Mohon tunggu...
editan to
editan to Mohon Tunggu... Wiraswasta - Mengelola Usaha Percetakan

memperluas cakrawala

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Tolak Kalah, Trump Copy Paste Siapa?

8 November 2020   10:12 Diperbarui: 8 November 2020   10:19 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendukung Trump melakukan aksi turun ke jalan di Phoenix, AS, Kamis lalu. (Foto: Twitter/AP/Publicanews)

DONALD TRUMP masih ngotot sebagai pemenang. Saat pulang dari padang Golf Virginia, miliknya ke Gedung Putih, Sabtu pagi waktu setempat, ia berusaha menyembunyikan muka murung dengan topinya bertuliskan'Make America Great'.

Ia sempat melintas dekat Black Lives Matter Plaza, tempat massa rivalnya berkumpul merayakan kemenangan kandidat Partai Demokrat Joe Biden yang sudah mendapat  suara elektoral 290, melampui 270 syarat kemenangan.

Sebelum bermain golf, Trump bahkan mencuit di akun twitternya "Saya menang Pemilu ini, dengan banyak suara'. Sebelumnya, klaim kemenangan juga berulang ia lontarkan. Misalnya, dini hari di  pergantian hari setelah pencoblosan.

Klaim, Presiden ke-45 AS itu mengesampingkan masih terjadi proses perhitungan surat suara di berbagai negara bagian.

Ketika bangun di pagi hari Kamis, didapatkan suara untuknya tertinggal dari rivalnya seorang mantan wakil presiden. Ia uring-uringan. Ia melontarkan kemarahan kepada para gubernur dari Partai Republik. Ujungnya ia menyerukan setop perhitungan suara.

Trump menyebutkan bahwa telah terjadi penipuan. "Ini adalah penipuan besar-besaran di negara kita. Kami ingin hukum digunakan dengan cara yang tepat. Jadi kita akan pergi ke Mahkamah Agung AS. Kami ingin semua pemungutan suara dihentikan," katanya saat itu.

Seiring dengan itu, Trump mengatakan menyiapkan ahli hukum untuk menggugat negara bagian hingga Mahkamah Agung. Bersamaan itu rumor tanpa mendasar mulai liar berhembus. Misalnya, 30 orang pemilih dari partai republik dicegah masuk bilik suara. Di beberapa negara bagian, loyalis Trump turun ke jalan membawa senjata api. 

Saat itu, Polisi terpaksa harus mengamankan 50 pendemo di New York dan 11 orang di Portland. Terjadi  aksi bakar-bakaran serta bentrokan dengan polisi. Pendukung Trump di Arizona tampak membawa senapan laras panjang dan pistol. Mereka juga menyalahkan media yang menyampaikan hasil sementara yang memenangkan Biden. "Fox News memalukan,"  seorang demonstran berteriak protes.

Suami Melania terus berbicara di ruang jumpa Pers Gedung Putih mengklaim dicurangi. "Kalau suara sah dihitung maka saya menang mudah. Saya sudah memenangkan banyak negara bagian yang penting, termasuk kemenangan besar," kata Trump saat itu.

Ia kemudian menyampaikan pernyataan-pernyataan dan tudingan tanpa mendasar sehingga membuat beberapa stasiun tv harus memotong siaran langsung karena jengah atas pernyataan ngawur sang petahana presiden.

Seiring dengan itu, diduga kubu Trump di media sosial melontarkan ujaran kekerasan. Bahkan, Facebook harus menutup akun yang menyerukan seruan 'setop pencurian (suara)' yang cepat membiak anggotanya menjadi 365 ribu dalam sehari.

Ancaman kekerasan juga dilontarkan, misalnya oleh  loyalis Trump, Steve Bannon. Ia mengancam akan memenggal kepala Direktur FBI Christopher Wray, termasuk Direktur Alergi dan Penyakit Menular Anthony Fauci karena dianggap tidak setia pada Trump.

Trump getol berkicau di linimasa Twitter melontarkan tudingan tanpa dasar membuat cuitannya kena sensor. Ia juga getol menuding media massa dan lembaga survei telah memihak Joe Biden.

Kondisi itu membuat beberapa ahli mengomentari Pilpres Indonesia di-copy paste Trump. Warganet Indonesia juga riuh dengan cuitannya di media sosial. antara lain, 'Prabowo versi AS', 'Another Prabowo detected'. 'Jangan khawatir, siapa pun yang kalah akan menjadi Menhan'.

Setelah hasil elektoral tembus syarat minimal kemenangan, bahkan 290 berbanding 215 untuk kemenangan Biden, Trump masih melawan. Ia bahkan tidak legowo untuk mengucapkan selamat kepada sang rival, sebagaimana tradisi pilpres sebelumnya.

Trump masih menyebutkan kecurangan, misalnya, surat suara yang dikirimkan lewat pos banyak yang datanya dibuat-buat, seperti diisi nama warga yang telah meninggal. "Saya tidak akan beristirahat hingga rakyat Amerika mendapat perhitungan yang jujur," ujarnya.

Trump masih bercokol di Gedung Putih hingga pengambilan janji Biden sebagai presiden pada Januari 2021. Warga AS masih cemas-cemas menunggu apa yang dilakukan Trump dalam hari-hari mendatang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun