BANYAK penikmat buah durian atau duren. Selain menikmati daging buahnya yang legit, rasa manis sibuah ‘buruk rupa’ bikin banyak orang ketagihan. Tapi, bagi mereka yang tak suka, aromanya yang menyengat saja sudah bikin pusing kepala. Saya termasuk yang suka. Petani duren di Purworejo, Jawa Tengah termasuk yang berjasa memasok buah berbiji itu ke pasar. Saya baru ngeh saat menyaksikan program ‘Tumbuh Jelang Siang’ di siaran televisi swasta Trans, Kamis (5/1/2012) berkisar pukul 12.40-12.50 WIB. “Saat musim panen, petani bisa memetik 50-200 buah per hari,” ujar Yessi Pasha, sang presenter. Dalam tayangan itu disorot bentuk duren dan pohonnya yang rimbun. Buah duren bergelantungan di atas pohon. Saat Yessi hendak melepas helm halfface berwarna merah, sontak sang bapak petani duren berseloroh. “Jangan dicopot, helm untuk antisipasi karena tidak bisa diduga kapan duren jatuh.” Sang bapak bercerita, pernah ada petani yang meninggal akibat ketiban duren. Sang korban tidak memakai helm. Entah karena bergidik atas cerita itu, atau tumbuh kesadaran, Yessi pun kembali memakai helm. Keren. Bayangkan, untuk berada di tengah kebun duren saja, kesadaran sang bapak akan keselamatan demikian besarnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H