Artinya, kini pengambil putusan di KPK memang harus bisa menjadi anak manis yang bisa dijinakkan, dikendalikan dan harus tahu diri jika ingin mengungkap kasus korupsi besar yang dekat dengan pusaran istana atau melibatkan petinggi Polri.
Era pemerintahan Jokowi ingin mendesain KPK agar tidak bergaya seperti dulu. Di era pemerintahan SBY, KPK sangat tegas dan berani menangkap siapapun yang terlibat korupsi, tak pandang bulu apakah ia masih pejabat aktif, menteri atau jenderal polisi sekalipun.
Apakah kita kemudian rela melepaskan begitu saja KPK dilemahkan. Pemerintahan Jokowi sudah sukses menjinakkan KPK dengan cara teror kriminalisasi. Dimana endingnya memang "menghilangkan" Samad dan BW yang dianggap membahayakan dan tidak bisa dikendalikan. Dibawah pimpinan sementara yang baru, KPK diharapkan bersedia "berkomunikasi", lebih bisa diajak "berkoordinasi" dengan Polri dan tidak lagi mengutak atik dapurnya Polri.
Kembali saya mengutip kalimat penuh filsafat dari maha guru dan panutan saya KH Abdurrahman Wahid :
"Dalam hidup nyata dan dalam perjuangan tidak ada yang mudah. Karena kita bukan tokoh dongeng dan mitos yang gagah berani dan penuh sifat kepahlawanan kita memerangi kedzaliman. Kita ini bukan tokoh mitos, kita ini punya anak, istri dan keluarga, pasti mengenal rasa takut. Meskipun takut kita jalan terus, ada yang berani melompati pagar batas ketakutan tadi, mungkin disitu harga diri kita ditetapkan"
KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) Sang Bapak Bangsa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H