***
Aku beranjak. Sekedar melepas penat setelah duduk beberapa jam dengan bukuku. Terhuyung pula langkahku. Tak terelak lagi tubuhmu yang juga berjalan keluar dari mejamu. Beberapa buku berserakan.
Tanganku bergegas menggapai sembarang buku. Satu buku dan aku pergi. Meninggalkanmu yang tengah menyusun beberapa buku bacaanmu. Aku terlalu malu untuk sekedar berjarak satu kaki darimu.
Aku pasrahkan tubuh pada setumpuk kapas yang kian mengeras dalam kamarku. Menyandarkan kepala pada bantal yang sedikit berdebu. Perlahan terlelap.
Tak urung dalam anganpun kau terus membayang. Mengganggu tiap waktuku. Namun aku suka itu. Setidaknya hanya dengan ini saja aku berani bertegur sapa bahkan bergandeng tangan denganmu.
Dan pertemuan kita di ruang kamarku pun harus dipatrikan. Dalam catatanku tentunya.
Namun tak jua ku temukan buku itu. Bahkan dalam tas kecil yang kubawa pulang bersamaku.
Pikiranku merotasi ulang. Mengulang beberapa jam mencari petunjuk. Ya, tentu kamu yang akan terus menjadi petunjuk. Wajahmu yang telah terus menguasai setiap ruang pikiranku.
Ya, tentulah kamu yang memegang bukuku. Kamu yang memungutnya setelah aku meninggalkanmu. Maka kamu yang aku tuju.
***
Gemuruh hujan biaskan jeritmu. Tak seorang kan meggubris permintaan tolongmu. Tidak juga petir. Tidak juga buku yang kau genggam saat ini.