Mohon tunggu...
Edo Rusia
Edo Rusia Mohon Tunggu... -

Pekerja swasta tinggal di Jakarta. Setiap hari menggunakan sepeda motor untuk mencari nafkah di Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ramai-ramai Libas Bahu Jalan

14 Februari 2012   05:41 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:40 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

SETIAP hari lalu lintas jalan tol Jagorawi amat padat. Tol yang menghubungkan Jakarta, Bogor, dan Ciawi itu, menjadi nadi kaum urban. Mendorong roda perekonomian wilayah di sekitarnya. Termasuk Jakarta. Beragam kendaraan melintas. Mulai dari yang harganya seratusan juta rupiah, sampai dengan mendekati satu miliar rupiah per unit. Pemilik mobil pastilah memiliki uang lebih. Setidaknya jika dibandingkan dengan rakyat Indonesia kebanyakan. Dari sudut pendidikan, mestinya mengenyam yang lebih baik. Tahu tatakrama. Ternyata, tahu saja tidak cukup. Banyak yang tahu bahwa bahu jalan tol bukan untuk mendahului. Bahu jalan tol untuk kondisi darurat. Tapi faktanya? Coba lihat di jalan tol. Pemobil berlomba-lomba mengejar waktu. Bahu jalan jadi alternatif memacu kecepatan. Rasanya, kita boleh nyinyir pada perilaku itu. Kelompok masyarakat menengah atas kita masih penuh dengan orang-orang egois. Ketika masyarakat bawah menjadi bulan-bulanan tudingan semrawut. Antre sembako kisruh. Antre zakat saling dorong. Banyak yang mencibir. Tapi ketika antrean pembeli ponsel pintar yang harganya lebih dari dua juta rupiah per unit kisruh, potret kelam menjadi merata. Tak perlu strata ekonomi untuk membedakan perilaku ugal-ugalan. Kembali soal bahu jalan. Saya senang sekali ketika ada sejumlah teman di komunitas otomotif mobil yang mengakampanyekan anti bahu jalan. Komunitas itu patut dipuji untuk upaya meningkatkan keselamatan berkendara di jalan. Seorang teman berbisik, mendahului dari kiri melalui bahu jalan, sebenarnya juga penuh risiko. Misal, saat melaju dalam kecepatan tinggi, tiba-tiba di bahu jalan ada kendaraan lain yang sedang berhenti karena darurat. “Risiko terjadi benturan amat lebar,” kata dia. Percaya? (edo rusyanto)

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun