Mohon tunggu...
Edo Rusia
Edo Rusia Mohon Tunggu... -

Pekerja swasta tinggal di Jakarta. Setiap hari menggunakan sepeda motor untuk mencari nafkah di Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Begini Toh Jurus Faisal Soal Kemacetan Jakarta

18 April 2012   04:07 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:29 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

KOTA Jakarta butuh sentuhan transportasi publik. Mobilitas warga yang amat tinggi saat ini, masih kurang didukung transportasi publik yang memadai. Tak kurang dari 20 juta pergerakan di Jakarta setiap harinya. Maklum, Jakarta dihuni tak kurang dari 9,5 juta penduduk. Belum lagi masuknya penduduk di sekitar Jakarta pada siang hari. Transportasi publik yang bagus membuat kota kian sehat. Termasuk, bisa meminimalisasi potensi kecelakaan lalu lintas jalan. Itu pemikiran dari kalangan para penggiat keselamatan jalan. Nah, kalau pemikiran para calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta, rasanya masih berkutat semata pada transportasi secara umum. Belakangan, kantor saya kedatangan para cagub yang akan bertarung dalam pemilu kepala daerah DKI Jakarta pada 11 Juli 2012. Kali ini, kami kedatangan Faisal Basri dan Biem Benyamin. “Program kami untuk mengatasi kemacetan salah satunya membangun transportasi publik nyaman, aman, dan terjangkau,” kata Faisal Basri, calon gubernur DKI Jakarta dari kubu independen, di Jakarta, Selasa (3/4/2012) siang. Pengamat ekonomi yang ikut mendirikan Partai Amanat Nasional (PAN) itu, mengaku, pembangunan jalan tol di tengah kota Jakarta bukan sebuah solusi mengatasi kemacetan lalu lintas jalan. ”Ada kebijakan yang keliru selama ini. Pilihannya harus cerdas, saat ini susah nambah bus Transjakarta yang baru sekitar 600-an. Tapi, bangun jalan layang Antasari bisa dengan mudah disetujui. Padahal, untuk menambah 1.000 bus hanya butuh sekitar Rp 1 triliun, sedangkan jalan layang itu bisa mencapai Rp 2 triliun,” sergah dia. Selain itu, katanya, untuk mengurai kemacetan manajemen transportasi juga harus dibenahi. Faisal mencontohkan pentingnya penerapan teknologi, kontrol yang terpusat, pengawasan penggunaan bahu jalan, hingga peningkatan koordinasi dengan para stakeholder lalu lintas jalan. ”Kemacetan pasti akan berkurang,” tegasnya. Menurut dia, salah satu kunci penting adalah pembenahan kereta api. Moda transportasi massal itu harus diperbaiki, tak hanya manajemennya, juga fasilitas infrastrukturnya. ”Rel kereta api harus ditambah untuk mengitari Jakarta,”kata dia. Nah, tutur Faisal, ketika transportasi publik yang aman, nyaman, dan terjangkau sudah terwujud, giliran penerapan pembatasan kendaraan. Seperti pembatasan ruang, waktu, dan biaya. ”Pembatasan lalu lintas kendaraan diterapkan setelah transportasi publiknya diwujudkan,” pungkas dia. (edo rusyanto)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun