7 Kebiasaan Agar Ibadah Haji Efektif
Aktivitas kita sering kali tidak efektif, karena kita tidak fokus, dan disibukkan oleh hal-hal yang tidak terkait dengan tujuan kita.
Sebagai contoh, ibadah haji disibukkan dengan oleh-oleh, atau selfi, dan lain sebagainya.
Lalu bagaimana agar ibadah haji, terutama bagi yang sekarang sedang menunaikan ibadah haji berjalan efektif?
Saya mencoba mengadopsi "7 Habits of Highly Effective People" (Kebiasaan Orang yang Sangat Efektif) karya Stephen R Covey. Menurut Covey ada tujuh kebiasaan yang akan menyebabkan seseorang menjadi efektif.
1. Be Proactive (Jadilah Proaktif)
Tidak ada manusia yang sempurna. Demikian juga kita dan rekan jamaah, termasuk pemerintah dan penyelenggara. Oleh karena itu, Jamaah haji seyogyanya mempunyai kebiasaan proaktif, dan berpikir positif. Agar tidak jatuh ke sikap keluh kesah, jidal, fasik dan rafas.
Karakter proaktif diperlukan karena ibadah haji merupakan ibadah fisik dan non fisik. Disebut ibadah fisik, karena kegiatannya didominasi oleh aktivitas fisik, seperti wukuf di Arafah, mabit di Mudzalifah dan Mina, lempar jumrah ulla, wustho dan Aqabah, thawaf Ifadah dan Sai.
Selain itu, bagi jamaah Indonesia yang jenis hajinya Tamattu, ada thawaf Qudum dan Sai.
Ibadah fisik dan padatnya jamaah pada saat haji serta durasi tinggal di Saudi memerlukan kesabaran dan kekuatan fisik. Apalagi adanya larangan bagi jamaah haji melakukan Rafas, Fasik dan Jidal. Solusinya adalah pribadi yang proaktif dan berpikir positif.
Allah SWT berfirman : "
Â
"(Musim) haji adalah dalam beberapa bulan yang dimaklumi. Barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, *maka tidak boleh* rafat, berbuat fasik, dan berbantah-bantahan dalam masa mengerjakan haji" [Al-Baqarah/2 : 197]
2. Begin With the End in Mind (Mulailah dengan Memikirkan Akhir)
Ibadah haji itu biayanya mahal dan waktunya tertentu, tidak bebas kapan saja, sehingga begitu berangkat ibadah, tidak boleh gagal, tetapi harus tuntas hajinya. Untuk itu, kita musti fokus pada tujuan akhir ibadah haji, yaitu haji mabrur.
Haji mabrur itu, ukuran sederhananya terlaksananya rukun dan wajibnya haji, diampuninya dosa dan meraih sorga. Oleh karena itu, seyogyanya bisa fokus pada sempurnanya pelaksanaan  rukun dan wajib haji serta menjauhi larangan-larangan haji.
Terlaksananya rukun dan wajib haji agar ibadahnya sah. Adapun tidak dilanggarnya larangan agar tidak sia-sia ibadahnya dan tidak gugur pahala dan fadhilahnya.
3.Put First Things First (Mengutamakan Hal Yang Utama)
Ibadah haji di tanah suci, godaannya banyak. Mau ziarah sana sini, mau belanja ini itu. Namun demikian kita harus tahu skala prioritas, karena tidak hanya kita sendiri, tetapi ada jamaah lain.
Hal yang utama dalam ibadah haji meliputi tiga hal, yaitu rukun dan wajib haji serta larangan-larangan selama berihram.
Ketiga hal utama tersebut harus menjadi prioritas, dalam pemahaman dan pelaksanaannya.
Terkait kejamaahan, juga harus memperhatikan skala prioritas, seperti kapan kita harus mandi, makan, dan aktivitas lainnya, tanpa menghambat agenda jamaah, atau kegiatan lain yang penting seperti sholat jamaah, dan lain sebagainya.
4.Think Win-Win (Berpikir Menang-Menang)
Kebiasaan keempat dalam kontek sosial, atau hubungan antar jamaah haji.
Jamaah haji dituntut untuk bekerja sama, yang saling menguntungkan (win-win solutions).
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Barang siapa meringankan suatu kesulitan dunia dari seorang mukmin, maka Allah ringankan darinya kesulitan di antara kesulitan-kesulitan di hari kiamat. Barang siapa memudahkan bagi orang yang kesulitan, maka Allah mudahkan baginya di dunia dan akhirat." (HR. Muslim).
5. Seek First to Understand, Then to Be Understood (Berusaha Memahami Terlebih Dahulu, Baru Dipahami
Karakter kelima juga masih dalam kontek social, menjaga harmonisasi dengan jamaah lain
Hubungan dengan jamaah haji lain akan baik, jika kita berusaha memahami orang lain dengan baik, dan tidak menuntut untuk hanya dipahami.
Abu Darda ra memberikan penjelasan hikmah, bahwa telinga ada dua, mulutnya satu, adalah kita dituntut untuk banyak mendengar dari pada berbicara.
6. Synergize (Bersinergi
Ibadah haji sebenarnya ibadah fardiyah yang dilakukan secara bersama, berjamaah. Maka diperlukan karakter atau kebiasaan bersinergi. Bekerja sama dan sinergi akan menjadikan ibadah haji makin sempurna. Ada kerja sama, ada pembagian tugas, ada sinergi antar jamaah haji.
Allah SWT berfirman:
"Saling Menolonglah kamu dalam melakukan kebajikan dan taqwa. Dan jangan saling menolong pada perbuatan yang dosa dan permusuhan" (QS. Al-maidah: 2)
7. Sharpen the Saw (Mengasah Gergaji)
Ibadah haji merupakan ibadah yang sifatnya sekali  seumur hidup. Karenanya tata cara dan bacaan doa dan dzikirnya sangat mungkin tidak hafal. Oleh karena itu, harus sering diulang, dipertajam, diperlancar, dan dimutqinkan hafalannya. Cara yang tepat adalah berlatih, dan mengulang atau murajaah bacaannya. Practice make perfect.
Penutup
Semoga bermanfaat.