Saat ini, pemerintah tengah menunggu rekomendasi BPOM. Termasuk mengenai kehalalan dari produk Tiongkok ini dan vaksin-vaksin lainnya. Andaikan, mengandung unsur haram, tentunya ada solusi manfaat dalam situasi seperti saat ini.
Pemerintah juga telah menetapkan jenis vaksin yang layak digunakan di Indonesia. Ada enam jenis yaitu produksi Bio Farma, Aztra Zeneca, China National Pharmaceutical Group Corporation (Sinopharm), moderna, Pfizer Inc and BioNtech, dan Sinovac Biotech Ltd.
Jika pemerintah baru mengimpor Sinovac dalam jumlah 1,2 juta dosis telah masuk dan akhir bulan ini 1,8 juta dosis tentu karena kesediaan di pasar dan jumlah tersebut yang dipesan sejak tengah tahun ini.
Pemerintah juga telah memesan dalam bentuk bahan baku yang akan diolah pabrik obat nasional mulai awal tahun depan.
Seiring dengan perkembangan penelitian, diyakini akan makin banyak varian vaksin dalam waktu-waktu mendatang. Dengan demikian, kontroversi kenapa Sinovac yang dipilih tentu hanya akan membuang-buang energi. Keran impor vaksin terutama dari enam produsen di atas tentu akan terbuka lebar.
Suntik vaksin masih akan memakan waktu. Hingga kita mendapat gilirannya. Jumlah penduduk Indonesia tidak sekecil di Singapura atau negara-negara di Eropa. Satu-satunya cara hanyalah dengan disiplin menerapkan 3 M.
Suatu hal yang miris, adalah rencana PA 212 yang menggelorakan aksi 1812. Bahkan mereka mengundang peserta kerumunan yang yang terjadi dalam penjemputan Rizieq Shihab di Bandara Soeta, termasuk di Tebet, Megamendung, dan Petamburan untuk berkumpul Jumat besok.
Mereka menuntut pembebasan Rizieq Shihab dan pengusutan 6 laskar yang tewas. Bukankah hal itu sudah diproses hukum? Apakah harus melalui tekanan massa dengan mengorbankan aspek yang lebih utama saat ini yaitu kesehatan?
Jadi setelah Jokowi tes perdana Covid, Vaksin pun diberikan cuma-cuma, masihkah kita memperberat keadaan dengan kerumunan-kerumunan, biang penularan virus mematikan ini?