  Madasari selaku Co Founder and Program Director dalam Program book ALF yang juga yang juga di dukung tim panitia yang solid untuk terwujudnya event tersebut.Â
ALF memberikan inspirasi dengan menghadirkan Jose Ramos Horta sebagai mantan Presiden Timor Leste dan Perdana Menteri dalam opening lecture dengan tema "On Freedom and Peace", pada saat pembukaan ALF tanggal 5 Mei 2016 bertempat di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki yang dalam opening lecturenya tersebut dia menjelaskan tentang pengalamannya dalam resolusi konflik di Timor Leste dan keberaniannya memberikan masukan pada PBB tentang nasib Timor Leste dan juga perjuangannya membangun iklim demokrasi dan pemerintahan di Timor Leste.  Dalam public lecture nya yang berdurasi sekitar satu setengah jam dia memberikan pesan perdamaian, bahwa setiap negara yang menghadapi konflik harus terus berjuang untuk kebersamaan, karena penuh dengan ketidak percayaan dan keputus-asaan saat konflik terjadi, yang dibutuhkan adalah langkah kebijaksanaan dari seorang pemimpin untuk membawa setiap masyarakat dan wargga negara menuju jalan yang terang dalam iklim demokrasi.
Bahkan beliau menerima banyak respon dan pertanyaan dari para audience yang hadir dan dengan jujur dia menyampaikan bahwa dia juga pernah mengkritik UN dengan kebijakan UN di Timor Leste dengan berani, karena menurutnya sejumlah kebijakan yang di buat di negaranya kurang tepat. Hingga sekarang Ramos ditunjuk sebagai perwakilan khusus Sekjen PBB untuk Afrika.
Beberapa tema menarik seputar media dan sastra juga di bahas dengang menghadirkan Endy M Bayuni, Nirwan Dewanto, Sanaz Fotouhi dan Moderator Abdul Khalik tentang bagaimana perkembangan  jurnalisme sastrawi serta perlunya belajar berpikir analitis diterapkan di sekolah-sekolah untuk memberikan kemampuan berpikir logis sebagai modal untuk menulis sastra dan jurnalistik.
Bukan hanya itu, bahkan acara yang paling ditunggu adalah percakapan langka antara dua penyair hebat Indoensia yakni Joko Pinurbo dan Sapardi Joko Damono dengan moderator Nazwa Shihab menghadirkan obrolan ringan, hangat tapi serius dan kocak yang dirasakan oleh para audience yang hadir memenuhi teater kecil dengan tiket yang terjual habis karena ditunggu-tunggu oleh para fans penyair, pembaca, serta penikmat sastra.
Dalam percakapan tersebut Nazwa Shihab bertanya tentang buku favorit dari Joko Pinurbo yang sering disebut Jokpin dan Jokpin langsung mengeluarkan buku " DukaMu abadi" karangan perdana Pak Sapardi Joko Damon untuk pertama kalinya, dan menurut penuturan Jokpin, buku tersebut menginspirasinya dan menjadikannya menjadi seorang penyair hingga sekarang.
Sedangkan buku yang berkesan bagi Sapardi Joko Damono adalah buku karangan Rendra yang membuka pintu inspirasi baginya dalam menuliskan bait-bait puisi yang semula terlihat misteri di zaman tersebut karena bahasa yang tidak terlalu mudah dimengerti hingga akhirnya mengundang banyak penyair untuk tampil dan mengeluarkan karyanya termasuk Sapardi Joko Damono
Bahkan dalam percakapan tersebut pertanyaan Jokpin padanya terkait tema puisinya seperti, Celaca, Kibaran sarung dan sebagainya terkesan nyeleneh namun mewarnai tema-tema puisi yang tidak baisanya. Dan Jokpin menanggapi itu adalah hasil pencariannya setelah membaca banyak karya tema tersebut ternyata belum pernah dituliskan oleh berbagai penyair, hingga tema tersebutlah yang dipilihnya
Pada acara ALF juga ada beberapa workshop kepenulisan seperti workshop ibadah puisi  yang diadakan dengan para mentor seperti Jokpin dan juga workshop sihir prosa oleh mentor  Triyanto Triwikromo yang dihadiri banyak peserta dengan antusias.
Bahkan ada juga talkshow yang menarik yang tentang " Puisi, Prosa Indonesia" Sepanjang Masa yang dilaksanakan oleh Lontar  dan akan segera terbit bukunya yang diantaranya terdapat karya Budi Darma, dalam acara tersebut hadir juga John H. McGlynn selaku pendiri Lontar Zen Hae sebagai pemandu acara yang juga mengupas sejarah prosa dan puisi Indonesia sejak masa HB Yassin yang banyak menerbitkan puisi dan prosa di Indonesia dan banyak juga karya dari para penulis dan sastrawan daerah yang luput untuk diterbitkan, namun sesungguhnya memberikan warna pada kazanah sastra di Indonesia
Hingga pada penghujung acara menghadirkan penyanyi Oppie Andaresta dengan lagu " Cantik dan Seksi" serta " Tidur di matamu" karya Joko Pinurbo yang di musikalisasi oleh Oppie menjadi lantunan lagu yang sangat indah dengan kesan pop dan jazzi.
ALF adalah even yang bermakna dan inspiratif  yang menghantarkan Indonesia untuk memperkenalkan wajah sastra dan budayanya juga para sastrawan  Indonesia yang kelak memberikan posisi di kancah ASEAN dan juga dunia. tentu saja hal tersebut bukan hanya kerja keras para insiator, panitia penyelenggara dan semua pembicara dan sastrawan, namun juga harus didukung oleh semua lapisan masyarakat dan pemerintah menuju Indonesia yang berbudaya dan kaya khazanah sastra
Kita akan selalu menantikan Asean Literacy Festival di tahun-tahun yang akan datang. Nantikan ajang penuh inspirasi bagi penulis muda ASEAN. Salam Inspirasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H