Penulis tak sengaja membuka channel PB PGRI tadi sore yang kebetulan membahas mengenai Deep Learning. Pembicaranya adalah Dr Sumardiansyah PK, M.Pd dan Prof. Richardus Eko Indrajit. Deep learning menjadi buming setelah beberapa kali media menayangkan pernyataan Bapak Menteri Prof. Abdul Mu'ti akan mengenalkan pendekatan pembelajaran ini mulai tahun depan. Apa sih Deep Learning itu ?Â
Deep Learning menurut Prof. Abdul Mu'ti adalah suatu teori pendekatan pembelajaran yang ia pelajari ketika masih kuliah di Australia tahun 90 an.Â
Jadi Deep Learning ini adalah konsep lama yang masih sangat relevan. Penulis jadi teringat pernyataan dari sebuah buku berjudul The Innovation Book karya dari Max Mckeown bahwa kita dapat memecahkan masalah lama menggunakan ide-ide baru dengan cara baru dan dapat juga memecahkan masalah baru menggunakan ide-ide lama dengan cara baru. Diharapkan dengan menggunakan kombinasi ini akan menimbulkan solusi yang efektif untuk pendidikan di Indonesia.
Dr. Sumardiansyah PK, M.Pd mengawali dengan mengatakan guru adalah profesi panggilan jiwa. Guru harus pintar yang bukan hanya terkait praktik namun juga menguasai berbagai teori pendidikan. Guru juga harus pintar dalam menguasai bidang yang diampunya.Â
Menurut beliau Deep learning ini dapat di hubungkan sebagai model pembelajaran atau pendekatan atau metode. Jika ia dikatakan sebagai model pembelajaran tentu harus memiliki sintak. Jika ia dikatakan sebagai pendekatan maka sebagai cara untuk mencapai tujuan pembelajaran. Jika dikatakan sebagai metode pembelajaran maka ini merupakan keterampilan sepesifik untuk mencapai tujuan.
Dr. Sumardiansyah PK, M.Pd pada kali ini akan mengupas deep learning dari sebuah buku berjudul Deeper Learning karangan Eric Jensen dan LN dengan penerbit Indeks tahun 2008. Menurut beliau bahwa dalam menggunakan deep learning ini harus terlebih dahulu menyentuh jiwa peserta didik.Â
Buat ia cinta akan belajar bukan membuat sebaliknya sebagai beban belajar. Rasa cinta harus dibangun dalam kerangka positif dan menghindari kerangka negatif yang dapat menimbulkan traumatis belajar dalam diri peserta didik.
Peran guru sangatlah penting karena disamping sebagai motivator, ia juga sebagai fasilitator yang dapat memberikan umpan balik secara konstruktif kepada peserta didik. Jangan pernah menghakimi peserta didik, memberi label negatif, bahkan mengucilkannya. Hindari sikap, kata-kata yang dapat mempermalukan peserta didik, menjatuhkan mental, menghilangkan mood belajar, memicu stress, dan menimbulkan traumatis.
Setelah dibangun dengan cinta akan belajar, tugas seorang guru adalah mengenali latar belakang kesenangan peserta didik. Assemen awal sangat dibutuhkan disini, agar guru bisa menyesuaikan pembelajaran, konten yang sesuai dengan tumbuh kembang peserta didik.Â
Pendidikan yang ideal adalah suatu ekosistem yang harus dibangun dengan lintas guru, orangtua, dan masyarakat. Lantas bagaimana caranya seorang guru untuk bisa menyesuaikan pembelajaran sedangkan jumlah murid dikelas lebih dari 30an anak ?
Prof. Richardus Eko Indrajit pun menjawab dengan mengawali mindset esensi teknologi diciptakan. Teknologi dalam pendidikan bukanlah untuk gaya-gayaan namun teknologi diciptakan karena manusia kesulitan dan sadar akan keterbatasannya sebagai manusia. Hal ini lah yang menurut beliau, teknologi selamanya tidak akan pernah menggantikan manusia, namun sebagai alat membantu kepentingan manusia.
Deep Learning menurut beliau mengedepankan pembelajaran personality, sesuai dengan minat, bakat, dan hobi peserta didik. Oleh karena itu guru dapat menggunakan AI (Artificial Intellegence) untuk membantu menghubungkan antara minat, bakat, dan hobi peserta didik dengan materi yang sedang diajarkan. Apalagi 5.0 mengharuskan manusia bekerjasama dengan teknologi.Â
Contoh dari pemanfaatan chat gpt untuk menghubungkan antara minat, bakat, dan hobi peserta didik dengan materi yang sedang diajarkan adalah menggunakan promt berikut ini " Saya adalah seorang guru.....tolong hubungkan materi...kelas...dengan tujuan pembelajaran......sesuaikan dengan minat atau bakat atau hobi.....atas nama...." Â
Maka dalam hitungan detik guru dapat memfasilitasi peserta didik dengan sesuai pengetahuan atau kesukaan awalnya. Untuk lebih cepatnya lagi, bisa dipersiapkan berupa file lengkap mengenai analisis minat atau bakat peserta didik, di chatgpt sudah bisa langsung mengirimkan file tersebut, jadi tinggal menulis dipromtnya.
Setelah penulis coba, ternyata berhasil namun untuk chatgpt yang gratisan hanya bisa sekali penggunannya jika menggunakan file. Harus di upgrade ke chatgpt40 yang lebih tinggi tingkat analisis dan hasilnya namun berbayar sekitar $ 20. Sehingga guru perlu modal untuk melakukan hal ini di kelas.Â
Sehingga ketika kesejahteraan nanti meningkat, yang perlu menjadi prioritas guru adalah mengenai kualitas pembelajaran yang juga harus meningkat sebagaimana ucapan Bapak Menteri Disdasmen.Â
Menurut Prof Ricardus Eko Indrajid teknologi tergantung penggunanya. Jika ia dipegang oleh orang yang kreatif maka ia akan bertambah kreatif, jika ia dipegang oleh penjahat maka ia akan menjadi lebih jahat, jika ia dipegang oleh orang malas, maka ia akan bertambah malas dan sebagainya.Â
Bisa saja guru melakukan secara mandiri untuk menghubungkan materi dengan hobi, bakat dan minat, namun waktunya cukup lama, maka itu pentingnya tugas kita dibantu oleh mesin.
Perlu menjadi titik perhatian dalam mempraktekkan deep learning ini bahwa 3 prinsip ini harus dikuasai oleh guru yakni ;
- Mindfull Learning : Sadar, fokus, dan membuat aktif dalam belajar.
- Meaningfull : Mengambil makna dan relevan dengan kehidupan sehari-hari
- Joyfull : Menyenangkan dan positif.
Dr. Sumardiansyah merincikan mengenai deep learning cycrle setidaknya ada 7 hal yang harus dilakukan untuk mengimplementasikan hal ini yakni;
- Merencanakan Standar dan kurikulum : Guru harus bisa menerjemahkan kurikulum nasional menjadi kurikulum operasional sesuai kebutuhan satuan pendidikan atau lingkungan sehari-hari.
- Melakukan pra penilaian : Guru dapat menggunakan assemen diagnostik maupun pembelajaran differensiasi ketika pembelajarannya.
- Membangun budaya pembelajaran positif.
- Menggali dan mengaktivasi pengetahuan sebelumnya (kontruktivis).
- Memperoleh pengetahuan baru.
- Mengolah pembelajaran lebih dalam (bermakna).
- Mengevaluasi pembelajaran anak.
Semoga kita semua dapat mengimplementasikan di kelas masing-masing dengan esensi pembelajaran yang bermakna. Esensi guru adalah orang yang selalu belajar. Jika tak mau belajar lebih baik pindah profesi menjadi selain guru.Â
Guru harus menjadi garda terdepan untuk mempunyai sifat yang adaptif, karena kepastian di dunia ini hanya satu yakni perubahan. Semangat selalu seluruh guru di Indonesia.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI