Mohon tunggu...
Edward Theodorus
Edward Theodorus Mohon Tunggu... Dosen - Dosen psikologi di Universitas Sanata Dharma

Warga Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Laki-Laki Itu Anjing

2 April 2022   12:52 Diperbarui: 2 April 2022   13:10 1396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Untungnya kebanyakan unggas apes yang berpapasan dengan Nimo bisa melarikan diri. Tapi tidak dini hari ini. Burung gereja ini sayangnya tidak mampu melepaskan diri dari terkaman Nimo.


***  


Ayu melaporkan ke teman SMA mak comblangnya bahwa Beni berselingkuh. Teman itu berusaha menyampaikan kata-kata bijak pada Ayu. Katanya, laki-laki itu sudah kodratnya tertarik pada banyak perempuan. Lelaki itu perlu diikat dengan pernikahan, baru bisa berubah dan menahan diri.


Pada saat bersamaan dengan Ayu mengobrol dengan teman baiknya, Beni sedang bertualang keluar kota menggunakan motor lanang kesayangannya. Pikirnya dalam keheningan perjalanan motor, apakah dia salah kalau menimbang-nimbang perempuan mana yang terbaik baginya. Ayu itu terlalu tinggi pendidikannya, sedangkan dia hanya lulusan S1.


Terbersit rasa minder dalam dirinya, bahwa pasangannya lebih unggul dari dirinya. Tentunya perempuan seperti itu akan tertarik pada pria yang secerdas atau lebih cerdas dari dia. Dan apakah perempuan seperti itu bisa merawat anak? Atau, kalau lebih sial lagi, apakah dia memiki keinginan untuk punya anak?


***


Selesai mengubur burung gereja, aku kembali duduk merenung. Nimo mulai mendekatiku. Ekornya bergoyang-goyang, kedua kaki depannya disandarkan pada pahaku. Sepertinya dia minta dielus-elus.


Nimo, Nimo. Kamu memang anjing tulen dan setia. Kugendong dia dan kutepuk-tepuk pelan kepalanya. Dia suka itu.


Aku teringat lagi bahwa Nimo itu suka makan sampah meskipun sudah rutin kuberikan makanan anjing bergizi tinggi buatan pabrik. Aku tidak memberikan dia nasi dan sisa lauk. Dasar anjing, tidak tahu diri bahwa sudah diberikan yang terbaik. Malah cari-cari sampah, makanan tak bermutu.


***


Selang beberapa lama menikah, Beni mulai merasakan hidupnya hambar dan penuh kekangan. Dia sering merasa kurang nyaman dalam acara-acara yang dihadiri bersama para kolega Ayu. Dia bukanlah orang yang berpendidikan tinggi, hanyalah pekerja kantoran biasa. Dia merasakan obrolan dengan para kolega Ayu itu terlalu tinggi levelnya. Panas juga hati Beni ketika menyaksikan Ayu asyik mengobrol dengan para koleganya yang pria. Tapi dia menahan diri. Mungkin sesama dosen memang lebih pantas menjadi suami Ayu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun