[caption id="attachment_205248" align="alignright" width="202" caption="Pembodohan Siswa Tersistematis karangan M. Joko Susilo, PINUS Book Publisher Yogyakarta"][/caption]
Kita sadari bahwa “Indonesia adalah negeri budak. Budak di antara bangsa dan budak bagi bangsa lain” (Jalan Raya Pos, Jalan Deadels: hlm. 70); sementara “Semua yang terjadi di kolong langit ini adalah urusan setiap orang yang berfikir” (Rumah Kaca, hlm. 38) maka ketahuilah bahwa “Seorang tanpa prinsip adalah sehina-hina orang, setengik-tengiknya” (Rumah Kaca: hlm. 73).
Dan juga sama-sama kita pahami bahwa “Selama penderitaan datang dari manusia, dia bukan bencana alam, dia pun pasti bisa dilawan oleh manusia" (Anak Semua Bangsa: hlm. 204);
Untuk itu aku katakan padamu wahai penguasa, “Jangan anggap remeh si manusia, yang kelihatannya begitu sederhana; biar penglihatanmu setajam elang, pikiranmu setajam pisau cukur, perabaanmu lebih peka dari para dewa, pendengaranmu dapat menangkap musik dan ratap tangis manusia; pengetahuanmu tentang manusia takkan bakal bisa kemput” (Bumi Manusia: hlm. 119).
Mari merdekakan negeri, dimulai dengan memerdekakan anak-anak, calon anak-anak panah yang akan menghujam jantung sang Penindas. Untuk itu didiklah mereka dalam kemerdekaan.
"Kami orangtua ini tidak boleh menguasai jiwa anak. Kami cuma berkewajiban memasukkan paham merdeka dan kejujuran dalam jiwa yang masih bersih itu. Kami tidak boleh mempengaruhi dan menguasai batinnya. Dan cinta yang suci itu hanya bisa tumbuh bila batinnya merdeka..." (Menggelinding 1)
Wahai huruf…… Alangkah akan tinggi ucapan Terima kasihku, bilalah kamu Menjadi buku terbuka Bagi manusia yang membacanya (Menggelinding 1)
Catatan : Semua judul buku adalah karangan Pramoedya Ananta Toer
Masyarakat yang demokratis harus menyediakan kesempatan pendidikan yang sama bagi semua warganya serta kualitas pendidikan yang sama. Hakikat pendidikan yang demokratis adalah pemerdekaan. Tujuan pendidikan dalam suatu negara yang demokratis adalah membebaskan anak bangsa dari kebodohan, kemiskinan dan berbagai “perbudakan” lainnya. (M. Joko Susilo)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H