Semua berproses dan diawali dengan Nawaitu kerja utk rakyat dengan Ikhlas. Sukses tidak diraih hanya dalam sekejap.
Secara tidak sadar Pak Jokowi sebenarnya sudah menjemput takdirnya ketika tiba-tiba beliau peduli terjun ke politik. Dan ketika itu dia tidak langsung menjadi ketua parpol level daerah. Ia merintisnya dengan hanya menjabat anggota Pengurus Anak Cabang (PAC).
Tapi takdir Tuhan tidak bisa dicegah atau dilawan. Peranan dan karir pak Jokowi di partai melejit bak meteor. Beliau cerdas memainkan petak-petak catur. Tapi itu dilaluinya dengan proses panjang tidak semudah membalik tangan. Ia perlihatkan dulu kemampuannya dengan memimpin rakyat di level Kota Solo. Prestasi demi prestasi Jokowi membangun kota Solo menjadi modal kuat ia didorong maju ke Pilkada DKI Jakarta.
Tidak ada sedikitpun ambisi pak Jokowi saat itu untuk hijrah ke Jakarta. Namun takdir terus menuntunnya kesana. Ia tak mengira akan berada pada sumbu kekuasaan yang lebih tinggi. Semua datang tanpa disadarinya. Hingga sejumlah media nasional memberikan judul FENONEMAL! pada headline korannya saat Pak Jokowi memenangkan pertarungan di Pilkada DKI Jakarta. Karena tidak ada satupun orang yang memperhitungkan figurnya ditengah-tengah nama besar Fauzi Bowo, Hidayat Nurwahid, Didik J Rachbini.
Meski ia sudah ditakdirkan Tuhan untuk menjadi pemimpin bangsa, Jokowi tidak jumawa, Jokowi tidak bergaya hidup hedonis dan mewah. Ia tetap hobi jalan kaki blusukan dari kampung ke kampung hanya untuk menyapa rakyat. Itulah kelebihan beliau. Selalu menyapa rakyatnya dari berbagai lapisan masyarakat.
Jabatan Presiden pun diraihnya tidak dengan tangan kosong dan datang secara tiba-tiba. Semua itu harus dilaluinya dengan kerja, kerja dan kerja. Ia menunjukkan prestasinya saat menjabat Walikota Solo dan rakyat puas dan memilihnya. Demikian juga ketika dia menjabat Gubernur. Cara memimpin yang sederhana dan santun mengantarkannya menjadi pemimpin Bangsa.
Jadi Jokowi meraihnya dengan proses dan tahapan panjang. Ia diuji dulu oleh Tuhan sebelum diberi Karohmah Nya.
Pemimpin yang baik itu bukan sekadar menjual nama besar orang tua, menjual keturunan atau feodalisme, bukan menjual Dinasti Politik, bukan karena duitnya banyak. dan Bukan karena menganggap dirinya tokoh hebat. Atau menganggap dirinya kasta ningrat. Ia hanya seorang tukang kayu yang diperintah Allah memimpin Bangsa ini...... Semoga dimanapun kita mengabdi, Allah tetap memberikan Hidayah dan Rahmat Nya....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H