Mohon tunggu...
Edward Theodorus
Edward Theodorus Mohon Tunggu... Dosen - Dosen psikologi di Universitas Sanata Dharma

Warga Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Nasihat Umberto Eco untuk Mahasiswa Penulis Skripsi

4 Juni 2017   17:34 Diperbarui: 4 Juni 2017   17:51 712
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siapa Umberto Eco?

Umberto Eco lahir pada 5 Januari 1932 dan meninggal pada 19 Februari 2016. Beliau adalah seorang penulis novel, kritikus sastra, filsuf, dan guru besar universitas.

Salah satu novelnya yang terkenal berjudul “The Name of the Rose” (1980). Novel itu menceritakan penyelidikan seorang biarawan Fransiskan dan cantrik (anak didik/novis)-nya terhadap beberapa kematian misterius di biara Benediktin di Italia Utara, berlatar tahun 1327. Eco dengan lihai memadukan kisah detektif, pengetahuan tentang ilmu perpustakaan, dan filsafat dalam novel tersebut.

Para pustakawan yang sungguh-sungguh mendalami ilmunya biasanya akan sangat mengagumi novel tulisan Eco itu. Ini dikarenakan Eco menceritakan secara sangat detail proses kerja perpustakaan biara. Novel itu telah diadaptasi dalam film berjudul sama pada tahun 1986, yang dibintangi oleh Sean Connery, sang James Bond legendaris.

Dalam kapasitasnya sebagai guru besar universitas, Eco menulis sebuah buku yang menjadi karya klasik bagi mahasiswa S-1, S-2, bahkan S-3 dalam menulis skripsi, tesis, atau disertasi. Buku itulah yang akan dibahas dalam tulisan ini.

Buku tentang Cara Menulis Skripsi

Buku berjudul “How to Write a Thesis” pertama kali diterbitkan tahun 1977 dalam bahasa Italia. Buku itu menceritakan panduan menulis skripsi seperti sebuah novel: mengalir dan mengena, sehingga menjadi populer di kalangan mahasiswa. Saking populernya, buku itu dicetak ulang berkali-kali dan telah diterbitkan dalam beberapa bahasa.

Versi buku yang digunakan dalam tulisan ini adalah terbitan Massachusetts Institute of Technology pada tahun 2015. Seandainya diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, bisa jadi buku tersebut populer juga di kalangan mahasiswa Indonesia. Terutama bagi mahasiswa yang ingin sungguh-sungguh mengerjakan skripsinya dengan ketekunan intelektual. Eco sendiri mengatakan bahwa bukunya tidak ditujukan bagi para mahasiswa yang ingin buru-buru menyelesaikan skripsi atau menganggap skripsi hanyalah formalitas (halaman 4-5).

Dalam buku itu, Eco menyebutkan bahwa pada dasarnya ada lima jenis informasi yang ingin dijelaskan (halaman xxi). Pertama, apa itu skripsi. Kedua, bagaimana memilih topik skripsi dan mengelola waktu untuk menulis skripsi. Ketiga, bagaimana mengulas literatur. Keempat, bagaimana menata literatur-literatur yang telah dipelajari. Kelima, bagaimana gambaran struktur tesis yang baik.

Nasihat Umberto Eco

Bagian paling menarik bagi saya adalah bab 7 mengenai kesimpulan buku. Bagian ini menurut saya mengandung poin-poin penting dan mendasar tentang penulisan skripsi. Mahasiswa penulis skripsi patut mencermati poin-poin tersebut. Berikut ini terjemahan kasar saya terhadap bagian tersebut. Ada juga kata-kata yang saya ganti supaya lebih kontekstual dengan kondisi Indonesia.

Pada halaman 221-223, Umberto Eco menulis:

Saya ingin menyimpulkan dengan dua pengamatan. Pertama, menulis skripsi seharusnya menyenangkan. Kedua, menulis skripsi seperti memanfaatkan pohon kelapa: tidak ada bagian yang tidak berguna.

Satu hal yang sangat penting dalam penulisan skripsimu adalah kamu perlu menulis skripsimu dengan antusiasme. Jika kamu memilih suatu topik yang merupakan minatmu, dan jika kamu benar-benar mendedikasikan waktumu untuk menulis skripsi, kamu akan mengalami penulisan skripsi sebagai sebuah permainan, sebuah pertaruhan, atau sebuah perburuan harta karun. Ada sebuah kepuasan seperti memenangkan pertandingan ketika memburu sebuah literatur yang sulit ditemukan; dan ada sebuah kepuasan seperti memecahkan teka-teki ketika setelah berpikir keras dan lama akhirnya menemukan sebuah solusi dari sebuah masalah yang tadinya dianggap tidak mungkin bisa dipecahkan.

Kamu harus mengalami penulisan skripsi sebagai sebuah tantangan. Kamu adalah penantangnya. Pada awalnya kamu mengutarakan sebuah pertanyaan yang kamu belum tahu bagaimana caranya untuk menjawabnya. Tantangannya adalah untuk menemukan solusi dalam langkah-langkah yang penuh perhitungan. Terkadang, kamu dapat mengalami penulisan skripsi seperti sebuah permainan antara kamu sebagai interogator dan skripsimu sebagai pihak yang diinterogasi. 

Dia, si skripsi itu, sepertinya menyimpan rahasia yang tidak mau dia ceritakan ke kamu. Kamu mesti pintar-pintar memancing dia, menginterogasi dia secara halus, sedikit memaksa dia untuk mengungkapkan apa-apa yang tidak ingin dia katakan tetapi pada akhirnya harus dia katakan. Kadang-kadang, menulis skripsi itu seperti bermain soliter; kamu punya semua kartu, dan tantangannya adalah menyusun semua kartu itu menjadi susunan yang sesuai ketentuan kriteria kemenangan.

Jika kamu memainkan permainan-permainan itu dengan antusiasme memenangkan pertandingan, kamu akan menulis skripsi yang bagus. Namun, jika kamu memulai skripsi dengan pemikiran bahwa skripsi itu adalah ritual yang tidak berarti dan tidak ada kaitannya dengan minatmu, kamu sudah kalah sebelum bertarung. Kalau begitu, suruh saja orang lain menulis skripsimu, atau copy paste skripsi orang lain. Jangan membuang-buang waktumu dan waktu dosen pembimbingmu, orang yang tugasnya adalah membantumu menulis skripsi dan membaca naskah skripsimu dari awal hingga akhir.

Jika kamu menulis skripsimu dengan antusiasme memenangkan pertandingan, kamu akan terinspirasi untuk terus-menerus menulis. Biasanya, ketika mahasiswa mulai menulis skripsi, dia hanya memikirkan bagaimana menyelesaikannya dan membayangkan kegiatan bersenang-senang setelah skripsi selesai. Tetapi, jika kamu bertekun dalam menulis skripsi, kamu akan terobsesi untuk terus-menerus membaca dan menulis, sulit berhenti. Kamu ingin menggali lebih mendalam semua poin-poin yang telah kamu singkirkan.

 Kamu ingin mengejar semua ide yang muncul di benakmu tapi tidak kamu tulis karena takut naskahnya jadi terlalu panjang dan berbelit-belit. Kamu terdorong untuk membaca berbagai buku dan artikel jurnal lain. Kamu ingin menulis makalah-makalah. Ini adalah tanda-tanda bahwa kamu telah membangkitkan metabolisme intelektualmu, dan tentu saja itu menjadi pengalaman positif bagimu. Ini adalah isyarat bahwa kamu menjadi korban dari kompulsivitas terhadap penelitian. Kamu terdorong untuk bekerja lembur. Jika sudah mencapai tahap itu, kamu tetap perlu menahan diri supaya tidak sakit-sakitan.

 Ketika kamu sudah sampai pada tahap bisa menahan diri terhadap serangan kompulsif tersebut, kamu akan menyadari bahwa kamu terpanggil untuk meneliti, bahwa skripsi bukanlah sekadar persyaratan mencapai gelar sarjana, dan sebuah gelar sarjana bukanlah sekadar alat untuk mengejar karier atau untuk menyenangkan orangtuamu.

Ketika kamu sungguh-sungguh menjalankan penelitian skripsimu, kamu akan menemukan bahwa sebuah skripsi yang dikerjakan dengan baik adalah sebuah produk yang  mirip pohon kelapa: tidak ada bagian yang tidak berguna. Kamu dapat mengolahnya menjadi artikel jurnal imiah, atau menjadi sebuah buku. Di masa depan, kamu bisa melihat-lihat kembali skripsimu dan catatan bacaan (annotated bibliography) skripsimu untuk mencari bahan-bahan dalam mengerjakan projek lain.

Skripsimu bagai cinta pertamamu; sangat sulit untuk dilupakan. Pada akhirnya, skripsimu mencerminkan karya akademikmu yang untuk pertama kalinya kamu kerjakan dengan serius dan kerja keras, dan ini bukanlah hal yang remeh-temeh.

Penutup

Demikianlah sedikit ulasan mengenai Umberto Eco dan nasihatnya bagi para penulis skripsi dalam bukunya yang berjudul “How to Write a Thesis” (1977/2015). Ternyata pemikiran saya sejalan dengan pemikiran beliau, bahwa yang penting dalam mengerjakan skripsi adalah bagaimana menikmati prosesnya, dan bagaimana membangkitkan dorongan yang menggebu-gebu untuk menyelesaikan tantangan teka-teki konstruk psikologis yang diteliti. Tentu saja, ketekunan dan kerja keras merupakan etos kerja standar dalam menikmati permainan dan pemecahan teka-teki itu.

Di satu sisi, skripsi bisa dijadikan sekadar formalitas atau hal remeh yang dikerjakan sambil lalu, sambil mengerjakan hal-hal lain. Di sisi lain, skripsi bisa dijadikan penuh makna, sebuah latihan yang berkontribusi bagi pencapaian cita-cita mahasiswa. Saya berharap mahasiswa bimbingan saya termasuk dalam golongan kedua. Jadi, selamat berjuang menyelesaikan sripsi sambil menikmati tantangannya! J

Yogyakarta, 4 Juni 2017.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun