Mohon tunggu...
Edi Soer
Edi Soer Mohon Tunggu... Wiraswasta - TUKANG KAOS

hidup di desa , penggemar Basiyo

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Maaf, Aku Golput Di Pemilihan Kompasioner Terfavorit

18 November 2013   03:08 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:01 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tadinya aku tidak ngeh ada acara kaya begini. Baru berapa hari terakhir setelah pada ramai menagih janji Pak Min untuk mengumumkan para kandidat, baru paham kalo ada acara pilih-memilih. Padahal kalau dihitung-hitung aku sudah setahun lebih jadi warga disini, kebangetan nggak? Ya dikitlah. Padahal lagi, banyak diantara warga yang diam-diam, malu-malu dan tak mau ngaku, berharap masuk nominasi. Nggak ngaku kan?. Tentu aku bukan salah satu diantaranya, bener ini, bukannya aku ngeles dan nggak mau ngaku ikut ngarep. Tapi memang tak ada satu syaratpun yang bisa aku penuhi untuk jadi kandidat. Ya tau dirilah ceritanya.

Disini aku masih jadi penduduk gelap, belum terperipikasi, padahal aku sudah bolak-balik ndaftar lengkap dengan scan KTP baruku, yang kata pak mentri tak boleh dipotokopi itu. Memang sih potoku di KTP tidak seganteng waktu masih muda dulu, tapi lumayanlah masih ada sisa-sisanya. Tapi masa gara-gara itu nggak diterima? Ya sudahlah, yang pasti satu syarat tak terpenuhi.

Selain itu aku juga bukan warga yang produktif, tak banyak tulisan yang aku hasilkan, yang ini mohon jangan ditiru. Dari sedikit tulisan itu tak satupun yang menurutku menarik, inspiratif atau bermanfaat. Itu sebabnya aku nggak pernah ngasih vote pada tulisanku sendiri, sementara aku sering melakukan pada tulisan warga lain. Jadi cukup jelas alasan aku nggak berhak ngarep kan?
Tapi nggak apa, walau penumpang gelap ternyata aku punya hak suara untuk memilih, itu cukup membuatku merasa menjadi bagian keluarga besar ini.

Urusan menggunakan hak suara untuk memilih ini, terus terang aku tak punya pengalaman. Selama ini pilihanku selalu tidak memilih alias golput, baik itu pemilu untuk memilih anggota dewan, pemilihan presiden, maupun pemilukada.

Sekali saja aku masuk ke bilik suara, itupun karena TPSnya ada dirumahku dan aku nggak mau demontratif menjadi golput. Setelah masuk bilik suara tetap saja lembar kertas itu tak pernah aku buka. Begitupun waktu pilkada, walau sudah terima amplop sogokan tetap saja aku golput, lagian aku juga lupa calon mana yang sudah main politik duit itu. Pilihanku untuk tidak memilih benar-benar teruji ketika partai yang didirikan adikku dan kawan-kawannya ikut pemilu jaman dulu. Walau berkali-kali diminta untuk nyoblos partainya, aku tetap pada pilihan, tidak memilih.

Dulu waktu orde ’masih enak jamanku’ , aku malah pernah kampanye partai keempat alias partai golput, pawai keliling dan dikejar-kejar tentara. Lucu ya, golput kok pakai kampanye…

Pendek kata sekali golput tetap golput. Entah tahun depan, kalau wong ndeso kerempeng yang murah senyum dan suka blusukan itu jadi jago, mungkin reputasi golputku akan berakhir. Bukan karena satu daerah asal atau satu almamater, tapi karena dia orang baik dan jujur. Susah cari pemimpin yang baik, yang pinter sih banyak, ujungnya cuma minteri kita.

Aku ingin menghapus reputasi buruk soal pilih-memilih ini dengan memberi suara pada kandidat kompasioner terbaik kali ini. Itung-itung latihan dan pemanasan buat milih bapak kurus itu di pemilihan presiden tahun depan. Maklum belum pengalaman.

Apa boleh buat, aku sudah berniat untuk tidak golput kali ini. Dengan penuh semangat aku buka halaman anugerah kompasianival. Setelah mempelajari syarat dan ketentuan dari Pak Min, akhirnya aku tahu ada tiga nominasi , Reporter Warga Terbaik, Kolumnis Terbaik dan Fiksiana Terbaik yang diperebutkan.

Ada 30 foto kandidat terbaik dari 3 nominasi terpampang disitu. Sebagian besar aku kenali dan sudah aku baca tulisannya. Beberapa kandidat itu menjadi favoritku dan sering bersahut komen. Mereka memang layak jadi yang terbaik.

Aku pencet tombol merah bertulis VOTE untuk nominasi Reporter Warga Terbaik yang letaknya paling atas. Muncullah 10 nama dan foto yang harus aku pilih salah satu. Setelah agak lama menimbang-nimbang, akhirnya aku klik lingkaran disamping kiri foto kompasioner pilihanku. Tinggal pencet SUBMIT dan tunggu. Hmm lega, kali ini aku sudah memilih.

Eeiitt..tunggu dulu, koq tidak ada reaksi apa-apa? Aku coba lagi, sama saja. Kali ini aku coba kategori lain, hasilnya? Sama. Kali ini upayaku untuk memilih gagal.

Sepertinya aku memang bakat menjadi golput, bahkan di Kompasiana.

No coment, no cry…)

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun