Mohon tunggu...
editan to
editan to Mohon Tunggu... Wiraswasta - Mengelola Usaha Percetakan

memperluas cakrawala

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kontroversi Emmanuel Macron Bisa Selesai Lewat Dialog?

28 Oktober 2020   15:19 Diperbarui: 28 Oktober 2020   15:26 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sang pemimpin Ataur Rahman mengatakan Macron adalah pemimpin pemuja setan. Ia pun mendesak pengusiran duta besar Perancis sambil membakar patung buatan bergambar Macron.

Kemarahan tersebut merupakan rentetan dari akumulasi sikap terhina atas pemuatan karikatur Nabi Muhammad yang disakralkan dan dilarang untuk digambarkan dalam bentuk apapun. Luka atas kasus karikatur Nabi Muhammad SAW di sampul majalah Charlei Hebdo yang telah terjadi bertahun-tahun lalu ikut kembali menganga.

Kelompok kecil yang kemudian dicap sebagai radikal telah mengeksekusi dua belas orang redaksi majalah sehingga tewas dalam satu serangan di kantor majalah tersebut di Paris, Pada Januari 2015. Bahkan, para kartunis majalah itu mengklaim sudah menjadi target pembunuhan setelah memuat 12 kartun Nabi Muhammad yang diterbitkan harian Denmark Jyllands-Posten sejak 2006 lalu.

Berkaca pada kondisi di atas apakah sudah bisa menjadi bukti analisis mendiang Huntington adanya konflik peradaban? Ketika adanya pembelaan atas dalih kebebasan ekspresi sebagai bagian budaya Barat kemudian berbenturan dengan sesuatu yang sakral dalam suatu agama, atau peradaban Islam.

Saat terjadi pemboman WTC 11 September 2001 pemerintah Amerika Serikat menolak dalil Huntington. Serangan menggunakan pesawat penumpang yang menewaskan 3 ribu jiwa itu diyakini sebagai serangan militan lokal bukan mewakili peradaban Islam.

Hal itu sejalan dengan pemikiran bahwa tidak semua komunitas muslim, tentunya dengan peradaban Islamnya, memberikan tanggapan kepada Barat dengan fundamentalismenya. Seperti disampaikan ilmuwan Islam seperti Seyyed Hossein Nasr yang memilah gerakan Islam dalam empat kategori fundamentalisme, modernisme, mahdiisme, dan tradisionalisme.

Apalagi sebenarnya peradaban telah terdiferensiasi oleh sejarah, bahasa, budaya, tradisi, dan yang lebih penting lagi, agama. Itu sebabnya perbedaan budaya kurang bisa menyatu dibanding perbedaan politik dan ekonomi yang lebih bersifat terbuka.

Demikian pula orang mungkin bisa menjadi separuh Perancis - separuh Arab. Namun, tidak mungkin akan menjadi setengah Islam dan setengah Kristen.

Artinya bahwa dalam agama dan peradaban muncul tantangan besar dan kian berat di tengah interaksi masyarakat global. Satu-satunya cara adalah dialog sehingga perbedaan tidak melahirkan konflik. Tanpa dialog maka perbedaan peradaban akan melahirkan konflik yang berujung pada kekerasan. Semoga.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun