Mohon tunggu...
Edi Kusumawati
Edi Kusumawati Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

Ibu dari dua orang putra yang bangga dengan profesinya sebagai ibu rumah tangga. Tulisan yang lain dapat disimak di http://edikusumawati.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Berkat Bakmi Mewah, Restoran Mewah Pindah ke Rumah

27 Desember 2016   08:55 Diperbarui: 27 Desember 2016   09:22 350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Chicken Blackpepper in the Noodle Bowl, resepnya bisa inbox ya hehehe (dok.pribadi)

Anda suka nongkrong di cafe? Suka makan di restoran? Kalo itu ditanyakan ke saya, saya akan langsung angkat jari telunjuk tinggi-tinggi. Ehh.... Gak salah ya, emak-emak suka nongkrong di cafe? Emang ada larangan, emak-emak gak boleh nongkrong di cafe? Gini-gini saya emak gaul tau! Demi apa coba nongkrong di cafe? Demi eksis? No! Kalo saya ya nyari makan. Iya, saya emang doyan makan. Dan sudah semacam aturan tak tertulis di keluarga saya kalo weekend itu jatahnya emak-emak ini libur masak. Makanya makannya pindah ke restorana atau cafe gitu. 

Boros dong! Ya, iyalah...namanya juga makan di luar. Apalagi di Bontang, Kalimantan Timur ini, rasanya koq gak ada ya cafe atau restoran murah. Paling murah mungkin ya di restoran cepat saji. Dengan uang sekitar 120 ribu rupiah, satu keluarga saya yang terdiri dari 4 orang ini baru bisa makan di sana. Itupun dengan menu standar atau paket gitu, satu potong ayam goreng, satu porsi nasi dan segelas soft drink. Kalo mau menu lebih, ya harus nambah bugdet untuk makan di restoran itu. Ogah!!! Mending saya ke restoran lain atau ke cafe saja. 

Memangnya harga di restoran lain atau cafe lebih murah ya? Gak juga sih, tapi minimal menunya lebih bervariasi. Ada steak, pizza, aneka pasta, nasi goreng, mie goreng juga ada. Suasananya pun cenderung beda karena di sana seringkali terdapat hiburan live musik gitu. Buat saya ini penting karena bisa jadi hiburan tersendiri setelah semingguan bergelut dengan rutinitas harian yang melelahkan. Refreshing sekalian makan gitu ceritanya. 

Bicara menu kalo di cafe atau restoran, saya sekeluarga suka menu semacam steak gitu. Tapi gak setiap kali ke sana pesannya steak lho! Bisa jebol dompet saya! Kalo pas tanggal muda, bolehlah. Kalo tanggal tua, ya cukup nasi goreng atau mie. Bisa mie rebus, bisa juga mie goreng. Meski hanya nasi goreng atau mie, tetap saja harganya mahal. Namanya juga sudah masuk restoran atau cafe. Apalagi kalo namanya sudah disulap ke dalam bahasa Inggris. Beugghhhh... Harga bisa berkali-kali lipat daripada harga di warung makan biasa. Contohnya es teh lemon, di warung makan biasa paling 5 ribu rupiah segelas. 

Nah, kalo sudah masuk restoran atau cafe dan berganti nama jadi lemon tea ice, bisa lebih. Begitu pula dengan mie. Kalo es teh lemon aja segelas 20 ribu rupiah. Berapa kira-kira harga mie? Lebih mahal pastinya. Padahal bahannya hampir atau bahkan sama dengan di warung makan biasa lho! Lagi-lagi ini strategi marketing. Dengan penampilan yang "cantik" sudah mampu menaikkan harga ditambah suasana yang nyaman, makin mahal harga yang ditawarkan. 

Koq tau sih? Kan sudah saya bilang, kalo saya itu hobi nongkrong di sana. Gak percaya? Intip deh instagram saya! *promosi biar nambah follower hahaha. Padahal saya juga bisa bikin menu kayak yang dijual di sana dengan harga irit *nggaya. Masih gak percaya? Nih buktinya! 

Mie Ayam ala restoran mewah (dok.pribadi)
Mie Ayam ala restoran mewah (dok.pribadi)
Pernah kan lihat mie ayam mirip seperti ini. Yuppp... Ini seperti mie ayam yang di jual di salah satu restoran besar di Jakarta. Kalo yang dijual di sana harganya mahal, kalo yang ini saya jual murah deh hahaha. Soal rasanya? Tak kalah dengan yang di sana. Dengan sedikit kreatifitas, sebungkus BAKMI MEWAH bisa saya sulap mirip dengan yang di jual di sana. 

Sebenarnya ide ini juga tak sengaja. Anak saya yang besar kebetulan memang penggemar mie instan. Biasanya kalo lapar, sambil ngegame suka bikin mie instan sendiri. Tapi ya gitu, namanya anak cowok, mie instan pula yang dimasak. Ya sudah, standar banget. Mie direbus, masukin bumbu, siap disajikan. Persis petunjuk yang ada di kemasan. Meski di kemasan jelas-jelas menggoda dengan tampilan sepotong ayam atau telur ceplok di atas mie-nya, kalo sudah dibuka dan dimasak ya jangan harap ada itu semua. Cukup dibayangkan saja! Tapi kalo Bakmi Mewah lain, bener-bener ada potongan daging ayam plus jamur. Bener-bener asli, bukan hanya di kemasan. 

Nah, suatu ketika anak saya itu nyeletuk, "Coba mama bisa bikin mie ayam kayak yang di bakmi X (nyebut salah satu resto bakmi terkenal di Jakarta). Pasti aku akan acungi jempol empat untuk mama!" Katanya sambil menunjukkan jari jempolnya ke arah saya. Wah, nantangin nih anak!  Saya sekeluarga memang sudah beberapa kali makan mie ayam di restoran itu, saat ke Jakarta. Dan sepertinya anak saya masih belum yakin kalo emaknya ini pernah menang challenge masak di instagram! 

Saya gitu lho, ditantang masak sama anak sendiri? Kecil! Belum tau dia kalo beberapa hari sebelumnya saya sempat belanja beberapa bungkus Bakmi Mewah ke minimarket. Saya intip kulkas, pas ada stok bakso instan sisa bikin sayur sop sebelumnya. Pas! Challenge accepted! 

Saya pun langsung bergegas ke dapur dan tak sampai 15 menit, mie ayam Bakmi Mewah ala restoran ternama di Jakarta sudah siap saji di meja makan. Anak saya sampai berdecak kagum begitu saya bilang mie ayamnya sudah siap. Karena memang sedang lapar ditambah cuaca dingin habis hujan, mie ayam Bakmi Mewah itu pun segera berpindah tempat. Dia habiskan semangkok mie tanpa sisa. Selesai makan saya tanya dia, "Gimana, miripkan?" Dan seperti biasanya dia pun menjawab, "Lumayan, layak jual di cafe!" Ya, begitulah dia, jarang memuji emaknya! Tapi tak apa, minimal ada kata - layak jual di cafe -, itu sudah cukup. Kan saya sudah hapal seleranya, makanan seperti apa? Biasanya sih cafe-cafe yang cukup mahal. Seporsi mie ayam seperti itu bisa 25-30 ribu rupiah harganya. Bayangkan kalo keluarga saya yang 4 orang ini pesan mie itu semua, plus minumnya bisa lebih dari 150 ribu rupiah. Wah, nombok pakai apa nanti uang belanja bulanan dari suami saya? 

Sementara menu layak jual di cafe itu bisa saya buat hanya dari sebungkus Bakmi Mewah seharga tak lebih dari 8 ribu rupiah saja! Kalo ditambah pentol bakso dan pangsit goreng seperti itu modalnya sekitar 15 ribu rupiah. Sementara kalo hanya ditambah telur rebus ala mie ramen, modalnya sekitar 10 ribu rupiah. Katakanlah restoran jual dengan harga 25-30 ribu rupiah. Amazing! Siap-siap buka café atau restoran saya hahaha. 

Sejak kejadian itu, setiap kali bosan makan di luar atau pas kondisi keuangan lagi bokek, maka mau tak mau sebagai ibu rumah tangga saya dituntut untuk kreatif. Paling yang saya lakukan adalah memindahkan menu restoran mewah ke rumah dengan cara membuat kreatifitas makanan. Salah satunya ya membuat mie ayam Bakmi Mewah ini. 


Pengin tahu Mie Ayam Bakmi Mewah ala saya? Ini dia resepnya! 

Bahan :
- 1 bungkus Bakmi Mewah
- 2 siung bawang putih (1 untuk modifikasi bumbu ayam, 1 untuk bumbu kuah)
- 1/4 potong bawang bombai
- 1 sendok makan minyak goreng untuk menumis
- 3 pentol bakso
- 1 sendok makan saos tiram
- 1 tangkai daun bawang, potong halus
- sedikit garam dan merica bubuk
- sedikit bawang goreng untuk taburan
- sedikit kerupuk pangsit untuk pelengkap 

Cara memasak :
- Rebus Bakmi Mewah bersama daun bawang kering (ada di kemasan) selama 3 menit, kemudian tiriskan. Tuang mie ke dalam mangkok saji kemudian campur dengan kecap dan minyak (ada di kemasan), sisihkan.
- Tuang minyak untuk menumis, kemudian masukkan bawang putih dan bawang bombai yang sudah dirajang halus, tumis hingga harum kemudian masukkan potongan daging ayam (ada di kemasan) dan saos tiram, aduk sebentar, angkat. Susun potongan ayam di atas mie.
- Tumis bawang putih hingga harum, tambah sedikit air kemudian masukkan pentol bakso dan potongan daun bawang, tambah garam dan merica. Masak hingga mendidih, jangan lupa koreksi rasa. Angkat dan tuang dalam mangkok kecil.
- Sajikan mie ayam Bakmi Mewah di atas meja. Taburi bawang goreng di atasnya. Susun bersama kuah bakso, kerupuk pangsit dan saos sambal. Mie ayam Bakmi Mewah hangat pun siap disantap! 

Gampang kan? Mie ayam ini sekarang jadi andalan saya kalo lagi malas masak. Mudah, murah, dan cita rasanya berkelas restoran mewah! 

Sebenarnya Bakmi Mewah tak hanya bisa dikreasikan menjadi mie ayam. Ada beberapa menu lain yang sudah saya coba kreasikan, diantaranya adalah Omelette Bakmi Mewah ala salah satu cafe Jepang di Jakarta dan Chicken Blackpepper in the Noodle Bowl yang saya adaptasi dari resep salah satu challenge masak mie di instagram. Bedanya challenge waktu itu menggunakan daging sapi, sementara kreasi saya hanya memanfaatkan potongan daging ayam yang ada di Bakmi Mewah. 

Seperti apa tampilan Omelette Bakmi Mewah ala saya? Tara.... 

Omelette Bakmi Mewah (dok.pribadi)
Omelette Bakmi Mewah (dok.pribadi)
Omelette Bakmi Mewah (dok.pribadi)
Omelette Bakmi Mewah (dok.pribadi)
Bahan yang diperlukan :
- 1 bungkus Bakmi Mewah
- 2 butir telur ayam
- 1 sdm minyak goreng atau margarin untuk menumis
- 1 siung bawang putih
- 1/4 potong bawang bombai
- sedikit mayonnaise
- garnish sesuai selera 

Cara membuat :
- Kocok lepas telur dan bikin dadar di atas wajan anti lengket. Angkat, sisihkan.
- Rebus Bakmi Mewah dan daun bawang kering (ada dalam kemasan) sekitar 3 menit, angkat dan tiriskan. Tuang mie dalam mangkok kemudian masukkan kecap, minyak, potongan daging ayam aduk hingga tercampur rata.
- Susun campuran mie dan ayam di atas lembaran telur dadar kemudian gulung. Potong-potong gulungan telur dadar sesuai selera. Susun di piring saji.
- Tuang mayonnaise dan saos sambal (ada dalam kemasan). Tambahkan garnish. Omelette Bakmi Mewah siap disantap.

Sudah mudah, murah, bergizi, dan kenyang pastinya! Kreasi omelette ini cocok buat sarapan atau makan malam, tapi malas makan nasi. Sajikan di atas meja kemudian setelkan musik dari vcd player atau televise, sudah seperti memindahkan suasana restoran mewah ke rumah koq hahaha. 

Chicken Blackpepper in the Noodle Bowl, resepnya bisa inbox ya hehehe (dok.pribadi)
Chicken Blackpepper in the Noodle Bowl, resepnya bisa inbox ya hehehe (dok.pribadi)
Kreasi Bakmi Mewah paling sederhana, tinggal tambah telur rebus dan garnish sudah tampak mewah (dok.pribadi)
Kreasi Bakmi Mewah paling sederhana, tinggal tambah telur rebus dan garnish sudah tampak mewah (dok.pribadi)
Mau bikin menu lain dengan Bakmi Mewah? Bisa! Kuncinya cuma satu. Kreatif! Tinggal mix and match, Bakmi Mewah bisa kita sulap jadi aneka hidangan ala restoran mewah. Apalagi bahan bakunya mudah di dapat. Tak hanya di supermarket, minimarket atau swalayan. Di toko sebelah rumah juga ada koq. Ingat toko sebelah ya, jangan di "grup sebelah!" *ehh 

Kemasan Bakmi Mewah, sampai 3 lapis lho! (dok.pribadi)
Kemasan Bakmi Mewah, sampai 3 lapis lho! (dok.pribadi)
Yang saya sukai di Bakmi Mewah ini, selain dari segi harga dan potongan daging ayam serta jamur asli, kemasannya itu lho, eye chatcing banget! Kalo dipajang di rak-rak supermarket gitu langsung kelihatan. Hitam dengan tulisan Bakmi Mewah berwarna kuning keemasan, benar-benar terkesan mewah. Sudah gitu kemasannya juga beda dengan mie instan pada umumnya, yang hanya plastik biasa, sehingga mudah robek. Kemasan Bakmi Mewah terdiri dari 3 lapis, paling luar adalah plastik bening semacam wrapping gitu, baru kemudian kardus dan selanjutnya plastik seperti mie instan pada umumnya. Jadi tidak mudah robek. Selain aman dalam kemasan, Bakmi Mewah juga aman dikonsumsi karena ada label halalnya dan pastinya sehat karena tanpa bahan pengawet dan MSG. Kurang apalagi coba? Memang PT. MAYORA INDAH Tbk, sebagai produsen Bakmi Mewah tahu betul maunya konsumen koq hehehe.

Jadi tunggu apalagi, buruan borong Bakmi Mewah terus buka cafe atau restoran hahaha. Kan bisa memacu tumbuhnya ekonomi kreatif di masyarakat tuh. Jaman sekarang gitu lho, orang-orang kan doyan nongkrong di cafe. Tak hanya cafe, bahkan yang namanya angkringan juga hari-hari selalu saja rame pengunjung. Gak hanya di kota besar, di kota kecil tempat saya tinggal sekarang yang namanya angkringan dan cafe tumbuh subur bak cendawan di musim hujan. Kenapa bisa begitu? Karena emang kultur orang Indonesia itu senangnya ngumpul-ngumpul, nongkrong-nongkrong dan ngobrol bareng. 

Kan ada pepatah Jawa yang mengatakan "Mangan ora mangan, asal kumpul!", yang artinya makan tidak makan yang penting kumpul. Tapi kalo di cafe ya jangan ngumpul aja, minimal beli minumlah. Itu cafe untuk jualan, bukan ruang tunggu hahaha. Dan emak-emak yang dulu suka arisan di rumah, sekarang trendnya di restoran atau cafe lho! Begitupun dengan anak mudanya, nongkrong di cafe sudah jadi kesehariannya. Apalagi kalo ada nobar sepak bola, pasti rame. Tinggal pasang layar lebar terus pake free wifi, pelanggan datang sendiri. Sudah gitu menu yang ditawarkan harganya miring. Laris pasti. Ini sekedar gambaran dari hasil pengamatan pribadi lho! Kan hobby nongkrong di sana hahaha. Jadi ini bisa jadi peluang bisnis yang menjanjikan. Ya kalo tak bisa buka cafe atau restoran, minimal bisa mindahin menunya ke rumah. Lumayan, ngirit uang belanja lho! Hehehe....

Note : beberapa foto ini sudah saya posting beserta resepnya di akun IG saya @edikusumawati

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun