Mohon tunggu...
Edmu YulfizarAbdan
Edmu YulfizarAbdan Mohon Tunggu... Guru - Guru Pemula

Penulis Buku Pengabdian Literasi Sang Guru (2023) | Menggapai Cahaya Ramadhan dengan Tadarus Pendidikan (2023) | Guru Pembelajaran Sepanjang hayat (2023) | Antologi 1001 Kisah Guru (2023) | Antologi Dibalik Ruang Kelas (2024) | Guru Inspiratif Era Kurikulum Merdeka (2024) |Guru SMA |

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kurikulum Merdeka di PKBM: Antara Asa, Realita, dan Transformasi Paradigma Guru

22 November 2024   22:24 Diperbarui: 22 November 2024   22:30 544
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Deraian hujan yang begitu syahdu menemani malam penulis kali ini. Penulis hari ini membagikan pengalaman menjadi narasumber di PKBM beberapa waktu lalu. PKBM adalah Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat yang bersifat non formal untuk pendidikan. 

Penulis diberi kesempatan mengisi untuk mengimbaskan penguatan Implementasi Kurikulum Merdeka yang diamanahi oleh BPMP (Balai Penjaminan Mutu Pendidikan) Provinsi Kalimantan Selatan. PKBM ini bernama Lathiful Khabiir.

Banyak hal yang penulis dapatkan di PKBM terutama terkait usaha dan tantangan untuk mempromosikan makna "Sadar Belajar" kepada masyarakat. Bahkan hingga ditaraf masyarakat yang belajar di PKBM orientasinya hanya mengejar Ijazah (Paket A, B, dan C)belaka sehingga budaya tak serius untuk belajar pun masih menjangkiti peserta didik tersebut. 

Penulis mengawali dengan menguraikan cita-cita dari pendiri PKBM ini dari namanya yakni Lathiful Khabiir. Nama ini diambil dari asmaul husna yang berarti Maha lembut dan Maha Mengetahui. 

Penulis katakan bahwa diharapkan guru yang berjuang di PKBM ini harus memiliki sifat lembut kepada peserta didiknya dan mengetahui secara detail mengenai peserta didik dan sesungguhnya ini sejalan dengan nafas kurikulum  merdeka yang menekankan akan pentingnya fleksibelitas dan berpusat pada peserta didik.

Penulis jadi teringat buku Asmaul Husna yang penulis beli pada sekitar tahun 2021 karya dari Abdullah Gysmnastiar. Di buku tersebut dengan lengkap menjelaskan makna dari setiap asmaul husna. Penulis kali ini mencoba mencantumkan kedua asmaul husna  yang menjadi nama dari PKBM tersebut.

Spirit Al Lathif

Kemaha lembutan Allah tampak pada kebaikan-kebaikan yang Dia hadirkan dalam segenap peristiwa. Ada hikmah dari setiap kejadian, ada pelajaran yang mendewasakan dari setiap momen kesedihan dan kenestapaan. Oleh karena itu dalam setiap kejadian seburuk apapun, strategis apapun menurut pandangan kita, Allah senantiasa menyertakan kebaikan didalamnya.

Banyaknya kesulitan yang dirasakan oleh guru/tutor di PKBM seyogyanya harus menjadi motivasi untuk mengenal lebih dalam makna guru itu sendiri. Kesulitan yang penulis dengar dari proses dialog pada kegiatan kemarin adalah banyak peserta didik di PKBM yang cenderung tidak mempunyai perhatian, semangat untuk belajar bahkan menganggap PKBM sebagai sekolahan formalitas. 

Di PKBM ini kebetulan kebanyakan anak pesantren yang menjadi binaannya sehingga anak-anak tersebut tentu lebih mementingkan pelajaran di pondoknya ketimbang materi di PKBM, ini merupakan tantangan untuk kita semua.

Jika melihat sekilas, kurikulum merdeka sangat cocok diterapkan pada PKBM. Namun pada saat pelaksanaannya sungguh penuh tantangan. PKBM Lathiful Khabiir termasuk yang selalu mengamodir kegiatan kurikulum merdeka.  Namun kekurangannya adalah setiap pelatihan selesai, ilmu yang disampaikan hanya sampai itu juga, ini merupakan PR kita bersama untuk mengkaji kembali akan pentingnya pendampingan.

Penulis sungguh kagum dengan kepala PKBM ini bernama Ir. Syahdani Apasha, M.Si. Beliau mengatakan pentingnya setiap guru atau instansi yang terlibat untuk "Menjemput Bola" karena tanpa hal ini pendidikan dengan segala kurikulum terbaik pun tidak akan efektif hingga akar bawah. 

Dahulukan kegiatan sosial lalu bisnis. Kebanyakan kita mendahulukan bisnis sehingga hukum untung rugi menjadi prioritas dalam segala keputusan dan tindakan. Padahal mengelola pendidikan ini harus bermindset "Investasi" sehingga memandang segala sesuatu tidak ada ruginya dan pasti ada ilmu yang dapat diperoleh. 

Paradigma transaksional ini lah yang masih bergentayangan di dunia pendidikan saat ini, namun beliau tetap optimis dengan bukti banyaknya kerjasama yang beliau lakukan sehingga banyak bantuan yang datang ke PKBM ini. Namun tinggal pemanfaatan dari fasilitas yang diberikan itulah yang harus ditingkatkan terutama wawasan guru/tutor serta paradigma masyarakat.

Didalam buku asmaul husna ini dikatakan bahwa gambaran sikap lemah lembut Rasulullah terlihat jelas manakala beliau bergaul dengan para sahabat. Setiap orang yang berjumpa dengan beliau senantiasa merasa bahwa dirinya paling diperhatikan. Demikian pula kepada anak-anak , beliau sangat mencintai dan sangat lembut. Beliau suka mengusap kepada mereka, memperhatikan mereka, dan membawa mereka ke rumahnya sambul digendong atau dipapah.

Hal ini lah yang mungkin bisa kita tiru dalam mengamalkan spirit Lathif.  Dengan segala macam latar belakangnya peserta didik ,seorang guru/tutor harus membuat ia merasa bahwa dirinya paling diperhatikan. 

Minimal dengan mendoakan peserta didik setiap shalat, dan mengenal peserta didik dengan mengetahui namanya atau menyematkan hal-hal positif kepada ia. Ketika kita ingin dirindukan oleh peserta didik hal yang pertama dilakukan adalah kita merindukan mereka terlebih dahulu ketika berproses bersama di kelas-kelas.

Spirit Khabir

Kemampuan mengenal Allah dan yakin bahwa Dia mengetahui semua yang kita lakukan, sekecil apapun, walau hanya berupa lintasan hati sesungguhnya adalah aset terbesar dan termahal yang dimiliki orang-orang beriman.

Secara definisi mufasir bahwa kata Al-Khabir merujuk pada pengetahuan yang mendalam dan sangat rinci menyangkut hal-hal yang tersembunyi. Hal ini penulis coba asosiasikan kepada PKBM bahwa seorang guru/tutor dituntut untuk mendalami dan mengetahui duduk persoalan peserta didik. Sehingga tidak melakukan tindakan selain atas dasar informasi dan pengetahuan yang jelas dan lengkap.

Pada kurikulum merdeka asesmen awal menjadi ciri khas dalam setiap pembelajaran. Hal ini lah yang penulis sampaikan untuk menjawab kegelisan seorang guru bahasa inggris yang mengatakan bahwa beliau sangat kebingungan dalam menerapkan materi kepada peserta didik yang mayoritas anak pondok pesantren. Ketika kita sudah bisa memetakan kondisi dan situasi peserta didik maka akan mudah melakukan proses pembelajaran.

Beliau menyampaikan contoh kasus dilapangan, anak-anak ini sudah berada di kelas 2 SMP/Mts Sederajat namun ia masih belum paham tentang bahasa inggris. Penulis pun memberikan jawaban bahwa bagaimana anak tersebut mau mempelajari materi tingkatan tersebut jika prasyaratnya saja mereka belum ketahui. 

Oleh karena itu di kurikulum merdeka boleh menurunkan materi sesuai dengan pengetahuan awal peserta didik tersebut. Untuk lebih lanjutnya silahkan manfaatkan PMM(Platform Merdeka Mengajar) untuk lebih mengetahui praktek dari asesmen awal.

Penulis selalu mengatakan bahwa kurikulum merdeka ini menempatkan guru harus mempunyai literasi tinggi. Mengapa ? Karena berbagai macam metode pembelajaran dan strategi harus ia kuasai untuk efektivitas proses pembelajaran kepada bermacam-macam latar belakang peserta didik. Oleh karena itu ini juga menjadi instropeksi bersama ternyata masih banyak guru yang tak rajin membaca, apalagi menulis. 

Beberapa kali penulis bertanya diberbagai tempat , apakah bapak/ibu sudah membaca buku 5 buah dalam sebulan? Ada 1 hingga 2 guru yang mengangkat tangan. Apakah bapak/ibu sudah membaca 15- 20 buah pendidikan dalam sebulan? senyum tipis dan tawa menghiasi ruangan tersebut menandakan "tidak ada" yang melakukannya.

Hal ini menjadi PR bersama, bagaimana pun bagusnya kurikulum jika guru/tutornya tak punya hobi membaca maka yang akan terjadi muncul miskonsepsi terus menerus. Membaca harus menjadi gerakan bersama baik guru maupun instansi terkait. 

Hal yang bisa kita tiru dari spirit Al-Khabir ini adalah berusaha memperoleh pengetahuan yang mendalam untuk segala urusan, khususnya terkait dengan ilmu pengetahuan, baik ilmu agama maupun ilmu duniawi.

(Pribadi)
(Pribadi)

Kesimpulan

Semoga dengan banyaknya pelatihan yang dilakukan akan membawa dampak kepada setiap peserta didik apapun lembaga pendidikannya. Hal yang paling penting dari segala kurikulum adalah hubungan antara guru dan muridnya. Tidak ada murid yang mau belajar kepada guru yang tak disukainya. Tugas kita adalah membuat peserta didik tersebut penasaran. Ketika peserta didik mulai penasaran maka proses belajar dimulai.

Penulis pun menghimbau kepada setiap guru, ketika menemukan masalah terkait pembelajaran maka tulislah lalu cari referensi yang dapat menjawab kegelisahan guru tersebut. Sumber belajar sekarang beraneka ragam, tinggal kitanya lagi untuk berlomba-lomba memanfaatkannya dengan sebaik mungkin. Penulis harapkan akan banyak guru/tutor yang menjadi penulis terkait lika liku semangat mengajar di PKBM.

Semoga Allah selalu sehatkan rezeki seluruh guru dan juga menyehatkan mental guru sehingga dapat menyajikan pembelajaran berbasis kebahagiaan apapun kurikulumnya. Semangat selalu para guru !

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun