Mohon tunggu...
Edilberd Napitupulu
Edilberd Napitupulu Mohon Tunggu... -

>> 24 tahun. \r\n >> Kesibukan:sedang membenahi diri menjadi engineer sambil mencari cinta sejati\r\n >> penikmat lagu2 rock jadul\r\n >> pengguna setia sarana transportasi umum\r\n\r\nYM: napitupulu.laeku\r\n "HORAS"

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Nostalgia Putu Bambu: Mantap

4 Februari 2011   06:24 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:54 825
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Paling enak nih kalo ngomongin makanan, bawaannya pasti jadi pengen makan lagi, alhasil perut makin buncit. Tapi itu bagus karena konon katanya pertanda orang makmur, entah darimana korelasinya. Setelah sekian lama menimbang-nimbang beragam makanan enak di Negara ini, akhirnya sah sang “Putu Bambu” lah yang mendapat kehormatan untuk dibicarakan.

Terinspirasi dari kejadian di malam minggu (29/1), posisi lagi jalan di Plangi (plaza semanggi) bareng Abang. Asli udah lapar dan haus tingkat tinggi habis main bola, niatnya dimari emang pengen makan. Disela-sela kelaparan, suara khas uap yang menekan cetakan bambu berisi putu terdengar nyaring di telinga. Tuuut….tuuutt…kira-kira begitulah bunyinya memanggil pembelinya, heheh. Kontan saja kami berdua langsung tersenyum, sumringah, sadar akan suara yang tak asing lagi. Perut ini serasa tergoda dengan aroma pandan yang bercampur berbaur dengan udara sekitar. Dan kamipun memang tak kuasa menahan godaan, ibarat ikan yang baru dijaring dari akuarium, alias klepek-klepek. Ga pake lama langsung pesen dan kami sepakat tuh Putu masuk ke menu khusus makanan pembuka (appetizer). Kalau udah begini, jadi ingat kampung halaman dulu kala saat masih bocah, tiap rabu wajib makan putu setelah seharian loja (lelah) martiga-tiga (jualan) sepatu di onan (pasar) porsea.

1296800064672123173
1296800064672123173

Untuk mahasiswa teknik, kukus lebih sering disebut steam atau vapor. Kebetulan kawan dekat saya kuliah jurusan teknik kimia. Katanya, metode pembuatannya putu tuh berdasarkan efektivitas transfer panas yang terjadi. Terjadi perpindahan panas dari nyala api ke bagian bawah wadah alat kukus, kemudian menujuair dalam wadah dan dinding alat kukus. Transfer panas yang seperti itu dikatakan secara konduksi. Setelah itu, ada juga perpindahan panas dari air dalam wadah menuju mentahan putunya berupa fasa uap. Kawanku bilang, yang begitu berpindah secara konveksi. Uap inilah yang memasak si mentahnya putu sampai rasanya enak luar biasa. Kalo adikku yang baru lulus SD biasanya langsung ngerti nih dan menarik kesimpulan. Aku membayangkan dia akan bilang: ohh.. Jadi bang, konduksi bila panas berpindah melalui media dan konveksi tanpa media karena yang berpindah si cairannya. Aku akan bilang kalau ini berarti pada konduksi tidak ada transfer massa dan konveksi terdapat transfer massa.

Semakin besar energi (api) yang digunakan untuk memanaskan air, maka uap akan dihasilkan semakin cepat dan banyak pula, sehingga putu akan matang lebih cepat. Mantap ya abang-abang tukang putu, langsung aplikasi kuliah teknik. Untuk menghemat penggunaan energi tadi, maka tekanan juga ikut bermain. Alat kukus sengaja didesain tertutup untuk menjaga uap air yang terbentuk tidak keluar dari alat, sehingga tekanan akan meningkat dan air akan lebih cepat mendidih/menguap.

Andai saja makannya sama kawanku, biar kata di Mall, pasti dibahas terus kuliah termodinamikanya ditambah asesoris fenomena perindahan yang membosankan. Untungnya aku makan putunya bareng sama Abang tercinta yang berlatar belakang Ilmu Sosial Politik dan sekarang menggeluti Ilmu Hukum. Jadi yang ada hanya bahasan betapa enaknya putu yang kami makan, hampir sama enaknya dengan putu yang dulu favorit kami di Porsea (Sekedar info, Porsea tuh deket danau toba). Kami paling ngobrol sedikit tentang pintarnya politik dagang dari si tukang putu yang mengambil lapak persis di sebelah eskalator. Bunyi tuut tuut nya memang mengalihkan layaknya putri Indonesia, hampir semua mata tertuju padanya. Gile bener tuh tukang putu (multi-skill), dua-duanya ilmu teknik sama politik sekaligus dibabat.

Pertanyaan buat rekan kompasianer, putu bambu makanan asli daerah mana ya? Kapok gua nanya sama tukang-tukang jualannya, pasti ngaku dari daerahnya. Ga tau mana yg benar. Sempat terpikir dari bali karena kata “putu” sepertinya khas bali. Apalagi di Bali, bambu tuh jenis tanaman paling banyak digunakan sehari-hari, sampai-sampai jadi spirit dan semboyan karena filosopi bambu merepresentasikan budaya hindu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun