POLRI segera memiliki Kapolri baru. Uji kelayakan kepatutan akan segerea digelar. Semua fraksi di parlemen tampaknya sudah sepakat. Calon tunggal Komjen Pol Listyo Sigi Prabowo yang diajukan Presiden Joko Widodo akan disahkan.Namun, sebagaian masyarakat masih ada yang melakukan penolakan. Setidaknya itu ditangkap dari pengamatan Pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Ora Aji Kalasan, Sleman, Gus Miftah.
Dai nyentrik itu menilai pihak penolak itu karena melihat latar agama yang dianut perwira tinggi berdarah Yogyakarta yang lahir di Ambon dari keluarga militer itu.
"Eh bro, ingat ya Polri itu lembaga negara yang ngurus kamtibmas, bukan lembaga dakwah. Di polri semua agama ada, artinya Kapolri gak harus orang muslim," kata Gus Miftah dalam videonya yang diunggah Polda DIY dalam akun Instagram @poldajogja, Senin (18/1/2021).
Gus Miftah mengatakan tidak habis pikir dengan para penolak yang menyoal agama Katolik dari Jenderal kelahiran 52 tahun lalu dan pernah menjabat sebagai ajudan Presiden Joko Widodo tersebut.
Komjen Listyo dipuji karena mumpuni dan andal. Misalnya, keberhasilan mengungkap pelaku penyiram air keras terhadap Novel Baswedan hingga penangkapan buron kasus hak tagih Bank Bali Djoko Tjandra yang kasusnya ikut menyeret dua perwira tinggi di Polri.
Menurutnya, komunikasi dengan umat Islam yang dibangun Listyo dinilai  luar biasa. Seperti saat menjabat Kapolda Banten, Listyo dianggap cukup berhasil membangun  silaturahmi dengan pesantren dan para kiai.
Jika disetujui DPR, Listyo  bakal menjadi Kapolri beragama Nasrani ketiga sejak Indonesia merdeka. Pada tahun 1963-1965 dijabat oleh Jenderal Pol Soetjipto Danoekoesoemo, beragama Kristen. Lalu Kapolri periode 1984-1978 dijabat oleh Jenderal Pol Widodo Budidarmo, juga beragama Kristen.
Di luar pujian Gus Mitfah di atas, sebenarnya peta persoalan yang akan mengadang Listyo sudah tampak di depan mata.
Pertama adalah kelompok yang yang melihat rekam jejak yang bersih dari alumnus Akpol 1991 itu. Listyo yang merupakan sosok pendiam dan sederhana dipandang bersih dan tidak pandang bulu.
Kolompok ini merasa cemas dengan gerakan sapu bersih dari Listyo. Kelompok yang kerap bermain kotor baik di internal ataupun di luar Korps Bhayangkara merasa cemas maka mereka menggerakkan penolakan. Bahkan akan terus berusaha menggoyang kepemimpinan ke depan.
Kedua yaitu kelompok yang mengedepankan SARA. Golongan ini akan terus meniupkan isu agama untuk mengganggu kinerja Listyo ke depan.