Mohon tunggu...
Edo Media
Edo Media Mohon Tunggu... Jurnalis -

Jurnalis

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ketika Para Ibu Nge Gosip Politik

8 April 2014   18:11 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:55 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malam ini Selasa, 8 April 2014 adalah malam "keramat". Ribuan calon anggota legislatif bersiap diri di Posko masing-masing. Berharap-harap cemas. Ada yang sudah pasrah, namun ada pula yang masih ulet terus berjuang dan bergerilya bersama tim suksesnya, merapatkan barisan. Mencari celah yang bisa dimasuki untuk meraih kekuasaan (baca:kursi).

Sementara di sebuah kawasan pemukiman, para ibu-ibu sedang asyik nge gosip temanya politik lagi, seru banget. "Bu besok diundang nyoblos?" tanya tetangga yang sedang kumpul ngerumpi. "Oh saya nggak tahu lho Mbak, saya tidak ada undangan," ujar ibu satunya.

Di sebuah perumahan di kawasan Tangerang Selatan, banyak warga pemilik KTP namun tidak terdaftar sebagai pemilih, entah apa penyebabnya, namun berdasarkan hitungan penulis karena tinggal di perumahan itu dan sudah cross chek di website KPU dan berdasarkan komunikasi dengan para tetangga penulis, masih banyak warga termasuk penulis yang jelas-jelas memiliki KTP, namun tidak terdaftar. Jadi penulis bukan bermaksud ingin jadi golput, dipaksa jadi golput.

"Buat apa non, nyoblos segale, orang kite nya kagak kenal ama yang dicoblos, saya aja ga pernah kenal nyang namanya si caleg itu," seru peserta rumpi dengan logat betawi. "Ga ada yang jelas," seru yang lain ga mau kalah. "Ga ngaruh buat kita, cabe tetep mahal," ujar seorang ibu muda beranak satu, tidak mau kalah menimpali diskusi yang mirip acara Jakarta Lawyer Club TV One, karena semua punya hak berbicara yang sama.

Acara gosip sore itu terlihat asyik sekali sesekali diselingi nada canda dan ngakak. Seumur-umur penulis tinggal di perumahan ini belum pernah ibu-ibu itu merumpi dengan tema politik. Temanya ya kebanyakan soal tetangga bisa beli mobil baru, apa tetangga renovasi rumah, menjadi tema idola para ibu-ibu jika sedang kongkow-kongkow.

Namun kali ini, para ibu-ibu ini asyik membahas tema politik yang memang sedang ngetren dan hari ini sedang jadi hajat besar bangsa Indonesia. Menginjak sore hari obrolan kian "panas" karena disisipi kalimat-kalimat kritis dan seru.

Diujung diskusi, para ibu-ibu sepakat tema bergeser ke "serangan fajar".  "Kita menunggu serangan udara nih, kok belum muncul-muncul ya lumayan kebetulan saya punya 3 suara, suara bapaknya, anak saya sama saya, ya Jeng... gimana caranya dapet serangan fajar ya, soalnya saya sering baca di internet tuh katanya para caleg mau serangan fajar, lumayan sih bisa buat ntraktir suamiku makan bakso," gurau salah satu ibu peserta ngerumpi sore itu.

"Kan sudah dikasih serangan fajar sama suami," ledek salah satu ibu sambil ngakak. "Banyak ICMI soalnya Mbak, Ikatan Caleg Miskin Indonesia, ha..ha..ha," gurau ibu yang lain.

Sejenak kita tinggalkan cerita para ibu-ibu ini. Dalam artikel ini saya akan membahas mengenai, serangan fajar vs jual beli suara.

Memang harapan dan keinginan ibu-ibu tadi untuk mendapatkan serangan fajar tidak semua akan terwujud. Karena berdasarkan informasi dan investigasi penulis di lapangan, para caleg dan timsesnya saat ini bergeser strategi. Bukan lagi memainkan serangan fajar sebagaimana digembar-gemborkan pengamat dan Bawaslu.

Namun mereka sekarang memainkan lebih jauh strategi jual beli suara. Modus ini lebih rapi, efektif dan efisien. Yakni merapatkan diri ke panitia Pemilu baik di level PPS, PPK hingga KPUD.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun