Apakah semua orang bisa menulis ? Asal bisa membaca pasti bisa menulis. Langkah kedua , jangan berpikir kualitas menulis terlebih dahulu, kualitas menulis itu sesungguhnya bagi yang sudah mapan dalam hal keterampilan. Oleh karena itu tulislah sebanyak mungkin hal-hal yang berada disekitar kita.Â
Menulis adalah dunia praktik. Oleh karena itu niat yang kuat harus dimiliki agar tidak menjadi penulis cita-cita. Apa itu penulis cita-cita? Orang yang berkeinginan untuk menulis namun hanya sebatas cita-cita tanpa ada action untuk menulis. Menulis itu bukan soal gelar kita tinggi namun adalah soal mindset.Â
Berapa banyak lulusan SD seperti KH Bisri Mustofa, KH Hamka yang mempunyai puluhan karya buku namun berapa banyak profesor yang hanya menuliskan 1 atau 2 karya buku saja dalam hidupnya. Oleh karena itu semakin sering menulis maka kita semakin terlatih dalam hal kemampuan dan semakin meningkatkan kualitas tulisan kita.
Menulis tidak lepas dari kaitannya membaca. Jika kita terbiasa membaca, maka informasi demi informasi akan mudah terkoneksi secara otomatis dalam tulisan kita. Membaca itu ada dua ; membaca untuk menulis dan membaca untuk menikmati. Membaca untuk menulis biasanya Prof ngainun mencari kata kuncinya atau indeksnya didalam buku tersebut.Â
Sedangkan membaca untuk menikmati adalah ketika ada waktu senggang dengan beberapa lembar. Untuk dapat menulis maka harus disiplin dengan target. Misalnya adalah ketika hari ini menargetkan untuk menulis 4 paragraf maka harus dituntaskan dan konsisten setiap hari apapun situasinya.
Tantangan kita semua terutama dosen adalah ketika menugaskan membuat makalah, namun prof ngainun justru curiga jika makalah itu bagus. Oleh karena itu prof biasanya melakukan ujian lisan pada akhir semester atau meriview buku yang ditentukan dengan mengandalkan interpretasi siswa tersebut.Â
Tentunya bagi zaman sekarang menulis dan membaca itu adalah hal yang tidak menarik bagi siswa ketimbang scrool media sosial. Menurut penelitian bahwa gagalnya kegiatan literasi di sekolah adalah tidak adanya teladan dari guru untuk membaca dan menulis.Â
Mengutip dari pernyataan Rhenald Kasali bahwa tugas seorang guru adalah memberikan inspirasi kepada siswa, untuk urusan hasil itu adalah milik Allah.Â
Jadi jika guru hanya menyampaikan materi saja tanpa memberikan inspirasi maka ia disebut sebagai "Guru Kurikulum". Oleh karena itu teruslah berusaha untuk memberikan ruang fasilitas seperti adanya mading (majalah dinding), membuat majalah sekolah,dan lainnya serta menjadi guru inspiratif untuk siswa kita disekolah.Â
Prof.Dr. Ngainun Naim, M.HI bercerita bahwa beliau menjadi seperti ini karena guru waktu di SMP selalu membawa buku bacaan ketika di kelas dan selalu melihatkan hasil tulisan guru tersebut dari berbagai media kepada siswanya. Ternyata hal tersebutlah yang membuat beliau termotivasi untuk menjadi penulis seperti sekarang ini. Oleh karena itu mulailah membaca, mulailah menulis, mulailah menjadi guru inspiratif.Â