Sebenarnya berbagai jurus di atas tidak bisa dilepaskan dari tata cara yang dilakukan Anies dalam memperebutkan posisi orang nomor 1 di Ibukota. Kampanye Anies adalah kebalikan dari apa yang dirancang dan dibangun gubernur sebelumnya. Baik mengacu pada kepemimpinan Ahok atau pun Jokowi.
Misalnya saja bagaimana konsepsi terhadap air hujan. Jika Anies ingin menanam di bumi, sedangkan Ahok hendak mengalirkannya ke laut. Bila Ahok rela menggusur tetapi memberi hunian layak maka Anies membiarkan hunian liar meski berdampak banjir seluruh kota.
Terjadi kemudian adalah masyarakat melihat tidak seiringnya Jokowi dan Anies. Hal itu diterjemahkan dengan berbagai asumsi dan penilaian. Misalnya saja, pemanggilan Anies atas kerumunan Rizieq di Petamburan.
Masyarakat pro Anies melihat bahwa itu bagian dari upaya menumbangkan kepercayaan publik kepada mantan Mendikbud itu, bahkan kriminalisasi. Masyarakat yang lain melihat hal itu sebagai kewajaran belaka karena ada kesan pembiaran atas kerumunan tersebut.
Anies sendiri seolah ingin menyikapi berbagai kejadian dengan mengunggah foto tengah membaca buku 'bagaimana demokrasi mati'. Suatu bentuk protes, mungkin, di antara berbagai 'jurus mabuk' yang selama ini sudah dilakukan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H