Mohon tunggu...
Edo Rusia
Edo Rusia Mohon Tunggu... -

Pekerja swasta tinggal di Jakarta. Setiap hari menggunakan sepeda motor untuk mencari nafkah di Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Asyiknya Berpayung Sambil Naik Motor

16 April 2012   02:41 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:34 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

TIDAK ada larangan berpayung saat bersepeda motor. Tinggal bagaimana penumpang sepeda motor mensiasati agar tidak terjebak insiden. Cara yang paling mudah, melaju pelan-pelan saja. Barangkali itu yang ada di benak pemotor dan penumpang yang saya lihat di Jakarta, baru-baru ini. Daripada kepanasan, lebih baik memakai payung. Kreatif sih. Biasanya, ada alasan lain. Hanya berjarak dekat dari rumah. Lantaran yang di sekitar pemukiman, kerap kali menganggap risiko tidak terlalu tinggi. Ada kesan menggampangkan masalah. Mengingat risiko tak pernah mengenal jarak. Kebiasaan mengurangi risiko memang masih minim. Tak hanya di jalan raya. Di berbagai kehidupan masyarakat, kita juga kerap melihat hal serupa. Bangsa kita tangguh dalam menantang risiko. Kalau melihat pemotor yang berpayung di atas, problemnya justeru terkait soal helm pelindung kepala. Kita semua mahfum kalau soal helm. Benturan di kepala bakal berakibat fatal. Tak heran jika kemudian negara mengatur soal itu dalam Undang Undang No 22/2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ). Aturan itu mewajibkan pengendara dan penumpang sepeda motor wajib memakai helm. Bahkan, jenis helmnya pun diwajibkan yang memiliki Standar Nasional Indonesia (SNI).

Sanksi bagi pemotor yang tidak memakai helm pun sudah digariskan. Tinggal pilih, mau denda maksimal Rp 250 ribu, atau kurungan badan maksimal satu bulan.

Kembali lagi soal budaya keselamatan di jalan. Sebagai manusia yang berakal budi, kita senantiasa berikhtiar agar hidup lebih baik di esok hari. Sekalipun naik motor tak lebih dari satu kilometer, helm menjadi vital saat bersepeda motor. Memakai helm sebagai ikhtiar. Sedikit saja lengah, maut sudah mengintai. Di bagian lain, kecelakaan lalu lintas jalan tak pernah mengenal jarak. (edo rusyanto)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun