Mohon tunggu...
Edrida Pulungan
Edrida Pulungan Mohon Tunggu... Analis Kebijakan - penulis, penikmat travelling dan public speaker

Penulis lifestyle, film, sastra, ekonomi kreatif Perempuan ,Pemuda, Lingkungan dan Hubungan Luar Negeri Pendiri Lentera Pustaka Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Sehari bersama Pak JK dalam Dialog Puisi Bersejarah

10 Maret 2014   22:58 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:05 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

400 tahun lalu dunia mencarimu
Dunia ingin hidup nyaman darimu
Karena engkau adalah sumber keharuman
Pala, fuli dan cengkih dambaan mereka
Karena itu dari jauh mereka datang padamu

5 tahun lalu engkau terkoyang
Bangsa ini sangat tersayat
Dan dunia ikut tersentak
Karena deritamu derita bangsa juga
Kesulitanmu kesulitan kita semua
Ale rasa beta rasa

Hari ini engkau bangun dengan senyum simpul
Bangsa juga turut tersenyum
Kita semua lega dan berbesar hati
Kalau engkau senang kami bahagia
Ale senang beta senang

Waktunya membangun negeri ini
Dengan semangat Pattimura yang perkasa itu
Lupakan segala pedang dan batu itu
Berikan kembali pena dan buku kepada Nyong Ambon

Petik kembali cengkeh dan pancing kembali ikan
Tabu kembali tifa dan petik kembali gitar itu
Nyanyikan kembali ole sio sambil bertari lenso

Dengan senyum bunyi tifa, gitar dan nyanyianmu
Dunia akan lega, bangsa akan bangga
Karena sumber keharuman dan kehidupan
Akan bangkit kembali dari ufuk timur

Ambonku, Ambon kita semua!

(M. Jusuf Kalla, 7 September 2004)

Dari puisi diatas sangat kuat pesan perdamaian dan harapan untuk Ambon dan Indonesia juga kearifan lokal yang ada didalamnya. Kata-kata yang digunakan JK adalah kata-kata sederhanan namun dengan pesan kuat dan lugas.

Sejatinya selalu ada pesan yang indah dalam puisi. Bahkan dalam puisi tergandung misteri imajinasi dan intelektualitas yang diramu indah oleh penulisnya. Jadi kapan kita menikmati puisi pak JK lagi?

Salam inspirasi dari perempuan pecinta puisi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun