Mohon tunggu...
Yoga Prasetyo
Yoga Prasetyo Mohon Tunggu... Administrasi - Belajar menjadi penulis pembelajar

Mahasiswa Pascasarjana, SB-IPB University. Praktisi industri keuangan, khususnya keuangan mikro, asuransi mikro, ekuiti mikro dan asuransi syariah. Memiliki minat yang luas pada berbagai topik diskusi. Berkesempatan berbicara pada beberapa seminar dan forum di dalam dan luar negeri.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Heart of Happiness

17 September 2020   15:13 Diperbarui: 17 September 2020   17:36 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

-Suatu hari di tahun 2011, ketika saya mendengarkan sesi seminar kontemplasi yang dibawakan oleh Gede Prama-

"Stop comparing, start flowing. It's the key of your happiness"

Seandainya kalimat dari Gede Prama itu saya baca sepuluh tahun lalu, mungkin saya tidak akan mampu menyelami kedalaman maknanya seperti saat ini. Padahal ketika itu pun saya sudah mengoleksi beberapa buku Prama. Tapi cernaan hati saya tak bisa menjangkau lebih dari sekedar kata-kata yang tersusun.

Sesungguhnya setiap orang perlu waktu dan kilasan pengalaman untuk sampai pada penemuan hakiki pada dirinya. Saya tidak mengatakan hari ini saya telah menemukan semua yang saya cari. Tidak. Tapi setidaknya saya sudah mampu menjawab sebagian pertanyaan diri tentang apa yang sebenarnya saya cari.

Sama seperti pengalaman Prama dulu, perlahan di usia yang menjelang kepala empat ini, saya seperti melihat bahwa pencarian di luar selalu mengantarkan kita kepada ketidakberhentian untuk membandingkan. Dan sungguh itu melelahkan.

Lelah ketika saya mencerna falsafah yang dianut seorang motivator, "Kalau kita lunak pada diri sendiri, maka kehidupan akan keras kepada kita. Tapi kalau kita keras kepada diri sendiri, maka kehidupan akan lunak kepada diri kita."

Hmmm... Bapak Motivator yang baik, perkenankan saya untuk tidak setuju. Kehidupan setiap orang tidak sekeras seperti yang terlihat dari kacamata Bapak. Bagi saya, berdamai dengan diri sendiri itu justru memupuk kekayaan batin yang lebih lengkap, menjadikan dia sebagai sahabat yang berdialog, ketimbang selalu mencambuknya seperti kuda.

Lelah yang lain ketika melihat sahabat-sahabat berpacu untuk menjadi nomor satu. Dibombardir dengan pertanyaan: Anda ingin kaya? Anda ingin punya deposito sepuluh milyar? Anda ingin punya rumah? Anda ingin punya mobil? Anda ingin keliling dunia?

Ah, saya jadi berpikir. Apakah yang saya miliki sekarang ini adalah dalam rangka menjawab pertanyaan-pertanyaan itu? Saya rasa tidak. Tidak sama sekali. Saya malah takut dan malas sekali berhubungan dengan pertanyaan-pertanyaan seperti itu. Ya, yang kita miliki sekarang ini belum tentu hadiah kok. Siapa tahu ujian. Sebaliknya, yang tidak kita miliki juga belum tentu hukuman, siapa tahu justru sebuah penyelamatan.

Dan, itulah rupanya yang dimaksud oleh Prama sebagai 'dunia luar'. Sebuah dunia yang penuh dengan pembandingan, penuh dengan penginginan. Apakah salah? Tidak. Dunia-dunia itu diadakan untuk memberi kita pilihan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun