PENGAKUAN Negara-negara dunia menjadi kunci eksistensi presiden terpilih Amerika Serikat Joe Biden. Namun, sejak perayaan kemenangan Biden dengan 290 suara elektoral masih terdapat beberapa negara yang belum memberikan ucapan selamat atas kemenangannya sebagai Presiden ke-46.
Sekutu utama Donald Trump  yaitu Arab Saudi  tampak masih ragu-ragu  memberikan ucapan selamat kepada pemenang dari Partai Demokrat tersebut. Kerajaan Saudi terbilang negara terakhir di semenanjung Teluk yang memberi selamat.
Iran yang menyatakan gembira atas kekalahan Trump tetap akan menunggu langkah dan kebijakan Biden terutama menyangkut kesepakatan nuklir yang dicabut Trump 2016. Kesemrawutan Pilpres di As yang menerapkan sistem demokrasi itu menuai cemooh dari pemimpin tertinggi Ayatollah Ali Khamenei.
Ali Khamenei mengatakan itu adalah "contoh dari wajah buruk demokrasi liberal", yang telah menunjukkan degradasi politik sipil dan moral dari sebuah bangsa AS.
Sedangkan sekutu AS tetapi juga musuh Iran yaitu Israel telah mengirim ucapan selamat resmi kepada Biden tetapi tidak menyebutkan sebagai presiden terpilih. Negara terdekat AS di era Trump itu ingin diyakinkan kembali tentang tekanan AS terhadap Iran.
Israel juga menghendaki AS lebih berperan dalam upaya normalisasi hubungan dengan negara-negara Arab. Pada rezim Trump, selain muncul pengakuan Yerusalem membuat Israel bisa menjalin hubungan secara formal dengan beberapa negara di teluk. Bahkan Trump menjanjikan Arab Saudi akan resmi berjabat mesra dengan Israel.
Tentu yang mengagetkan adalah sikap dari Kremlin, Rusia. Vladimir  Putin sebagai presiden  belum bersedia mengucapkan selamat kepada Biden. Putin beralasan menunggu pengumuman resmi mengenai kemenangan kandidat Demokrat.
Hal itu bertolak belakang dengan ucapan Putin pada 2016 yang langsung memberi ucapan kepada Trump. Penegasan untuk menunggu sebelum memberi ucapan apa pun disampaikan Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov.
"Anda dapat melihat bahwa ada prosedur hukum tertentu yang telah diumumkan oleh presiden saat ini. Itulah mengapa situasinya berbeda dan oleh karena itu kami pikir pantas untuk menunggu pengumuman resmi," kata Peskov, seperti dikuti Reuters.
Membisunya Moskow juga terkait masa pemerintahan Barack Obama dan Biden sebagai wapres. Pada 2014 Rusia menganeksasi Krimea dan Ukraina sehingga memicu hubungan yang paling buruk pasca Perang Dingin.
Kondisi diperparah dengan kekalahan Hillary Clinton melawan Trump. Saat itu Kremlin dituding melalukan persekongkolan guna memuluskan kemenangan Trump. Meski dibantah.