Dia bukan putra mantan Presiden. Dia juga bukan sosok putra mantan jenderal atau mantan jenderal. Dia bukan keturunan raja. Juga bukan putra seorang Gubernur atau mantan Gubernur. Bukan pula putra tokoh atau Ketua Partai Politik. Dia tidak pernah mengandalkan dan bersembunyi dibawah ketiak nama besar orang tuanya dalam dinasti politik. Dia hanyalah seorang tukang kayu
Seorang laki-laki yang terlahir dari rahim seorang ibu yang bijak dan santun. Rahim ibu Sujiatmi. Istri seorang tukang kayu yang kelak akan melahirkan generasi tukang kayu dan menjadi Presiden RI. Dia tinggal di sebuah Desa kecil bernama Kragan, Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Sebuah desa teduh di pinggiran sungai Bengawan Solo. Tiap hari ia harus jalan kaki bersama teman-temannya untuk menuntut ilmu.
Tak ada sedikitpun ambisi dalam hidupnya untuk menjadi penguasa atau pejabat. Tidak ada ambisi untuk mengeruk harta dari jabatan. Ia hanyalah rakyat biasa yang bercita-cita bagaimana mengubah nasib hidupnya dengan bekerja keras. Ia hanya ingin membahagiakan keluarganya dan ibunda tercintanya dengan harta halal yang diraih dari kerja keras meski ia hanya seorang tukang kayu.
Ia merantau hingga ke Aceh untuk mengais rejeki bekerja dengan profesional sebagai seorang yang mandiri. Maka cita-citanya cukup sederhana tak lebih dan tak kurang, ia hanya ingin bekerja sebagai tukang kayu. Itulah perjalanan hidup seorang Joko Widodo.
Menjadi tukang kayu itu memang sejak awal sudah “direncanakan” oleh Jokowi. Mengingat latar belakang keluarganya yang memang tukang kayu, sejak kakek-neneknya, turun ke ayah-ibunya, pasangan Notomihardjo-Sujiatmi. Berangkat dari keluarga miskin yang tinggal di pemukiman kumuh dan liar di bantaran kali, beberapakali terkena gusur.
Ayahnya awalnya adalah pengepul kayu, yang kemudian dijual ke pabrik mebel. Dari sana berkembang menjadi pengusaha kecil penggergajian kayu. Dari lahir sampai berangkat dewasa dunia Jokowi adalah dunia kayu. Maka itu kecintaannya terhadap dunia perkayuan itu sudahtumbuh sejak dini. Ketika masuk perguruan tinggi, yang dipilih adalah Faluktas Kehutanan, Jurusan Perkayuan, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Prestasi demi prestasi diraup tidak menjadikan Jokowi sosok ambisius. Meraih titel sarjana dari perguruan Tinggi ternama Universitas Gajah Mada. Namun ia justru memilih jalan hidup sebagai seorang wiraswasta setelah sebelumnya bekerja sebagai pegawai sebuah perusahaan.
Tapi Allah Subhanna Wata Ala punya rencana lain buat seorang bernama Joko Widodo alias Jokowi. Allah mentakdirkan kelak ia akan menjadi pemimpin bangsa, pemimpin bagi 250 juta orang Indonesia. Allah telah memberi takdir Jokowi sejak dalam kandungan perut sang bunda dan saat roh ditiupkan dalam janin.
Allah telah menetapkan kelak JOKOWI adalah pemimpin Indonesia. Jadi meski Jokowi bukan anak tokoh, anak dari orang tua kaya raya, anak dari petinggi atau apapun garis keturunannya, ia telah diberi kepercayaan Allah menjadi pemimpin bangsa. Ini keputusan mutlak tidak bisa dibantahkan. Allah Maha Besar.
Jadi meski pak Jokowi hanya seorang tukang kayu, Allah perintahkan Jibril menuntun takdir Jokowi untuk menjadi Walikota Solo dan kemudian dipercaya rakyat jadi Gubernur DKI Jakarta dan kini jadi Presiden.
Ini menjadi gambaran kita semua bahwa untuk menjadi seorang pemimpin itu tidak diperoleh secara instan.