Mohon tunggu...
Edid Teresa
Edid Teresa Mohon Tunggu... Guru - Gak Ket Hai Gaku

Pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Susah Sinyal, Merdeka Belajar dari Rumah

30 Agustus 2020   12:19 Diperbarui: 30 Agustus 2020   13:15 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ibu Lusia Saat Mengunjugi Rumah Peserta Didik (Dok: Pribadi)

Memulai tulisan ini, saya mencoba mengutip sambutan menteri pendidikan dan kebudayaan Repoblik Indonesia Nadiem Makarim pada peringatan Hari Pendidikan 2 Mei 2020 yakni" "Belajar memang tidak selalu mudah, tapi ini saatnya kita berinovasi, ini saatnya kita bereksperimentasi, ini saatnya kita mendengar hati nurani kita dan belajar dari COVID-19 agar kita menjadi masyarakat dan bangsa yang lebih baik di masa depan,".

Saya menangkap sebagian dari sambutan Mendikbud mengenai pentingnya kesadaran setiap masyarakat untuk tanggap dalam menghadapi setiap situasi. Covid 19 adalah situasi yang berhasil menyita dunia tanpa terkecuali. Sistem penyebaran yang begitu cepat mampu melumpuhkan semua kegiatan di bumi. 

Ekonomi, tranportasi, pariwisata dan pendidikan ibarat mati suri. Tidak ada yang mengira semua akan terjadi. Tidak juga dapat diprediksi kapan akan berakhir. Pada situasi yang demikian, konsentrasi masyarakat akan terbengkalai.

Kepekaan kita sebagai masyarakat dalam menanggapi segala situasi demikian menjadi salah satu point penting. Bukan untuk saling menakuti. Namun lebih kepada bahu-membahu agar tetap bertahan meski dalam situasi sulit.

Sudah hampir 5 bulan terhitung sejak diumumkan oleh Presiden RI Joko Widodo  bahwa semua masyarakat Indonesia disarankan untuk bekerja dari rumah.hal tersebut dilakukan untuk memperlambat pola penyebaran Covid 19. 

Mendikbud Nadiem Makarim menanggapi  instuksi Presiden RI melalui kebijakan pembelajaran jarak jauh (PJJ). Pembelajaran jarak jauh sebagai upaya menyelamatkan guru dan peserta didik dari penyebaran Covid 19. Maksud dari PJJ tersebut adalah dengan mengedepankan pembelajaran berbasis online. Apakah kebijakan PJJ tersebut mampu menembus batas negeri peleosok?

Namanya, Lusia Setia. Guru sekolah Dasar Inpres Pateng. Tepatnya  dipelosok Timur Manggarai Barat. Ibu Yustina adalah sapaannya. Ibu yustina sudah 13 tahun mengabdi sebagai guru di SD Inpres Pateng. Sebagai guru SD, Ibu Lusia mengajar kelas V SD. Letak SD Inpres Pateng yang terbilang jauh dari kota menempatkan sekolahnya berada di zona hijau Zovid 19. Meskipun demikian, tidak menutup kemungkinan pihak sekolah tidak berhati-hati dalam menekan pola penyebaran covid 19.

Lantas, Bagaimana Ibu Lusia Menanggapi Kebijakan PJJ dari Mendikbud?

Pelaksanaan PJJ yang sangat sarat dengan sarana dan prasaran insfrastruktur memadai khususnya kebutuhan jaringan tehnologi dan akses insternet menjadi tantangan. Tidak semua wilayah di Indonesia tersentuh oleh jaringan dan akses internet memadai. Tentu saja, hadirnya kebijakan tersebut menimbulkan masalah tersendiri bagi pihak sekolah. Sementara, kebijakan PJJ tidak dapat diubah begitu saja.  Realitas dilapangan menunjukan bahwa pihak sekolah tidak dapat sepenuhnya melaksanakan kebijakan PJJ.

" Kebijakan PJJ sunguh membuat kami diterlantarkan. Anak-anak ibarat diliburkan karena diwajibkan untuk belajar dari rumah. Sementara tidak semua guru paham dengan tehnologi. Kita semua tahu, SD Inpres Pateng sangat susah dengan askes internet. Jangankan untuk akses internet, untuk berkomunikasi saja kita disini susah" terang Ibu Lusia ketika diwawancara oleh penulis pada Rabu, 26 Agustus 2020 via Handphone.

Dalam banyak aspek, sistem PJJ jika tidak diubah atau disesuaikan dengan kenyataan dilapangan akan semakin menelantarkan peserta didik. Jauh dari itu, sistem PJJ juga tidak efektif sehingga banyak juga peserta didik yang tertinggal. Akibatnya, capaian akademik peserta didik ikut tertinggal dan jauh dari harapan.

Namun, apa jadinya jika pihak sekolah SD Inpres Pateng tetap melaksanakan pembelajaran tatap muka? Akankah Covid 19 tersebut semakin merajalela?

" Kami di kampung. Segala hal susah. Tentu saja, kami tidak ingin susah dalam hal pendidikan, tutur Lusia.

Kebijakan PJJ yang mengedepan pembelajaran daring adalah pembelajaran tida terduga. Tidak pernah terbayangkan akan terjadi. Tidak heran jika ada yang mengatakan PJJ sebagai sistem pembelajaran baru. Proses pembelajaran yang sedianya guru berinteraksi dengan peserta didik kini meski secara cepat membutuhkan keterlibatan orangtua dalam mendampingi anak-anaknya. Boleh diakatan bahwa, kebijakan PJJ menempatkan orangtua sebagai guru dadakan.

Jauh dari kenyataan demikian, pelaksanaan pembelajaran PJJ tetap dilaksanakan. Mau tidak mau, suka tidak suka PJJ menjadi salah satu jalan keluar di tengah situasi pandemic Covid 19 saat ini.

Solidaritas Merdeka Belajar Pelosok Negeri.

Minimnya akses internet di tengah kebijakan PJJ dari Mendikbud menjadi persoalan tersendiri bagi guru di negeri pelosok. Akibatnya, ada sebagian SDM tertinggal jauh. Misalkan saja, memiliki alat komunikasi Handphone bagi mereka tidak menjadi hal yang penting. Kebutuhan akan sumber informasi menjadi tidak penting. 

Bagi mereka, memiliki HP tanpa ada akses internet menjadi hal mubasir. Dampaknya, ketika ada perubahan seperti kebijakan PJJ sekarang, ada banyak orang ibarat gagap. Tidak siap dengan perubahan bahkan mereka merasa, hal tersebut malah akan merugikan. Tehnologi tidak penting manakala memberikan ruang hampa bagi penggunanya. 

Bagi mereka, tehnologi hadir menguras waktu untuk bertani. Demikianlah kenyataan di masyarakat ketika berhadapan dengan kebijakan PJJ dari Mendikbud. Ini hanya sebagian. Masih ada banyak lagi catatan merah mengenai respon masyarakat di tengah pandemik Covid 19 khususnya terhadap kebijakan PJJ. 

Dampaknya, guru sebagai pembimbing peserta didik mengalami kewalahan dalam memperjuangkan tujuan pendidikan bagi peserta didiknya. Ada berbagai solusi yang dihadirkan. Salah satunya adalah mengunjungi kediaman peserta didik. tentu saja aksi tersebut tidaklah mudah. Namun bekal semangat dan spirit mendidik para guru tetap berusaha melakukannya.

Ibu Lusia salah satunya melaksanakan kegiatan demikian. Rendahnya fasilitas di pelosok memang tidak dapat dipungkiri. Rendahnya askes internet bukan hanya menjadi persoalan utama jika disandingkan dengan kebutuhan fasilitas lain berupa transportasi. Di tengah menjalankan program kenjung rumah peserta didik, para guru meski berhadapan lagi dengan sarana transportasi yang susah.

Akankah Guru Memilih Berada Pada Zona Ternyaman?

Ibu Lusia Sedang Membimbing Peserta didik (Dok: Pribadi)
Ibu Lusia Sedang Membimbing Peserta didik (Dok: Pribadi)

Di tengah kebijakan PJJ bagi peserta didik dan guru menyimpan beberapa benang merah terhadap dunia pendidikan Indonesia. Sistem perhatian yang belum merata menjadi biang semua persoalannya. Alhasil, pemerintah dianggap gagap ketika berhadapan dengan kenyataan demikian.

Pilihan untuk berada pada zona ternyaman oleh para guru di pelosok bukan lagi menjadi pilihan akhir. Zona nyaman yang saya maksudkan ketika para guru memilih untuk tetap berada di sekolah demi memenuhi tuntutan pendidikan yakni hadir di sekolah. 

Sementara kebijakan PJJ yang mengedepankan peserta didik belajar dari rumah malah menjadi persoalan. Pada akhirnya, para guru memilih keluar dari zona nyamannya dan melakukan aksi mengunjugi peserta didik. dalam perjalanannya, aksi tersebut mendapatkan respon positif dari orangtua peserta didik. 

Buktinya, orangtua mendorong anak-anak mereka untuk mengikuti setiap kebijakan guru selama mengikuti kegiatan kunjungan salah satunya mengikuti protokol kesehatan. Hadirnya kebijakan demikian memberikan catatan penting bagi pelaku pendidikan di negeri bahwa, merdeka belajar tidak semata-mata meraih pendidikan dengan bebas. 

Merdeka belajar berarti siap belajar dan mendapat ilmu darimana saja. Rumah juga adalah sekolah. Merdeka belajar, belajar dari rumah. Merdeka belajar dari rumah adalah salah satu solusi terdepan di tengah pandemic covid 19. Selamat belajar. Raihlah cita-citamu. Waktunya menantan diri.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun