Melihat rancangan kurikulum ini diharapkan guru mampu mendorong siswa untuk melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan mengkomunikasikan apa yang telah siswa pahami setelah menerima materi pembelajaran. Kemudian untuk siswanya sendiri, diharapkan dapat memiliki tanggung jawab terhadap lingkungan sekitar, kemampuan interpersonal, antar-personal, dan memiliki kemampuan berpikir kritis.
4). Kurikulum Merdeka
Kurikulum Merdeka diluncurkan Mendikbud Ristek pada Februari 2022 dengan harapan meningkatkan pembelajaran yang lebih progresif. Lebih lanjut Kurikulum Merdeka berfokus pada materi yang esensial dan pada pengembangan karakter Profil Pelajar Pancasila.
Kurikulum Merdeka adalah kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler yang beragam di mana konten akan lebih optimal agar peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi.
Guru memiliki keleluasaan untuk memilih berbagai perangkat ajar sehingga pembelajaran dapat sesuaikan dengan kebutuhan belajar dan minat peserta didik. Proyek untuk menguatkan pencapaian Profil Pelajar Pancasila dikembangkan berdasarkan tema tertentu yang ditetapkan oleh Kemendikbud Ristek. Proyek tersebut tidak diarahkan untuk mencapai target capaian pembelajaran tertentu, sehingga tidak terikat pada konten mata pelajaran.
Sekolah yang melaksanakan Kurikulum Merdeka akan melalui beberapa tahapan implementasi, yaitu tahap Mandiri Belajar, kemudian Mandiri Berubah, lalu terakhir Mandiri Berbagi.
Kurikulum Nasional perubahan kurikulum secara nasional baru akan terjadi pada 2024. Ketika itu, Kurikulum Merdeka sudah melalui iterasi/pengujian perbaikan selama tiga tahun di beragam sekolah/madrasah dan daerah.
Sebenarnya apa yang Harus dirubah.?
Disini saya ingin berpendapat bahwa, apa gunanya mereka utak-atik buku dan kurikulum sekolah. Padahal hal yang paling vital dibanding buku dan kurikulum mestinya pemerintah fokus pada perbaikan kualitas tenaga pengajar, (guru, dan kepala sekolah) Sebab dua faktor utama inilah yang mempunyai pengaruh memperbaiki kualitas pendidikan.
Melihat fakta real lapangan, banyak (Siswa/i) suka dengan mata pelajaran bukan karena buku atau kurikulumnya, namun bagaimana guru mengajar dengan baik, asik dan tidak monoton, Itu yang dibutuhkan pelajar sekarang. Makanya sekolah harusnya menghadirkan guru-guru yang menyenangkan, layak memegang mata pelajaran, jangan asal perintah orang yang tidak sesuai dengan bakat dan potensinya. Jika pelajar merasa senang saat jam pelajaran usai, maka sekolah tersebut bermasalah, begitu pula sebaliknya.
Jika seperti ini apakah masih layak dikumandangkan bahwa mengubah pola pendidikan di Indonesia agar menjadi lebih baik kita harus ubah resep kurikulum.!!! Kayaknya sih bulsit.