Akhirnya setelah sekian lama merantau di Jakarta, gue bisa pulang ke kampuang halaman di Cirebon. Berhubung harga tiket kereta yang melonjak setiap weekend gue selalu ambil kuda-kuda menjelang pulang. Berburu tiket murah kereta sekarang susah-susah gampang, susah dulu, susah lagi, baru gampang. Terlebih lonjakan penumpang yang merantau ke Jakarta semakin banyak setiap tahun. Jadilah setiap weekend gue menahan diri untuk pulang, bukan karena nggak dapat tiket tapi ya karena mahal juga. Inilah perjalanan singkat ke Cirebon hanya untuk menuntaskan rindu akan masakan kota udang ini.
[caption caption="Maaak... aku pulang!"]Sekarang, setiap pulang gue selalu bernostalgia mencicipi makanan khas kota kelahiran gue sendiri. Ya, mengobati rasa kangen karena lidah ini sudah terkontaminasi dengan menu-menu ala Eropa. Padahal, jarang juga, sih gue makan western. Biasanya, kalo nggak warteg ya makan di bundo-bundo Padang. Sekalinya pulang, gue bakal berburu makanan khas daerah gue. Dari yang pasaran sampai mall-an. Gue bakal hunting makanan baheula sampai makanan terkini. Selain itu, gue bakal ngasih rate buat setiap makanan yang berhasil gue temukan.
Bisa jadi gue bakal datengin salah satu rumah makan dan review makan satu per satu, wedeeh. Bakalan kenyang mampus tuh gue makan segitu banyak. Postingan kuliner gue juga bakal ngomongin cita rasa dan komposisi, jadi setidaknya kalo mau racik sendiri juga bisa.
Berhubung di Cirebon gue cuma sebentar dan waktu banyak dihabiskan di rumah, kali ini gue mau ngasih tahu kepada pembaca salah satu the most delicioso in Cirebon! Letaknya berada di Jalan Batembat, pinggir jalan.
Salah satu tempat makan strategis dan gampang dicari. Meski minim lahan parkir, tapi ada petugas yang ngarahin mobil agar tidak parkir di tengah jalan.
Nama tempat makannya adalah Empal Asam dan Empal Gentong H. Apud. Dung dung Jess!
[caption caption="Cita rasa khas empalnya gurih-gurih enyoy!"]
Jangan heran banyak mobil terparkir di halaman depan, ratusan motor berjejer rapi di sisi kiri. Rumah makan ini laris manis tanjung kimpul, ada gadis manis pasti banyak cowok ngumpul. Tempat ini benar-benar menyuguhkan hidangan istimewa bagi pecinta kuliner berkuah, karena tiga menu andalah di rumah makan ini bener-bener ajib.
[caption caption="Mundur... munduur... maju... maju... nabrak, dong cantik!"]
Begitu turun dari parkiran, aroma kuah empal yang gurih langsung tercium.
Gue pesan satu porsi, mamang-mamang yang kipas-kipas sate menoleh ke arah gue. Tergiur dengan potongan daging kambing yang ditusuk itu akhirnya gue juga pesan. Hari ini, gue makan satu porsi sate, empal asam, dan empal gentong. Hajar bleh!
Mamang-mamang sibuk melayani pembeli yang lain. Di depan gerobak empal Mamang itu dengan telaten dan sabar memotong daging dengan cekatan. Pesanan yang ordernya datang satu kali dalam semenit itu membuat Mamang harus cepat dalam bekerja.
[caption caption="Potong daging empal-empal di kuali... nona minta dansa hayo apalagi"]
Begitu gue datang Mamang tersenyum ramah, sebagai putra daerah gue bisa bahasa Cirebon.
“Mang kita tukue empal gentong siji, sate sepuluh tusuk bae, karo empal asem yo, Mang. Aja klalen dipai bawang abang, kecape aja kakeh.”
Pasti nggak ngerti ya?
[caption caption="Tak tetel tetel kau daging!"]
Mamang itu tetap fokus potong daging dengan pisau tajamnya. Mamang yang lain kipas-kipas sate, gue mangap-mangap kena asap. Daripada baju gue bau sate kambing gue masuk ke dalam. Suasana rumah makan ini homy banget. Kaya mampir ke rumah tetangga, meski si tuan rumah selalu bilang, “Anggap aja rumah sendiri.” Gue mengambil duduk di salah satu sudut yang nyaman.
[caption caption="Feels homey pengin duduk lama-lama gitcu"]
Menanti seporsi sate pesanan gue.
Jeng... jeng... jeng! Inilah sate kambing. Ayo ucapkan bersama-sama, “Sate Kambing!”
Kurang. Mari ucapkan lebih keras "Sate Kambing!" Haha
[caption caption="tusuk aku, Bang! Tusuk aku! Cie yang biasa ditusuk dari belakang"]
Dari dulu sate kambing juga bentuknya gitu-gitu aja. Tapi, jangan salah, daging kambing pilihan di rumah makan H. Apud ini berbeda. Katanya diambil dari kambing muda yang siap potong, udah matang dan mapan. Kambingnya juga harus yang bersih dan wangi biar dagingnya empuk dan enak dikunyah, ngaruh ya?
Setelah potongan daging sate disiram kecap manis, dan sedikit perasaan jeruk nipis, gue comot satu. Enak! Gue ambil lagi dua, tiga, sampai lima. Padahal, nasi belum datang. Sabar menunggu tiba deh giliran makanan dari surga empal gentong itu hadir di meja diantar oleh pelayan yang jalan gemulai. Tapi ya saudara-saudara seiman dan setakwa, jangan banyak-banyak makan empal gentong, karena kan dagingnya itu daging jeroan jadi diatur makannya.
Terhidang di depan mata gue semangkuk empal gentong dengan kuah kuning yang gurih, potongan tipis babat, usus, dan pilihan organ dalam itu siap berpindah ke dalam mulut gue. Asap bening masih mengepul di atas mangkok. Sepiring nasi putih hangat pun berada tepat di sebelah mangkok dan siap disendok.
Sebelum Inem, si pelayan seksi itu pergi gue minta tolong pesan minum es teh segar. Lengkap sudah, seporsi sate kambing, semangkuk empal gentong, empal asam, dan sepiring nasi putih plus es teh. Ngoahaha
[caption caption="Apa pun makanannya, minumnya teh botol Sosro! - bukan produk sponsor"]
Empal gentong ini adalah empal yang dimasak di dalam gentong menggunakan bara api, biasanya juga bara dari batok kelapa. Kenapa harus batok kelapa? Karena tingkat panas bara batok kelapa tahan lama dan tidak meninggalkan bau serta asap yang pekat. Menu daging empal gentong sebenarnya bisa pilih sesuai selera, mau isi daging, usus, babat, organ dalam, ataupun organ vital. Bahkan, menu pendampingnya juga bisa nasi maupun lontong.
Soal citarasa, setelah sendok pertama gue seruput kuah kentalnya yang creamy santan itu emang maknyus. Butiran daun kucai pun terasa lidah selain bawah goreng. Gurihnya kuah ditambah dengan potongan daging yang empuk membuat lidah gue bergoyang dangdut saking enaknya. Mata gue merem melek karena panasnya. Endes, Cyin.
Sendok demi sendok tandas masuk ke dalam mulut gue. Tanpa dosa gue pun melahap satu lagi, empal asam. Empal asam ini adalah sama-sama empal. Bedanya, kuahnya lebih bening dan rasanya asam segar. Dagingnya pun sama, bisa pilih, boleh juga ditambah tulang lunak maupun tetelan daging lainnya. Biasanya, lebih gurih kalo dapat daging kikil, dijamin nagih. Untuk minum lebih segar es duren atau es kelapa muda untuk menetralkan panas kuahnya.
Buat pecinta kuliner yang doyan makan berkuah dan sate kambing muda, rumah makan H. Apud ini rekomended banget. Lokasi strategis pinggir jalan sangat mudah dijelajahi, begitu pun harga yang bersahabat dan terjangkau.
Gue makan di tempat itu nggak pernah bosan, dulu rumah makan ini masih kecil dan hanya beberapa meja. Sekarang udah ngantre yang beli dan laris manis tanjung perak, gadis manis minta ditembak! Itulah jalan-jalan makan versi gue di Cirebon yang asyik menunya.
Nantikan jalan-jalan makan di lokasi lainnya. Sampai jumpa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H