Mohon tunggu...
edo murtadha
edo murtadha Mohon Tunggu... Foto/Videografer - I love traveling, making video

The best idea is the one that you're doing!

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Vaping is Not A Crime

7 Juni 2016   10:10 Diperbarui: 21 Juni 2016   19:22 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Entah karena sudah malas, atau kurang disiplin, belakangan ada saja alasan untuk tidak menghidupkan kembali otak ini untuk menulis. Padahal, Desember tahun 2015, saya sudah berjanji pada diri sendiri untuk akan selalu menulis, entah itu di kompasiana, blog, atau media apapun setiap hari 1 tulisan.

Kemudian, terasa berat dan mengkambinghitamkan pekerjaan, menamengi diri dengan kalimat: Gak punya waktu, capek banget. Dan berbagai alasan lainnya, yang logis maupun tidak logis.

Ada satu hal yang menurut saya bisa secara tidak langsung ‘memaksa’ kita untuk menulis, ya.. sering-sering main ke kompasiana. Sering-sering komen, dan diskusi atau hanya sekedar melihat kompasianer berdiskusi di kolom komen tulisan orang lain.

Tulisan ini mungkin ada kaitannya dengan hari tembakau sedunia 31 Mei yang lalu. Di kolom topik pilihan terdapat berbagai macam cerita bagaimana kompasianer menuliskan kisah-kisah uniknya dalam berhenti merokok.

Ya, saya bukan perokok kelas berat yang setiap hari bisangabisin 3bungkus atau perokok yang sudah belasan bahkan puluhan tahun berteman dengan tembakau. Saya perokok pada umumnya kok. Kenalan karena ingin dibilang keren, dan pada akhirnya jatuh cinta beneran.

Sudha 3 bulan mulai berhenti merokok. Saya ganti dengan rokok elektrik/Vape. Sebagian orang pasti akan mencibir saya, “Yaelah bang. Itu mah sama aja!,” atau “Lebih bahaya itu lagi daripada ngerokok, udah ngerokok normal aja”. Nah lho? Yang normal iu bukannya yang tidak merokok ya?

Bukan membela mereka pecinta vape atau produsennya, atau mendiskreditkan mereka yang sudah merokok bertahun-tahun.

Source image: Lizardjuice
Source image: Lizardjuice
Saya hanya ingin sharing pengalaman saya kenal dengan vaping.

Berawal dari menemani pacar yang melakukan operasi karena sakit, dan melihat biaya yang harus dikeluarkan untuk operasi saat itu. Saya langsung terteggun dan membayangkan, jika nanti saya sakit karena merokok, bagaimana ya? Berapa ya biayanya? Saya diam di pinggir jalan luar rumah sakit sambil menghembuskan asap rokok.

Sebetulnya saya sudah tau apa itu rokok elektrik, karena beberapa teman sudah ada yang menggunakannya, saat itu kalau tidak salah adalah tahun 2014. Saya research kembali, sehat tidak, kandungannya apa saja, macam-macamnya rokok elektrik, istilah-istilah yang biasa dipakai para penggunanya, dll.

Akhirnya saya beli, berkat panduan dari youtube, saya berusaha mengehntikan kebiasaan merokok biasa dan menggantinya dengan vape. Hari pertama-kedua biasa saja, saya masih menikmati rasa liquidnya yang kala itu rasa Vanilla. Namun hari ke-empat saya seperti orang sakau!. Dan akhirnya kembali lagi untuk merokok.

Setelah banyak selang seling antara vape & rokok tembakau biasa, akhisnya saya bisa berhenti full dan menggantinya dengan vape.

Sebulan setelah menggunakan vape ini beberapa hal yang saya rasakan:

  • Nafas lebih panjang (Apalagi saat berenang & berolahraga)
  • Indera Penciuman jadi lebih sensitif
  • Yang jelas, tidak bau

Khusu yang pertama sih benar-benar sangat membantu. Karena tidak perlu permen guna menjaga nafas tetap wangi, tidak perlu parfum tambahan, aman saat akan meeting dengan bos/klien.

Tapi dimana ada pro, pasti ada kontranya. Kalau saya pribadi kontra nya ada di dana.

Kenapa?

  • Untuk permulaan, memang agak mahal karena harus membeli MOD, rokok eletrik itu sendiri
  • Belum yang kecil-kecilnya: Kapas, coilnya, liquid (Perasa yang berbentuk cairan)
  • Gonta ganti liquid

Tapi kalau b=udah ketemu liquid yang pas dan gak gampang tergoda dnegan produk baru, dana sebenarnya bukanlah kontra nya. Tapi saya pribadi tipikal yang gampang terpengaruh, hehehehe.

Salam,

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun