Mohon tunggu...
Edmu YulfizarAbdan
Edmu YulfizarAbdan Mohon Tunggu... Guru - Guru Pemula

Penulis Buku Pengabdian Literasi Sang Guru (2023) | Menggapai Cahaya Ramadhan dengan Tadarus Pendidikan (2023) | Guru Pembelajaran Sepanjang hayat (2023) | Antologi 1001 Kisah Guru (2023) | Antologi Dibalik Ruang Kelas (2024) | Guru SMA |

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Simak! Serba-Serbi Kurikulum Merdeka yang akan Menjadi Kurikulum Nasional

9 Maret 2024   12:06 Diperbarui: 9 Maret 2024   13:17 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kurikulum Nasional Baru akan diberlakukan oleh Kemendikbudristek. Sekolah kami (SMA Negeri 1 Rantau)  hanya tinggal 1 angkatan lagi pada tahun ini yang masih menggunakan kurikulum 2013 dan setelah itu otomatis seluruh jenjang dari kelas X,XI,dan XII pada tahun ajaran baru akan menggunakan kurikulum merdeka. Tentu banyak catatan curhatan mengenai kurikulum merdeka ini baik bagi pribadi maupun sebagian guru yang penulis temui.

Kita bersama-sama mengetahui bahwa semangat kurikulum merdeka ini diawali oleh angin segar penyataan Menteri Pendidikan Bapak Nadiem Makarim mengatakan bahwa guru harus fokus dengan mengajar dan mendidik dengan tidak disibukkan dengan tuntutan banyaknya administrasi,oleh karena itu diluncurkan RPP 1 lembar, para guru menyambut dengan suka cita, dan percaya baru kali ini pemerintah berpihak kepada guru mengenai minimalisir administrasi guru.

Berjalannya waktu muncul aplikasi bernama PMM (Platform Merdeka Mengajar) yang dijadikan sebagai salah satu upaya peningkatan kompetensi guru. Aplikasi ini pada awalnya tidak bersifat wajib tetapi hanya sukarela untuk menunjang kompetensi guru dan salahsatu platform untuk saling berbagi. Program Guru Penggerak pun tampil sebagai salah satu program mewadahi bagi guru yang ingin menjadi fasilitator dan praktisi di dunia pendidikan. Guru Penggerak harus menjadi inspirasi untuk menjadi pemimpin pembelajaran yang berpusat pada peserta didik.P-5 (Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila) sebagai program untuk mencetak karakter peserta didik sesuai dengan tuntutan zamannya. Lalu muncul kebijakan mengintegrasikan RHK E- Kinerja didalam platform PMM dengan niatan memudahkan para guru dan kepala sekolah untuk menentukan sasaran kinerja yang kontekstual sesuai dengan kebutuhan satuan pendidikan dan pengembangan karir.

Tahapan itulah yang penulis ingat dalam transformasi pembelajaran selama kurikulum merdeka berjalan. Tentunya Guru sebagai ujung tombak pendidikan yang paling awal merasakan efek kebijakan tersebut. Walaupun ada pro dan kontra terkait kebijakan yang dijalankan oleh pemerintah.

Pertanyaan selanjutnya ,apakah kurikulum merdeka sudah siap dijadikan kurikulum nasional ?

Mengutip pernyataan Bapak Presiden Joko Widodo pada hari ulang tahun PGRI dan Hari Guru Nasional di Jakarta tahun 2023 bahwa beliau kaget dengan riset RAND Corporation 2022 mengatakan tingkat stres guru lebih tinggi dari pekerjaan yang lain. Penyebab stres tersebut meliputi perilaku siswa dan perubahan kurikulum.

Perilaku Siswa Pada Kurikulum Merdeka

Tentu siswa pada kurikulum merdeka ini bisa kita lihat bersama mendapati kebijakan mengenai pernyataan "tidak ada yang tidak naik kelas" sehingga hal ini cukup mengagetkan para guru yang dilapangan dan mempengaruhi perilaku siswa di lapangan.
Tentu hal ini perlu dikaji lebih dalam oleh akademisi. Perlunya pelibatan akademisi dalam menyusun kurikulum ini. Penulis sewaktu kuliah S-2 mulai  tahun 2021 banyak dosen yang bertanya mengenai kurikulum merdeka ini kepada mahasiswanya karena mereka belum paham. Ini menandakan pelibatan akademisi belum secara maksimal dilakukan oleh pemerintah. Akademisi yang penulis ketahui vokal kontra mengenai kurikulum merdeka ini di Youtube adalah Bapak Doni Koesoma, Bapak Suyanto, dan Bapak Indra Charismiadji. Adapun akademisi yang vocal pro terhadap kurikulum merdeka untuk diyoutube penulis belum mengetahuinya.
Disana para akademisi menyatakan mengenai perilaku siswa bahwa diantara program kurikulum ini misalnya P5 ,Bapak Doni menwawancarai seorang siswa yang mengatakan banyak jam kosongnya ketika kegiatan tersebut berlangsung, dan banyak yang bukan karena kesadarannya dalam menjalani kegiatan tersebut karena hanya tuntutan dari gurunya. Jadi pembelajaran berpusat pada murid hanya slogan semata.

Gurunya pun terlihat kebingungan dalam menjalankan program P5 ini ,oleh karena itu dibutuhkan pelatihan dan pendampingan kepada guru secara intens untuk P5 jika program ini tetap dilanjutkan pada kurikulum nasional.

Pada program guru penggerak pun menurut pengamatan karena sistem tersebut banyak jam kosong dikelas, tentu pendidikan kepada siswa menjadi kurang karena padatnya kegiatan tersebut. Mungkin jika program ini dilanjutkan agar perlu evaluasi dari pihak pemerintah dan tentunya ajak akademisi untuk menyempurnakan program ini menjadi lebih baik. Walaupun menurut Indra Charismadji seharusnya yang melatih guru itu bukan sesama guru,namun khusus pelatih guru yang menguasai Andragogi seperti di Singapura. Kita pun mengetahui Singapura menjadi nomor 1 dalam PISA tahun 2022. Sedangkan Indonesia masih peringkat 10 terbawah.

Perilaku siswa yang menjadi fokus perhatian pada kurikulum merdeka ini yakni kekerasan seksual, perundungan/kekerasan, dan intoleransi. Sungguh ini fokus yang sangat bagus, dengan dibentuknya TPPK ( Tim Pencegahan dan Penanganan Kekerasan) pada tahun 2023. Namun perlu pelatihan dan pendampingan yang lebih komprehensif untuk mengaplikasikan Peraturan ini agar lebih efektif. Karena sesuai sambutan Presiden Joko Widodo pada Kongres PGRI pada 2024 mengatakan jadikan sekolah menjadi tempat aman,dan menyenangkan bagi seluruh siswa (safe house).

Perubahan Kurikulum

Tentunya perubahan kurikulum adalah sebuah keniscayaan yang harus dihadapi semua insan pendidikan. Guru pun sudah berkali-kali menghadapi pergantian kurikulum ini sehingga menjadi seakan-akan kebal terhadap setiap perubahan. Sehingga tagline ganti menteri ganti kurikulum menjadi akrab di dunia guru yang efeknya ganti kurikulum tetap tidak ada perubahan yg signifikan hanya berbicara  administrasi dan nomenklatur saja yang bertransformasi.

Tekanan guru untuk mengisi administrasi pun sekarang bertambah baik dari Kemdikbudristek melalui PMM dan Pemerintah Daerah melalui E-Dialog (Kalimantan Selatan). Akhirnya yang ada dipikiran para guru adalah mengenai kewajiban mengisi administrasi setiap bulannya. Bahkan untuk demi PMM pun rela memulangkan siswa untuk mengerjakan aksi nyatanya tersebut. Saran untuk kedepannya jika hal ini menjadi kurikulum nasional, perlu adanya rembuk antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah untuk hal yang bersifat administrasi, jangan bebankan guru dengan hal yang tidak subtansial. Mengutip pernyataan Bapak Doni Koesoma , berikanlah guru kemandirian dan kebebasan!

Penulis pun mendengar pernyataan dari Bapak Imam Z.Haeri, S.Pd di chanel Youtube Suyanto.id mengatakan bahwa para guru rela menggunakan waktu belajar dengan siswa untuk melaksanakan kegiatan PMM, bahkan begadang untuk memenuhi tugas ini. Padahal kita mengetahui guru memiliki keluarga yang juga harus diperhatikan. Lebih lengkapnya silahkan melihat di channel ini.


Kesimpulan

Jikalau ada perubahan kurikulum, fasilitasilah guru dengan pelatihan yang bukan sedekar formalitas. Berikan setiap satuan pendidikan pendamping yang memahami esensi kurikulum tersebut. Agar tidak terjadi miskonsepsi. Ajak para akademisi untuk merumuskan kurikulum tersebut. Dengar aspirasi guru yang ada dilapangan bukan hanya untuk dikontenkan semata. Penulis sungguh menyayangkan bapak Menteri Pendidikan Bapak Nadiem Makarim tidak hadir di acara Kongres PGRI untuk mendengar keluh kesah guru, dan mengacungi jempol kepada Bapak Presiden walaupun tugas yang padat tetapi masih mau ikut hadir memberi sambutan dan mendengar keluh kesah guru yang disampaikan oleh ketua umum PB PGRI. Jangan jadikan guru sebagai objek politik semata, namun dengan sungguh-sungguh membawa kapal pendidikan kita ini ke tempat yang mulia dan sebagai pusat peradaban ideal bagi masyarakat Indonesia.

Mari ajak duduk semua pihak terkait untuk pendidikan emas. Seperti perkataan Dr. KH Quraish Shihab di acara Dialog Kebangsaan " Merawat Ukhuwah Kebangsaan menjaga Persatuan Indonesia bahwa "ukhuwah (persatuan) itu lebih penting. Dengarkan semua pihak lalu putuskanlah. Gus Baha  pun ikut mengomentari mengenai perihal ukhuwah bahwa selesaikan setiap permasalahan dengan mengajak berpikir dan duduk bersama. Mari jadikan kurikulum nasional sebagai inspirasi emas untuk pendidikan bukan sebagai tumpukan administrasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun