Mohon tunggu...
Edis setyawan
Edis setyawan Mohon Tunggu... Mahasiswa -

"Lantip Ngroso Ing Pangroso ,Olah Nalar,Olah Manah Lan Menggalih"

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

'Momot Kamot' Kunci Petahana 'Hattrick' Di Pilkada Gunungkidul

14 Desember 2015   23:45 Diperbarui: 16 Desember 2015   09:55 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hj Badingah Sos, Perempuan kelahiran Gunungkidul 17 September 1949,Daerah Istimewa Yogyakarta, petahana yang berhasil merebut simpati masyarakat gunungkidul  pada Pilkada Rabu (9/12), memperoleh suara 165.537 (39,49 %) unggul dari tiga paslon yang lain. Bagi Masyarakat gunungkidul,siapa yang tidak kenal sosok perempuan  'merakyat' yang  punya hobi Olah raga ini. Oleh masyarakat , Badingah di beri kepercayaan untuk menjadi 'Ibunya' Masyarakat gunungkidul  Tiga kali berturut-turut  , Dua Kali menjabat Wakil Bupati yakni pada Tahun 2005 berpasangan dengan  Suharto-Badingah mendapat 126.550 suara (32,3 %) unggul dari empat paslon yang lain, pada tahun 2010 oleh partai Pengusungnya PAN , Badingah di sandingkan dengan Sumpeno memperoleh suara 146.849 (36,03 %),unggul dari tiga paslon yang lain, dan di pilkada tahun 2015 ini , Badingah -Imawan kembali Unggul menduduki kursi Gunungkidul 1 ,memperoleh suara 165.537  (39,49 %) ,mengalahkan tiga paslon lain.

Tidak hanya masyarakat ,Sosok Badingah yang Religius ,sederhana,merakyat  di ungkapkan juga mantan Ketua DPRD Periode 2010-2014 Budi Utama, Senin (14/12) ,dalam obrolan BBM, 'beliau pribadi yang taat beribadah , doanya kuat sekali,sering saya tengah malam di ajak Sholat Tahajud. ujar nya.  Di tanya soal resep kemenangan 'Hattrick' Badingah, menurut Budi Utama, 'hanya sederhana' ungkapnya , yakni Momot -Kamot, penjelasannya datang ke Mbah Merapi ,candanya.   Karena Hujan deras ,saya urungkan ketemu dengan mbh merapi  , karena rasa penasaran terus menghantui , Mbah Google jadi solusi .

Menurut Iwan Mulyono.blog.spot , Ungkapan Jawa  "Momot Kamot" yaitu MOMOR,MOMOT dan MOMONG.

MOMOR  dalam dasanama Jawa lainnya disebut “amor” artinya menyatu, bersama dan bergaul dengan lingkungan sekitar kita atau manjing ajur ajer. Dengan “momor” bersama masyarakat yang beranekaragam, kelas sosialnya, budayanya, wataknya, kepentingannya dan keanekaragaman lain yang masih banyak lagi, pemimpin akan tahu kehendak rakyat sekaligus tahu bagaimana cara “momongnya”. Cara melakukan pendekatan baik pendekatan umum maupun pendekatan khusus.

MOMOT Pemimpin memang harus bisa “momot” yang artinya “memuat” atau mengakomodasi berbagai macam aspirasi masyarakat,  tidak hanya cukup partisipatif tetapi lebih kepada program aplikatif, tidak janji asal janji tanpa menepati.

MOMONG artinya pemimpin harus bisa jadi pengayom, menjaga, membimbing dan mengasuh . Berpolitik dengan santun dan bermartabat , Budaya dekat masyarakat karena ada maunya ini cara 'momong' yang sesat dan sesaat. Momong tapi tidak ngayomi ,membiarkan masyarakat setelah terpilih tanpa momot dan momor.

 Momor,Momot dan Momong saling berkaitan ,tumbuhnya kepercayaan masyarkat  yang tinggi karena pemimpinnya tidak janji asal janji tetapi menepati , Mengakomodir Aspirasi Rakyat (Momor) kemudian Merealisasikan (Momot) ,secara Otomatis masyarakat dengan pemimpinnya saling Mengayomi ,asah asih asuh (Momong).

 

*)Keterangan Gambar : Badingah blusukan di Terminal Wonosari. Dok.Badingah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun