Engkau yang sedari tadi asyik membaca catatanku tentangmu. Satu per satu. Bersama dua sendok teh yang kau seduh bersama gula putih di atas meja ruang tamumu.
Tidakkah kau tahu aku tak ingin kau tau. Aku yang ingin menikmati sendiri kekaguman tentangmu. Aku yang inigin melahap sendiri setiap kecantikanmu. Dari ujung rambut hingga kakimu.
Cukuplah aku yang tahu tentang cintaku. Tak perlu kau tahu. Karena tentu kau akan menolakku. Bahkan dalam imajinasiku pun kau telah menolakku. Imaji yang telah ku tulis pada halaman pertama yang kau baca.
Kini matamu semburatkan keperihan. Engkau yang perlahan jatuh menggenggam sebilah pisau yang telah menusuk dadamu.
Aku tak bermaksud membunuhmu. Hanya menghujam kelancanganmu yang telah mengetahui setiap kalimat cintaku padamu
Â
Lubuklinggau, 7 Juni 2014
Edo Chandra
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H