pemanasan global dan berbagai macam bencana alam ekstrem bukan hanya sekedar imajinasi belaka. Data ilmiah menunjukkan bahwa suhu rata-rata permukaan bumi telah meningkat sekitar 1,1°C sejak masa pra-industri. Angka ini diperkirakan akan terus meningkat hingga 4,4°C pada akhir abad ke-21 jika emisi gas rumah kaca, terutama CO2 dan metana, terus meningkat tanpa upaya pengendalian yang serius. Hal ini akan berdampak sangat negatif terhadap kelangsungan kehidupan di bumi.
Krisis iklim global saat ini yang ditandai dengan   Berbagai fenomena perubahan iklim ekstrem seperti gelombang panas, badai, kekeringan, dan banjir telah terjadi di berbagai wilayah di dunia. Di Indonesia, dampak pemanasan global sangat terasa dengan mencairnya 80% massa es Puncak Jaya dalam 20 tahun terakhir.
  Demikian pula di Arktik, luas permukaan es laut berkurang hingga 40% di musim panas. Data ilmiah ini semakin memperkuat fakta bahwa pemanasan global dan dampak perubahan iklim bukanlah mitos melainkan ancaman nyata. Jika suhu bumi terus meningkat tajam, diperkirakan akan terjadi bencana kemanusiaan dengan skala yang belum pernah terjadi sebelumnya. Diperkirakan hingga 140 juta orang di negara-negara berkembang akan menghadapi migrasi paksa akibat dampak perubahan iklim pada tahun 2050.
  Produktivitas pertanian global juga bisa menurun hingga 30%, menyebabkan kelaparan dan krisis pangan. Selain itu, kenaikan permukaan air laut akibat mencairnya lapisan es di kutub juga akan mengancam tenggelamnya pulau-pulau kecil dan kota-kota pesisir besar seperti Jakarta, Bangkok, London, dan New York. Dengan kata lain, peradaban modern seperti yang kita kenal saat ini terancam musnah karena suhu bumi yang semakin panas.
  Oleh karena itu, permasalahan pemanasan global harus menjadi perhatian utama seluruh umat manusia, bukan sekedar permasalahan lingkungan hidup. Ini adalah masalah hidup dan mati bagi generasi sekarang dan mendatang. Penyebab utama krisis iklim saat ini tentu saja adalah aktivitas manusia itu sendiri, terutama emisi gas rumah kaca dari pembakaran bahan bakar fosil dan penggundulan hutan secara besar-besaran.
  Pengendalian emisi CO2 secara drastis harus menjadi prioritas utama, baik di tingkat individu, komunitas, dunia usaha, dan negara. Pemerintah perlu mengembangkan kebijakan energi bersih yang lebih kuat untuk mempercepat transisi ke sumber energi terbarukan.
  Perusahaan juga harus segera bergerak menuju model ekonomi yang lebih ramah lingkungan. Pada saat yang sama, masyarakat harus mengubah gaya hidup dan kebiasaan yang membuang- buang energi dan sumber daya. Hanya dengan kesadaran kolektif dan tindakan praktis dari semua pihak, laju pemanasan global dapat diperlambat untuk menyelamatkan masa depan bumi dan peradaban manusia. Jika tidak, generasi mendatang akan menanggung akibat dari kelalaian generasi sekarang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H