Mohon tunggu...
editan to
editan to Mohon Tunggu... Wiraswasta - Mengelola Usaha Percetakan

memperluas cakrawala

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Meralat Jokowi Tak Terlibat Kudeta, AHY Gadai Kredibilitas

18 Februari 2021   16:27 Diperbarui: 18 Februari 2021   16:37 536
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Joko Widodo dan Agus Harimurti Yudhoyono. (Foto: Biro Pers Setpres)

Tujuan terzalimi tak lain memposisikan sebagai korban sehingga kembali meraih simpati dan dukungan. Apalagi, pelaku zalim adalah penguasa atau rezim penguasa yang memiliki segala daya.

AHY seolah memproklamirkan tengah membela demokrasi. Adanya campur tangan penguasa dalam PD tidak lain adalah ancaman yang harus dilawan. AHY hendak tampil terdepan dalam perlawanan dan perjuangan melawan intervensi punguasa. Ia mengklaim peristiwa serupa bisa menimpa partai politik.

Namun, fakta yang berkembang kemudian tidak begitu kuat menunjukkan adanya ancaman campur tangan penguasa tersebut. Bantahan disampaikan justru oleh eks kader. Mereka beramai-ramai menyerang partai juga kepemimpinan AHY.

Menko Polhukam ikut membantah. Menko Maritim Luhut menyebutkan juga didekati banyak kader PD. Eks petinggi PD menyebutkan sengaja mengajak Moeldoko masuk ke PD. Hal itu melemahkan semua tuduhan yang disampaikan oleh AHY.  Justru yang muncul saling bertolak belakang.

Teranyar, AHY mengatakan Jokowi tidak tahu mengenai rencana kudeta itu. Namanya hanya dicatut. Justru di sini menunjukkan kocar-kacir pertahanan diri AHY dan PD. Mungkin ini berkaitan dengan kematangan seseorang, orang menyebutkan jam terbang.

Saat ini, hanya satu yang bisa dibangun AHY yaitu melakukan konsolidasi lebih efektif kepada DPD dan DPC di seluruh Tanah Air. AHY dengan kekuatan sebagai orang muda justru bisa menjadi penyemat dan penggairah politik PD. Ia pun harus menutup buku skenario mencuri simpati dengan memposisikan diri sebagai korban rencana kudeta sekaligus gejolak internal.

Sebagai ketum memang dituntut responsif dan cepat dalam mengambil keputusan dan tindakan. Namun, menembak membabi-buta hanya akan menurunkan kredibilitas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun