Mohon tunggu...
Edrida Pulungan
Edrida Pulungan Mohon Tunggu... Analis Kebijakan - penulis, penikmat travelling dan public speaker

Penulis lifestyle, film, sastra, ekonomi kreatif Perempuan ,Pemuda, Lingkungan dan Hubungan Luar Negeri Pendiri Lentera Pustaka Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Refleksi Pengalaman Menjadi Duta Pemuda: Kapan ke Australia Lagi?

9 Januari 2014   11:51 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:59 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_314774" align="aligncenter" width="576" caption=" Peserta Pertukaran Pemuda  Indonesia- Australia (AIYEP 2006). doc. Pribadi"][/caption]

Pagi di bulan Januari 2014, masih dalam suasana tahun baru, saya sangat bahagia mendengar sapa hangat dari sahabat berkebangsaan Australia terdengar hangat di ujung telepon,  Dia sedang liburan di Jogjakarta, saya pun langsung menghubunginya, karena dia adalah teman pendamping saya (counterpart) selama di  Darwin (Australia) dan di Banjarmasin (Indonesia), dan banyak hal yang kami lalui bersama.

Cassie adalah perempuan yang kritis, pemberani dan punya hobi macho  seperti main bola dan naik motor gede, sedangkan saya lebih hobi baca dan bermain dengan anak-anak panti asuhan, namun kami saling melengkapi, kami sempat diundang wakil gubernur Banjarmasin saat itu naik speed boat menyusuri sungai Mahakam, membuat kain sasirangan dan makan soto dan lontong banjar serta nangka goreng yang bagi Cassie aneh sekali.

Saya juga memiliki orang tua angkat yang sangat baik dan kami sempat menikmati indahnya Ayers Rock, sebagai satu diantara World Heritage, dan asyiknya yoga dengan mengendarai bersama mobil antik mereka yang berwarna tosca.

Dan satu kenangan manis soal kuliner Indonesia adalah ketika saya sering menyiapkan makan malam dengan masakan khas nasi goreng special buat mereka, dan yang menarik, orangtua angkat saya selalu memuji masakan saya dengan tiga kata “ you can stay Ed”

Begitu juga sebaliknya, Cassie juga sempat melewati kebersamaan daneksotisnya sungai martapura dengan naik perahu dan menikmati pasar terapung serta makan nasi sebagai sarapan, padahal Cassie menderita diabetes, namun dia perempuan yang kuat dan penyayang. Dia selalu disiplin dengan suntik insulin, saat guka darahnya naik, dan she is survive. Dia selalu memanggil saya dengan sebutan kakak, seolah kami dua bersaudara yang saling menyayangi, tapi saya tidak pernah menyebutnya dik, cukup Cas.

Program pertukaran yang berkesan ini juga bertujuan mengembangkan karir para participant, kebetulan saya sudah merampungkan kuliah S1 dan wisudadouble degree di dua universitas negeri yang berbeda, yakni S1 jurusan manajemen (Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara) dan jurusan pendidikan (Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan). Masing-masing pada tahun 2006, maka saya sempat diberikan kesempatan untuk bekerja di bidang pendidikan, dan manajemen, selama di Indonesia saya bekerja di Badan Penanggulangan Bencana Banjarmasin selama mendata dan memantau daerah bencana seperti banjir dan kebakaran, sedangkan saat di Australia saya bekerja di Group Training Northern Territory, sebuah lembaga pelatihan dimana saya bekerja sebagai trainer dan belajar marketing dan iklan, dan saya sempat juga mengajar di Darwin High School, dan sempat menulis di buku tahunannya (Annual Book DHS 2006), semuanya adalah pengalaman yang indah yang tak pernah saya lupakan.

Disamping itu kami juga banyak kegiatan seperti mempromosikan budaya Indonesia dengan menampilkan seni dan budaya baik dalam bentuk drama, tari dan nyanyian di sekolah-sekolah, universitas, kantor pemerintahan, kedutaan dan sebagainya. Begitu juga rekan-rekan dari Australia mengunjungi sekolah, kantor gubernur dan pusat industri kecil, kami saling berbagi, bertukar informasi hingga sampai pada titik yakni rasa hormat (respect) dan saling pengertian (mutual understanding) diantara kami. Contohnya teman dari Australia terbiasa bicara dengan to the pointsementara rekan dari Indonesia lebih sungkan dalam mengungkapkan pendapat dan sering mengatakan”maaf” yang bagi rekan Australia itu aneh, karena menurutnya kami tak bersalah, padahal itu bagian dari kesantunan budaya Indonesia.

Dan contoh kecil lain pada saat lebaran dan idul adha di Banjarmasin, rekan-rekan pertukaran dari Australia juga memakai hijab bagi yang perempuan dan memakai peci dan sarung bagi yang laki-laki, dan saat tahun baru tiba kami bertukar kado, itulah beberapa hal menarik dalam program yang kami jalani, seperti proses adaptasi, dinamika kelompok, homesick, culture shockyang kami lalui bersama.

Namun ada satu hal yang istimewa yang saya terima, yakni rekan-rekan Australia selalu membawa icon group Australia yakni boneka wombat berwarna abu-abu, ternyata wombat adalah hewan herbivora yang makanan utamanya terdiri dari berbagai jenis rumput, teki tahunan, herbal, kulit, dan akar tumbuhan, hewan ini mungil dan lucu serta berkantung juga seperti kanguru namun kantungnya menghadap kebelakang.

Boneka wombat tersebut selalu dipegang oleh Lord mayor, Dubes dan beberapa orang penting (VIP) setiap kami berfoto dalam melaksanakan kunjungan kenegaraan dan promosi budaya kini sudah saya simpan dengan baik di lemari, menambah koleksi boneka dari berbagai negara terkadang saya gunakan untuk story telling dalam kunjungan sosial Lentera Pustaka Indonesia ke sekolah, panti asuhan, event di pelosok daerah serta pulau-pulau Indonesia.

**

“ kapan ke Australia lagi?” tanya Cassie dengan semangat, mungkin karena mereka juga merasa senang mengunjungi Indonesia seperti Bali, Jogja dan Palu.

Dalam hati saya rindu juga memandang sunset di Mindle Beach, mengejar bus sekolah di dekat Mall Casuarina, mendengarkan sebutan miss Ed dari siswa SMU yang sering menyuruh saya nari saman saat break.

“ oh semoga dalam waktu dekat tya Cas” respon saya, sambil dalam hati berdoa (kalau dapat beasiswa doctoral ke Australia, maksutnya, semoga saya bisa kembali menyusul sahabat lain, it is hope to make a wish in new year of 2014 is it?, bukan begitu Pak Dubes? GregMoriarty J ?

“ ok, kami tunggu ya”

“ yup, of course, good day mate” respon saya dengan ungkapan yang sering saya dengar untuk menyapa seseorang di Aussie

“ hehehe, good day ed, see you in our reunion in Bali at 2015, tell others”

**

Dan sayapun menutup telepon dengan hati bahagia dan rindu, terkenang semua prosesi seleksi, pra departure training hingga keberangkatan yang mempertemukan kami, juga seragam kebanggaaan ”attired 1”, dengan jahitan yang tertulis nama sendiri dan dengan pin garuda tersemat di peci, juga scarf pink, anggun dan cantik, gagah dan tampan, kami merasa terharu dan bangga atas kesempatan itu, dan saat itu bagi saya, life begins at 25” my golden moment.

Setelah delapan tahun pertemuan diantara kami tentu banyak cerita yang berubah, semua telah menjalani kehidupan masing-masing. Cassy menjalani impiannya bekerja sebagai Paramedis di Australia dan saya bekerja di lembaga negara, semua impian kami terwujud karena pengalaman program pertukaran pemuda telah memberikan kami pengalaman berharga, memperkaya jiwa kami untuk saling menghormati, menghargai dalam perbedaan dan kami akan terus menjaga persahabatan ini hingga anak cucu kami kelak.

Dan kerinduan saya menyayikan lagu “ We are Australian” saya kumandangkan di Pusat budaya at America saat saya terpilih dalam

kompetisi Public Speaking Rene and Friends dan lolos sebagaiFinalis Rene Soehardone and friends, and story about Australia still top in my mind, bukan karenatanggal lahir saya di peringati sebagai hari nasional mengenang heroisme Anzaq Day setiap tanggal 25 April di Australia, tapi karena sudah merasakan kehangatan, persahabatan dan pengalam tak terlupakan, mengenang masa lalu yang menjadi sejarah kehidupan dan indah untuk dikenang.

Delapan tahun yang lalu, semua menjadi memori berharga, saya pernah membawa  nama bangsa sebagai duta negara dalam Program Pertukaran  Pemuda Indonesia Australia. Semoga kelak anak saya membaca cerita ini dan menjadi duta bagi dirinya, keluarganya, masyarkat dan negaranya, mengikuti jejak ibunya kelak, I do not say my future husband from Australia is it? But who know sJ, It just kidding, let’s waiting for gold reunion for 50 years of AIYEP. good day mate.

13892428971574269012
13892428971574269012
[caption id="" align="aligncenter" width="206" caption="Gathering Aiyep. doc pribadi"]
1389241673253655229
1389241673253655229
[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun