Mohon tunggu...
Edo Segara
Edo Segara Mohon Tunggu... wiraswasta -

Pengamat UKM & ekonomi syariah. Website: www.edosegara.com

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

BMT di Era Industri 4.0

17 Februari 2019   01:19 Diperbarui: 17 Februari 2019   02:22 689
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hampir dua tahun saya tidak bisa hadir dalam kegiatan rutin tahunan atau biasa disebut Rapat Anggota Tahunan (RAT) sebuah Baitul Maal wa Tamwil (Koperasi Syariah), dikarenakan faktor kesibukan. Alhamdulillah, akhirnya saya bisa hadir lagi di acara RAT BMT yang berkantor di Bantul tersebut. 

Saya menjadi salah satu anggota tetapnya sejak tahun 2009 kalau tidak salah. Saya juga bersyukur, karena dalam acara tersebut saya mendapat doorprize sebuah kompor gas. Tapi bukan soal doorprize yang ingin saya bahas dalam tulisan ini. Saya ingin mengulas sedikit soal RAT tersebut dan secara global mengenai perkembangan BMT pada saat ini.

Secara umum jika melihat dari laporan dan pembahasan dalam forum RAT tersebut, saya melihat BMT ini masih dalam kondisi yang sangat baik. Dan saya berharap juga begitu seterusnya. Karena banyak juga koperasi-koperasi yang akhirnya tumbang karena miss management dan sengitnya persaingan bisnis keuangan dalam skala mikro ini.

Namun, dalam laporannya, ada hal menarik yang perlu saya cermati. Ada catatan dalam laporan RAT BMT tersebut yang menyebutkan bahwa: "Terjadi penurunan aset dan permodalan yang berimbas pada penurunan Sisa Hasil Usaha (SHU) BMT, meskipun bagi anggota terjadi peningkatan manfaat (promosi ekonomi anggota naik dari 15.7% menjadi 18.1%). Penurunan aset tersebut dapat dimaklumi karena adanya tekanan dari situasi eksternal yang juga dialami oleh hampir seluruh BMT lainnya," tulis laporan tersebut.

Soal penurunan aset ini ketika saya tanyakan dalam forum RAT tersebut, dijawab oleh salah satu pengelola dikarenakan menutup pelunasan pembiayaan dari bank dan bagi hasil yang disetorkan ke bank mencapai 40% dari pendapatan BMT PAM secara keseluruhan. Untuk hal ini, saya sangat bisa memahaminya. Namun, untuk laporan yang ditulis bahwa ada tekanan dari situasi eksternal yang juga dialami seluruh BMT lainnya, ini yang masih mengganjal di pikiran saya. Ada apakah gerangan situasi eksternal tersebut?

Ketika tulisan ini saya buat, saya juga sempat menanyakan juga ke seorang senior yang sudah malang melintang menjadi pegiat BMT. Karena belum dijawab, saya coba menduga-duga ini terkait persaingan yang semakin ketat di dunia bisnis keuangan. Nah, di tengah era Industri 4.0 ini kiranya menurut saya sangat perlu BMT membuat penyesuaian-penyesuaian jika ingin tetap kompetitif dan kompatibel dengan zaman.

Revolusi Industri 4.0

Pada awalnya, istilah Revolusi Industri 4.0 ini berasal dari sebuah proyek strategis teknologi canggih yang mengutamakan komputerisasi pada sebuah pabrik di Negeri tersebut. Revolusi industri 4.0 ini kemudian dibahas kembali pada 2011 di Hannover Fair, Jerman. Pada Oktober 2012, Working Group on Industry 4.0 memaparkan rekomendasi pelaksanaan Revolusi Industri 4.0 kepada Pemerintah Federal Jerman.

Professor Bob Gordon dari Northwesten University, Illinois, USA, juga memberikan beberapa tanggapan mengenai Revolusi Industri 4.0 yang dirangkum oleh Prof. Paul Krugman dari Princeton University, New Jersey, USA (penerima Nobel Price on Economic pada 2008).

Saat ini kita memasuki era baru, yaitu Revolusi Indstri 4.0. Revolusi industri gelombang keempat ini tetap bertopang pada revolusi industri ketiga. Revolusi Industri 4.0 ditandai dengan bersatunya beberapa teknologi, sehingga kita melihat dan merasakan suatu era baru yang terdiri dari tiga bidang ilmu yang independen, yaitu Fisika, Digital, dan Biologi.

Dengan komposisi yang demikian, maka Revolusi Industri 4.0 mempunyai potensi memberdayakan individu dan masyarakat. Karena revolusi industri fase ini dapat menciptakan peluang baru bagi ekonomi, sosial, maupun pengembangan diri pribadi.

Singkat cerita, ada tigal hal yang menjadi ciri Revolusi Industri 4.0 ini: Pertama, inovasi dapat dikembangkan dan menyebar jauh lebih cepat jika dibandingkan dengan sebelumnya. Dengan kecepatan ini, terjadi terobosan baru pada era sekarang, pada skala eksponensial, bukan pada skala linear.

Kedua, penurunan biaya produksi yang marginal dan munculnya platform yang dapat menyatukan dan mengonsetrasikan beberapa bidang keilmuan yang terbukti meningkatkan output pekerjaan. Transformasi dapat menyebabkan perubahan pada seluruh sistem produksi, manajemen, dan tata kelola sebuah lembaga.

Ketiga, revolusi secara global ini akan berpengaruh besar dan terbentuk di hampir semua Negara di dunia, di mana cakupan transformasi terjadi di setiap bidang industri dan dapat berdampak secara menyeluruh di banyak tempat.

Dengan realitas yang seperti itu, kita dapat membayangkan bahwa dalam bidang bisnis dan produksi, Revolusi Industri 4.0 akan meningkatkan efisiensi, terutama dalam bidang supply, logistik, dan komunikasi, di mana biaya keduanya akan terus menurun.

Bagaimana BMT Menyikapi Era 4.0?

Apa hubungannya BMT dengan Revolusi Industri 4.0? Apa yang bisa dilakukan dalam menyikapi era 4.0 ini? Hemat saya, ada beberapa masukan saya terkait hal ini. Beberapa sudah saya sampaikan dalam forum RAT BMT yang saya ceritakan di atas.

Terkait menurunkan biaya produksi (operasional dalam istilah industri keuangan), saya mengusulkan agar BMT melakukan penghematan dengan rencana pembukuan dan kegiatan kantor yang paperless. Misal, laporan RAT ini tidak perlu lagi dicetak dan mengeluarkan uang untuk publikasinya. Kita bisa buat saja dalam format PDF dan disebarkan di grup WAG anggota BMT tersebut. 

Sebenarnya, kegiatan (red. Paperless) ini sudah banyak dilakukan di bank-bank umum di Indonesia. BMT bisa memulainya. Itung-itung, bisa untuk menaikkan keuntungan BMT kemudian dibagikan dalam bentuk SHU. Ya gak?

Yang lain, BMT bisa juga membuat sebuah aplikasi yang bisa diinstal di handphone yang menyediakan informasi BMT. Laporan keuangan, cek saldo tabungan, beli pulsa, beli produk anggota, dll. Informasi ini semuanya terintegrasi dalam sebuah aplikasi tersebut. 

Muncul pertanyaan, wah kan gak mudah dan murah Pak buat aplikasi seperti itu. Katanya menghemat biaya operasional, kok malah jor-joran buang duit untuk bikin aplikasi tersebut? Ya, untuk investasi ke depan apa salahnya. Sekarang saingan lembaga anda bukan sesama BMT lagi, tapi fintech-fintech yang menjamur. Dengan instal aplikasi, anda sudah bisa menabung dan pinjam di aplikasi tersebut. Bahkan tanpa jaminan! Ayo dong, kita mulai.

Ok, selanjutnya cara-cara promosi model lama sudah bukan zamannya. Meski, pendekatan silaturrahim dan tatap muka tetap perlu. Tapi dengan kemudahan teknologi sekarang, anda bisa menggunakan  sosial media untuk promosi dll.

Apakah masukan-masukan itu relevan dengan BMT menghadapi industri 4.0? Jawabannya bisa ya, bisa tidak. Apakah sudah menjawab semua persoalan BMT? Jawabannya belum. Jujur tulisan ini hanya ingin memantik agar lembaga keuangan mikro syariah ini tetap eksis ke depannya, jika benar bahwa BMT menghadapi tekanan eksternal yang luar biasa. Allahua'lam.[]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun