Mohon tunggu...
Frederikus Bata
Frederikus Bata Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Sarjana Ilmu Komunikasi Jurnalistik UPN'Veteran' Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Money

Jauh dari Kata Malas dan Menyerah

20 September 2012   11:09 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:10 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi kebanyakan orang atau lebih tepatnya pengusaha, kata menyerah atau rasa malas merupakan musuh utama dalam mengembangkan usahanya. Tak terkecuali dengan dengan ibu U,un(62) pendatang asal Kuningan yang sehari-harinya bekeja sebagai pengusaha warung kopi, atau lebih dikenal dengan istilah Pedagang Burjo, kata yang sering dipakai masyarakat Jogja pada umumnya. Sederhana saja motivasi terbesar beliau dalam berusaha adalah untuk membiayai kebutuhan sehari-hari, menyekolahkan anak, dan berbagai alasan lainnya.

Dalam menjalani profesinya sebagai Tukang Burjo, beliau banyak mendapat tantangan-tantangan hidup yang bisa saja menggangu ketenangannya dalam bekerja, antara lain kadang ada orang yang suka berlaku sedikit kriminal, dalam konteks ini meminta bayaran tanpa ada alasan yang jelas, ketidakharmonisan hubungan antara beliau dengan pemilik kontrakan tempat beliau bekerja, serta pelanggan yang terkadang kurang menghargai orang tua, dan masih banyak hal lainnya.

Warung yang berada tepat di daerah Nologaten, 150 meter perempatan Outlet Biru ke Selatan, Jl. Wahid Hasyim, Sleman, Yogyakarta ini merupakan tempat bernaung dan tempat terindah ibu U’un dalam mengais rejeki. Lebih jauh lagi Ibu yang menamatkan pendidikan terakhir di bangku SLTP ini merupakan contoh nyata bagaimana komitmen kita dalam berusaha menjalani hidup tanpa melihat sejauh mana latar belakang pendidikan kita.

Ibu U’un mengajarkan kita bagaimana menghilangkan rasa malas untuk menjawabi tantangan hidup yang bisa dinikmati sesuai peran kita masing-masing. Berbagai harapan terjauh sempat tersemat dalam impian beliau, “Pengen kumpulin duit buat naik haji, nyekolahin anak biar lebih baik nasibnya dari ibu, pengen usahanya lebih gede lagi” ujar Ibu yang baru memiliki satu orang cucu ini. Kenyataan tersebut mengajarkan kita bagaimana seorang ibu U’un bisa memiliki impian dalam hidupnya, suatu fenomena yang bisa memotivasi anak-anak muda yang tentunya memiliki waktu, kesempatan dan pendidikan yang sedikit lebih baik dari Ibu untuk terus berpikir positif tentang masa depan.

Itulah segelumit kisah tentang Ibu U’un, pedagang burjo asal Kuningan yang bisa memberi nilai dan manfaat lebih bagi kita semua. Harapan saya selaku penulis, semoga ibu tetap tabah, kuat, serta lebih dewasa dalam bekerja dan menjalani tantangan hidup. Usahanya bisa berkembang dan bermanfaat bagi ibu dan keluarga, serta bisa mewujudkan impian-impian ibu dalam tahapan selanjutnya. Semangattt…

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun